"Devina, tolong goda suami Saya."
Kalimat permintaan yang keluar dari mulut istri bosnya membuat Devina speechless. Pada umumnya, para istri akan membasmi pelakor. Namun berbeda dengan istri bosnya. Dia bahkan rela membayar Devina untuk menjadi pelakor dalam rumah tangganya.
Apakah Devina menerima permintaan tersebut?
Jika iya, berhasilkah dia jadi pelakor?
Yuk simak kisah Devina dalam novel, Diminta Jadi Pelakor
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Tuan B
"Maaf." Gilang merasa bersalah. Dia tidak tahan untuk tidak menenggelamkan daging kenyal milik Devina kedalam kelembutan bibirnya.
Devina mendorong tumbuh Gilang yang masih berada diatasnya. Tapi pria itu tidak bergeming. "Maaf," ucapnya sekali lagi, karena Devina hanya diam saja.
Gilang tidak tahu saja, bagaimana malunya Devina saat ini. Bukan salah Gilang seutuhnya, Devina pun merasa bersalah. Andai saja dia hati-hati saat berdiri, tentu tidak ada kejadian yang baru saja mereka lewati.
"Devi mau keluar Mas," balas Devina akhirnya.
"Kaki kamu masih sakit. Tadi saja belum bisa berdiri." Gilang mengingatkan.
Devina lupa. Seandainya kakinya tidak sakit, dia bisa berdiri dengan sempurna. Peristiwa antara dia dan Gilang yang baru saja terjadi tidak akan terjadi.
"Sebentar lagi ya, Sayang. Lima menit. Nanti mas bantu kamu keluar. Kita keluar sama-sama."
"Tapi, -."
"Sebentar saja." Potong Gilang, sebelum Devina beralasan.
Pria itu menjatuhkan tubuhnya di samping Devina. Lalu menarik gadis itu kedalam pelukannya. Dia berani melakukan ini, karena Devina adalah tunangannya. Gilang menghormati Devina. Dia tidak akan melakukan hal diluar batas pada calon istrinya. Apa yang tadi terjadi hanya ketidak kesengajaan. Walau dalam hati Gilang menginginkannya lagi. Kejadian ini mana bisa Gilang lupakan.
Gilang memejamkan mata. Tangannya memeluk erat tubuh Devina. Damai, itulah yang Gilang rasakan. Rasa yang sudah lama sekali tidak Gilang rasakan. Sebenarnya Gilang menyusul Devina ke kamar istirahat ini, karena dia butuh orang yang bisa menenangkannya.
Devina tidak bisa bergerak. Gilang memeluk Devina dengan sangat erat. Seperti orang yang takut kehilangan. Devina sampai kesulitan bergerak.
Devina mendengar napas Gilang yang teratur. Cepat sekali tunangannya ini terlelap. Kalau begini mana mungkin hanya lima menit. Tiba-tiba Devina ingin menjahili Gilang. Dia mengulurkan tangannya untuk mengusap pipi Gilang yang bersih. Berharap pria itu terusik, lalu bangun. Dengan begitu, Devina bisa segera keluar dari kamar pribadi ini.
"Tampan," ucap Devina dalam hati. Tidak menyangka pria dingin yang tidak banyak bicara saat pertama bertemu, kini tidur memeluk dirinya.
Hingga saat ini Devina tidak mengerti, seperti apa sebenarnya perasaanya terhadap Gilang. Namun hatinya mengatakan untuk menerima lamaran GIlang, sebelum mereka bertunangan. Acara pertunangan yang hanya dihadiri keluarga Devina dan keluarga Eki saja, sebagai perwakilan keluarga Gilang.
Acaranya sangat sederhana. Namun hadiah yang Gilang berikan pada Devina, bukanlah hadiah sederhana seperti acara pertunangan mereka. Acara yang hanya dihadiri keluarga inti saja itu atas pemintaan ayah Dewa. Biarlah ceo Hans Company masih menjadi orang yang misterius. Sampai mereka mengembalikan hak dari Langit dan Bumi, sebagai keturunan Cakrawala.
Mereka tidak ikhlas, jika Cakrawala dikuasai orang-orang jahat. Gilang sudah banyak mengumpulkan kejahatan tante Meri. Termasuk kasus kecelakaan yang menimpa ibu dan kedua adiknya.
Setelah berusaha keras, Devina akhirnya bisa meninggalkan tempat tidur, dimana Gilang saat ini masih terbang ke alam mimpi. Mereka hanya bertunangan, belum menikah, tidak pantas berbaring bersama di atas tempat tidur.
Dengan tertatih, Devina keluar dari ruang istirahat Gilang. Devina baru tahu, jika Gilang punya ruang rahasia di balik dinding ruang kantornya. baru saja Devina duduk di sofa yang ada di ruang kerja Gilang. Dia dikejutkan dengan suara berisik yang ada diluar ruangan.
"Ada apa?" gumam Devina.
***
Seorang pria duduk di kursi kebesarannya. Di hadapannya ada sebuah figura yang membingkai foto seorang gadis yang tersenyum manis.
"Maafkan kakek," ujarnya. "Andai saja waktu bisa diulang," ucapnya lagi.
"Tuan B, cucu anda benar bertunangan dengan pimpinan Hans Company yang misterius itu," ucap seorang pria usia tiga puluhan yang bernama Tora.
"Cucuku dan Gilang sudah tidak bekerja di Cakrawala, segera umumkan Cakrawala Company bangkrut. Dan langsung akuisisi."
"Baik tuan," jawab asisten tuan B.
"Rumah untuk putraku dan keluarganya, apa sudah rampung pembangunannya?" tuan B kembali bertanya pada Tora
"Sudah tuan. Tuan bisa membawa nona Devina untuk melihatnya," jawab Tora.
"Antarkan Saya ke Hans Company. Saya ingin menemui Devina."
"Tapi Tuan, kita tidak punya akses ke Hans Company," balas Tora.
"Antarkan saja. Selanjutnya biar saya yang akan melakukannya sendiri." Tuan B tidak ingin di bantah. Dia ingi segera membawa Devina untuk melihat rumah yang dia bangun untuk ayah Dewa dan keluarganya.
Tora tidak lagi membantah jika tuan sudah memutuskan. Maka disinilah Tora bersama Tuan B, di lobby utama Hans Company. Tuan B mengedarkan pandangannya. Tidak salah jika Hans Company dikatakan lebih baik dari Cakrawala Company.
"Saya ingin bertemu bu Devina," ucap tuan B, pada karyawan resepsionis.
"Apa sudah buat janji?"
"Sudah," jawab tuan B berbohong.
Setelah mengisi buku tamu, tuan B dipersilakan naik ke lantai di mana ruangan pimpinan Hans Company berada.
Tiba di lantai yang menjadi tujuannya, Tuan B dibuat terkejut dengan sambutan karyawan yang mengenal dirinya. Mereka justru meminta foto bersama Tuan B. Keributan itu terdengar sampai ke ruangan pimpinan.
Devina terkejut saat salah satu karyawan memanggil nama Dirgantara. "Kakek," ujarnya.
Devina tidak salah, Dirgantara yang karyawan panggil adalah kakek angkatnya. Yang Devina pertanyakan, ada kepentingan apa kakek Dirgantara sampai ke Hans Company.
"Tuan Bayu Dirgantara ingin bertemu kamu," ucap Eki setelah masuk ke ruangan Gilang, untuk memberitahu asisten Gilang itu.
"Apa kakek ada kerja sama dengan Hans Company?" tanya Devina.
"Tidak ada. Dia mencari kamu," jawab Eki.
Devina mengangguk. "Bisa tolong saya ke ruangan saya, Pak Eki?" Devina mengulurkan tangannya pada Eki. Dia kesulitan untuk berdiri dengan kakinya yang masih terasa sakit.
"Tentu saja," balas Eki.
Baru saja Eki akan menyambut uluran tangan Devina, suara Gilang menghentikan niat Eki membantu Devina. "Tunggu," ucap Gilang.
"Bawa tuan Bayu Dirgantara ke ruangan ini saja," ucap Gilang.
"Mas, apa tidak apa-apa?" Devina takut kakek Dirgantara mengetahui siapa pimpinan Hans Company sebenarnya.
"Tidak apa-apa, dia orang baik." Gilang sudah memikirkan hal ini.
Karena sudah menjadi keputusan Gilang, maka Eki mengajak tuan Bayu Dirgantara untuk masuk keruangan pimpinan Hans Company.
Yang jadi tujuan utama Tuan B, yang tak lain adalah tuan Bayu Dirgantara itu adalah Devina. Sehingga saat dia masuk, matanya langsung mencari sosok Devina.
"Anak nakal! Seru tuan Dirgantara. "kamu bertunangan tidak mengundang pria tua ini."
"Maaf Kek, hanya keluarga saja yang hadir," balas Devina.
"Saya juga keluarga kamu Devina," Ingin rasanya tuan Dirgantara mengatakan itu pada cucunya. Sayangnya tuan Dirgantara belum bisa melakukannya. Dia harus menemui putranya terlebih dulu.
"Kakek cari Devi, ada apa?"
Bukan menjawab, tuan Dirgantara justru memperhatikan cucunya. "Kaki kamu kenapa?" tanyanya.
"Tidak apa-apa. Hanya terkilir."
"Jangan remehkan hal seperti ini. Mana tunangan kamu? Kenapa dia tidak bawa kamu ke dokter? Kenapa juga kamu bisa sampai seperti ini?" Tanya tuan Dirgantara beruntun.
"Saya disini," ucap Gilang.
"Gilang?" Tuan Dirgantara terkejut melihat Gilang adalah tunangan Devina.
"Kamu ... ini Hans Company." Tuan Dirgantara tidak tahu harus bicara apa. Pimpinan Hans Company yang misterius itu ternyata adalah Gilang.