Jeniffer seorang gadis cantik yang berprofesi sebagai perawat di sebuah rumah sakit desa, harus menghadapi ujian yang cukup besar dalam hidupnya. Ayah nya memiliki hutang besar kepada seorang lintah darat bernama Baron, pada suatu ketika anak buah yang bernama Tomi mengunjungi rumah Demian (Ayah dari Jeniffer). mereka menagih hutang yang di pinjam oleh Demian, makian dan ancaman terus dilayangkan oleh pria berbadan tersebut. Hingga Demian berkata akan membayar hutang nya minggu depan, saat Tomi berniat untuk melecehkan dua anak gadisnya Jeniffer dan Jessica. Kemudian di siang hari nya ada dua mobil mewah yang terparkir di halaman rumah Jessica, yang tak lain adalah milik Glenn dan klien nya. Dan itulah awal dari pertemuan Jeniffer dengan Glenn, namun pertemuan itu terjadi karena perdebatan sang adik dengan John anak buah dari Glenn.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nouna Vianny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyerangan
Tidak puas hanya dengan membakar ruko-ruko milik Baron di gang tempat dimana Jen di siksa. Glenn meneruskan kembali aksi nya demi menghilangkan rasa kesal, dan sakit hati di dada yang terasa sesak saat melihat kondisi Jen yang mengenaskan.
Ia bersama pasukan nya mengunjungi kediaman Baron untuk menuntas habis langsung ke akar nya. Namun tentu saja dengan strategi agar para anak buah Baron tidak curiga.
Para wanita yang tergabung dalam anggota The Wolves kembali di perintahkan untuk menjalankan sebuah misi. Anggota yang di pimpin oleh Gladys itu berhasil menyelamatkan diri, ketika tengah dalam pengejaran anak buah Baron & Marvel tempo lalu.
Marvel memang sempat memerintahkan para anak buahnya, untuk menangkap para wanita yang memberi racun ke dalam minuman hingga membuat para anak buahnya tewas.
Mereka kembali dengan tampilan wajah baru, setelah berhasil menjalani tindakan operasi plastik. Karena Wajah mereka sempat hancur akibat sayatan pisau yang melukai wajahnya saat melawan anak buah Baron.
Untung saja di era modern seperti sekarang, metode dan obat-obatan medis telah canggih sehingga wajah mereka bisa berangsur pulih.
Becca, si tubuh seksi aduhai yang selalu mendapat peran untuk para mengelabui musuh kini tengah beraksi. Ia akan menyamar sebagai seorang wanita yang tengah mencari pekerjaan. Becca juga merias wajah nya dengan tambahan kulit palsu, dibuat senatural mungkin agar tidak ada yang bisa menebak jika itu buatan.
Anak buah Baron yang tengah berjaga di dalam sebuah pos segera keluar, dan menghampiri saat melihat Becca yang hendak masuk ke dalam.
"Hei, kau siapa?"
"Oh, maaf aku pikir tadi tidak ada orang"
"Siapa Anda? Dan ada keperluan apa anda datang kemari?".
"Aku sedang mencari pekerjaan, apakah pemilik rumah ini membutuhkan jasa asisten rumah tangga?".
Mata anak buah Baron menelusuri penampilan Becca dari atas hingga bawah, merasa curiga karena tubuh wanita ini seperti pernah dilihat nya. Dua benda bulat padat, lalu bagian belakang yang kencang. Namun di kolong langit tentu saja bukan hanya Becca yang memiliki tubuh seperti itu.
"Tuan" Becca malu saat sadar pria itu memelototi bagian vital.
"Tunggu disini"
"Tuan apa anda tidak mengizinkan aku masuk? Aku kebelet pipis". Becca mengempit kedua paha atas nya, dan memegangi bagian bawah nya.
Pintu gerbang dibuka, Becca masuk sebelum pria itu mengizinkan namun ia tertahan saat benda berwarna hitam muncul untuk memeriksa tubuh Becca.
Untung nya ia tidak membawa senjata yang di selipkan dalam tubuh.
"Buka tas mu"
Becca membuka resleting tas nya, hanya ada tumblr dan juga benda seperti payung lipat. Pria tersebut kemudian memberi kode agar Becca ikut dengan nya.
Gladys yang melihat penjaga telah masuk bersama Becca, dengan cepat menyelinap ke dalam bersama anggota yang lain.
"Hei, siapa kalian!!" suara seorang pria menghentikan langkah nya.
"Aku.... Aku adalah.. Musuhmu!"
Dor!
Hendak akan mengeluarkan pistol namun terlambat, anak buah Gladys yang bersembunyi di balik pohon telah lebih dulu menembak. Pria itu pun tumbang dalam seketika.
"Suara apa itu?" Pria yang membawa Becca ke dalam pun menghentikan langkah nya.
"Mungkin itu suara ban mobil yang pecah Tuan"
Pria itu melirik ke arah Becca "Mungkin, kau tunggu disini. Aku harus menemui Nyonya".
Pria tersebut segera menaiki anak tangga, untuk menghampiri Alesia yang sedang berada di kamar nya. Semenjak di tinggal oleh Suami dan anak nya dia hanya lebih banyak berdiam diri.
Ketukan suara pintu terdengar, Pria itu membuka pintu yang tak terkunci. "Permisi, Nyonya!!"
"Ada apa Vicky"
Vicky berjalan mendekat, ia menurunkan tubuhnya dan berjongkok. "Ada seorang wanita yang ingin melamar sebagai asisten rumah tangga". Ujar Vicky.
"Darimana dia berasal?"
"Nyonya bisa menemui nya langsung"
"Suruh dia kemari"
"Tapi Nyonya"
"It's okay" Alesia meyakinkan Vicky bahwa wanita yang datang itu tidak akan menyakiti nya.
Vicky keluar dari kamar Alesia, menutup kembali pintu dengan rapat dan menuruni anak tangga.
"Nona, Nyonya Alesia ingin bertemu dengan mu"
"Baik Tuan".
Becca mengekori Vicky dari belakang, ia menaiki anak tangga untuk sampai ke kamar Alesia. Tentu saja dengan mata dan telinga nya yang selalu terpasang untuk mengawasi keadaan sekitar.
Rumah ini tampak sepi, tidak ditemukan tanda-tanda anak buah Baron atau Marvel yang berkumpul. Tapi Becca harus tetap fokus pada tujuan nya yaitu menghabisi semua yang ada dirumah ini.
Pintu kamar kembali di ketuk, Vicky datang dengan membawa Becca di dalam nya. Alesia menempelkan tongkat nya tanah, ia harus di bantu dengan sebuah alat agar bisa menyeimbangkan tubuhnya ketika berdiri.
"Hallo Nyonya, aku Bella. Aku datang kesini untuk mencari pekerjaan, siapa tahu anda memang sedang membutuhkan jasa asisten rumah tangga" ucap Bella sambil tersenyum dan sedikit menundukkan kepala nya.
"Untuk saat ini aku sedang tidak membutuhkan ART, tapi jika kau mau, kau bisa menjadi pelayan pribadi ku".
"Maksud Anda Nyonya?"
Alesia berjalan mendekat ke arah Becca. "Aku membutuhkan seseorang yang bisa merawat ku, apa kau bersedia?" Tatapan mata sendu wanita tua itu membuat hati Becca terenyuh, ada rasa tidak tega jika ia harus menghabisi wanita ini.
Becca mengangguk cepat "Iya, aku mau Nyonya".
"Baiklah, kalau begitu kau bisa mulai dari sekarang untuk menjaga ku".
"Baik Nyonya, terimakasih".
Vicky membawa kembali Becca keluar, ia akan menjelaskan aturan untuk bisa bekerja disini.
"Sebentar Tuan, bisa kau tunjukkan dimana bilik mandi nya. Aku sudah tidak tahan".
"Lurus belok kiri".
"Baiklah".
Becca segera berjalan ke arah yang di tunjukan Vicky, untuk nya dia tadi tidak lupa kalau tadi mengatakan sudah kebelet pipis.
Tujuan sebenarnya bukanlah bilik mandi, melainkan untuk mencari keberadaan anak buah Baron.
"Dimana para bajingan itu?" gumam nya dalam hati.
Becca segera masuk ke bilik mandi saat terdengar suara langkah sepatu mendekat ke arahnya. Ternyata itu Vicky yang masuk kesebuah ruangan dekat bilik mandi, dengan pintu yang menyerupai tembok.
"Kemana pria itu pergi?" Becca keluar dari kamar mandi lalu berjalan ke arah lorong tempat dimana Vicky masuk.
Becca mendekati sebuah cermin yang panjang, insting nya mengatakan jika ia harus menyentuh benda tersebut. Benar apa kata dugaan nya saat ia sentuh, cermin itu bergerak. Becca kaget bukan main, Vicky muncul dari dalam nya.
"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Vicky..
"A-aku, aku sedang bercermin". Becca tergagap.
"Di bilik mandi juga ada cermin".
Vicky mendekat ke arah Becca hingga jarak mereka hanya sejengkal.
"Jangan pernah sesekali kau mencoba masuk ke dalam ruangan ini, jika kau tidak ingin mati kau faham?"
"Ba-baik Tuan".
"Sekarang ikut aku".
Becca menuruti perintah Vicky, ia mengikuti pria itu untuk masuk ke sebuah ruangan. Yang jika di lihat dari foto-foto yang tertempel di dinding itu adalah bekas ruang pribadi Baron saat masih hidup.
"Duduk" Titah Vicky.
Pria dengan rahang wajah tegas dan bulu-bulu halus di pipi nya, menarik laci pada meja kerja. Ia mengeluarkan selembar kertas untuk dibaca oleh Becca.
"Ini apa Tuan?"
"Kau bisa baca kan? Baca lah".
Becca mendengkus, jika bukan karena untuk melancarkan aksinya Becca ingin sekali menembak pria di depan nya ini. Becca mulai membaca susunan huruf yang dirangkai rapi di atas kertas tersebut. Sebuah surat kontrak yang berisikan aturan untuk pekerja. Bukan hanya itu Becca juga diwajibkan mengisi identitas diri, hal mudah bagi Becca karena ia hanya perlu mengisi nama tersebut dengan nama, alamat dan nomer telepon palsu.
Setelah membaca segala peraturan yang berlaku, Becca segera membubuhkan tanda tangan nya di atas materai.
"Bagus, kau bisa mulai kerja mulai hari ini. Tapi pertama-tama kau ganti baju dulu".
Vicky bangun lalu berjalan mendekat ke arah lemari. Ia lempar baju tersebut sampai terkena wajah Becca.
"Sialan! Kalau bukan karena misi, sudah ku habisi kau!" umpat Becca dalam hati.
Sementara Gladys dan anak buah nya yang sudah lebih dulu menghabisi penjaga di luar, menggerutu kesal karena Becca belum juga memberikan sinyal.
Jam tangan yang terkoneksi satu sama lain, agar berbunyi jika ia menekan tombol di pinggirnya.
Sedangkan Glenn, Daniel, Jhon dan para anggota nya yang lain telah sampai di depan pagar rumah Baron. Gladys semakin tidak karuan dibuatnya, ia bisa menjadi bahan amukan Glenn karena cara kerja Becca yang lambat.
"Sudah?" tanya Daniel.
Gladys menggelengkan kepala nya, membuat Daniel melotot.
"Apa maksud dari gelengan kepala mu itu?" Ucap Daniel.
"Becca, masih di dalam dan belum memberi kabar Tuan".
Namun di satu sisi Daniel juga melihat penjaga yang sudah tergeletak. "Hanya ada satu?" gumam nya.
Karena sebelumnya rumah itu di jaga ketat oleh penjaga, sekitar ada 5 orang yang berjaga di depan rumah itu. Tapi jika dilihat dari luar rumah tersebut tampak sepi
Suara dari jam tangan Gladys berbunyi, ia langsung membaca teks yang dikirim oleh Becca. Dalam isi pesan tersebut Becca mengatakan jika ada ruang rahasia dekat bilik mandi. Lalu menyampaikan kembali pada Glenn Daniel dan Jhon.
"Kita berpencar, kalian ke utara, aku dan Daniel ke arah barat. Gladys kau masuk pancing mereka untuk keluar. Aku yakin mereka semua berkumpul di dalam ruangan itu".
"Baik Tuan".
Sesuai perintah mereka segera berpencar, untuk mencari titik kelemahan untuk menyerang. Becca yang telah selesai berganti pakaian segera keluar. Ia melihat Gladys yang berjalan ke arah tangga.
"Hei, siapa kau!!" Vicky melihat itu yang baru saja keluar dari ruangan Baron.
Dor!!
Tembakan itu melesat, Vicky merunduk lalu kembali melesatkan tembakan nya yang berhasil mengenai anggota Gladys. Vicky juga melayangkan kembali tembakan nya ke arah Gladys, namun dapat dihindari. Vicky berlari ke arah ruangan yang ada di balik tembok, namun ia terjatuh karena kaki Becca yang menghadang nya.
"Sialan berani sekali kau menipuku!!!"
Vicky hendak akan berdiri dan mengambil pistol nya, namun Becca dengan cepat menendang wajah nya. Pistol itu pun sekarang beralih ke tangan Becca, namun ia mengumpat saat akan menembak pistol tersebut kehabisan peluru.
"Sial!!" Becca mengumpat ia segera lari.
Vicky mengeluarkan kembali pistol yang lain dari belakang celana nya, namun saat hendak akan menekan pelatuk Jhon dengan cepat menembak nya tepat di bagian kepala.
"Pintu nya ada di balik cermin" ucap Becca. Gladys lekas menghampiri.
"Ayo cepat kita ke dalam". Seru Jhon.
Becca, Gladys dan Jhon segera masuk ke dalam ruangan dibalik tembok tersebut. Setibanya di dalam ia sudah di suguhkan oleh Glenn, Daniel dan anggota yang lain tengah menghabiskan mereka secara membabi buta.
Tak hanya menggunakan pistol ketika menyakiti lawan, namun juga benda tajam lain nya. Bahkan Daniel dengan sadis mengeluarkan isi perut salah satu anggota Baron.
Jhon merangkak naik ke atas, ia menghalau anak buah Baron yang hendak akan menyerang Glenn.
Gerakan nya cepat hingga bisa membuat lumpuh lawan dalam waktu sekejap.
Becca menarik tangan Gladys, ia menunjukan ruangan sebuah ruangan tempat Alesia istirahat. Namun saat ia masuk ke dalam wanita bertubuh ringkih itu tidak ada.
"Periksa bilik mandi".
Keduanya memeriksa bilik mandi, namun tidak ditemukan siapapun di dalamnya. Namun mata Gladys teralih pada sebuah lantai yang terbuat dari kayu, sebuah pintu dan tangga di dalamnya. Alesia segera menyelamatkan diri saat mendengar suara gaduh di dalam rumahnya.
"Sepertinya dia kabur kesini, ayo cepat kita kejar".
Becca dan Gladys segera menuruni anak tangga, benar saja Alesia terlihat sedang berlari tergopoh-gopoh dengan tongkat nya.
Dor! Dengan cepat Gladys melayangkan tembakan nya, dan berhasil mengenai punggung wanita itu.
"Beres, ayo kita pergi".
Sementara di dalam sana mereka belum selesai, yang ada malah makin bertambah saja anggota yang hadir.
"Ah, sial! Kenapa tidak habis-habis".
Jhon melempar belati nya ke arah punggung musuh, yang hendak akan menghantam Daniel.
"Terimakasih" Daniel mengedipkan sebelah matanya, membuat Jhon bergidik ngeri.
Tak beda jauh dengan Glenn ia juga melemparkan beberapa pisau yang disembunyikan dalam saku jas nya ke arah lawan. Ia bahkan tidak memberi celah pada mereka untuk beristirahat. "Ini sangat menyenangkan" ujar Glenn.
Perkelahian pun selesai, ruangan yang tadinya rapi dan bersih kini hancur seperti bongkahan pesawat yang jatuh, ditambah dengan noda merah yang berceceran di lantai.
"Selesai" ujar Glenn sambil tersenyum puas, kemudian membunyikan jari-jari tangan nya.
"Hei, kau sedang apa?" tanya Daniel yang melihat Jhon tengah mengeluarkan sebuah benda dari dalam saku nya.
Jhon tidak menghiraukan pertanyaan rekan nya itu, ia segera menyelipkan beberapa benda berbentuk lonjong itu di setiap sudut.
"Selesai".
"Ayo lebih baik kita segera pergi dari sini, aku sudah mengaktifkan peledak nya". Seru Jhon dengan santai nya. Hingga mendapat pelototan dari kedua rekan nya itu.
Tak butuh waktu untuk berdiam, Glenn, Daniel, Jhon dan para anggotanya yang lain segera keluar setelah selesai menghabisi para musuh di dalam. Mereka kembali masuk ke dalam mobil masing-masing.
"Tuah tolong bantu aku" teriak Gladys yang membopong salah satu anggota nya yang tewas.
Daniel dengan cepat menggendong gadis yang sudah tidak bernyawa tersebut seperti memikul karung beras.
"Ayo cepat karena rumah ini akan meledak dalam waktu lima menit".
Gladys dan Becca terkejut, mereka segera berlarian keluar rumah.
Ketika sampai di halaman rumah, Daniel memasukan segera jasad wanita itu ke dalam mobil. Dan lekas kembali masuk ke mobil nya bersama Glenn dan Jhon di dalamnya.
"Ayo cepat keluar!!!"
Waktu yang tersisa dalam Bom sisa 2 menit lagi. Mereka harus segera menjauh dari area tersebut karena bom itu bersekala besar, getaran nya akan terasa sampai jarak 50 meter.
Mesin mobil dihidupkan dan melaju dengan kecepatan tinggi. Setelah mobil mereka berjalan sejauh 50 meter, letusan dahsyat terdengar menghancurkan bangunan megah milik Baron dan membakar mayat-mayat yang berada di dalamnya agar tak meninggalkan jejak.