JANGAB LUPA IKUTU AKUN AUTHOR DAN LIKE KOMEN CERITA INI, MAKASIH💙✨
Keyla Azalea Adhitama dan Arka Arion Adhitama. Kedua remaja itu merupakan saudara sepupu, memiliki kemampuan di luar nalar, yaitu bisa melihat sosok tak kasat mata. Tidak jarang sosok-sosok itu akan menampakan wujudnya yang mengerikan di hadapan Arka dan Keyla, bukan tanpa alasan sosok-sosok itu menampakan wujudnya, namun ada tujuan lain kenapa mereka mendatangi Keyla dan Arka.
Yuk, ikuti ceritanya sampai tamat. Bagaimana perjalanan dua remaja yang menghadapi arwah penasaran yang kerap kali mendatangi mereka, untuk minta bantuan menyelesaikan urusannya di dunia. Dan bukan hanya itu, di cerita ini juga ada kisah percintaan anak sekolah yang manis, dan anak geng motor yang di ketua oleh Arka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tatatu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membencinya
Hansel mengham nafas kasar. Sebenarnya Hansel juga merasa kesal karena harus menunggu di luar, tapi tidak bisa menyalahkan Bi Keti, karena menurutnya tindakan Bi Keti ini tidak sepenuhnya salah.
"Buka pintunya, Bi" titah Hansel.
Bi Keti mengangguk. Segera berjalan mendekati pintu lalu mencari kunci di dalam tas.
"Aduh mana ya?" gumam Bi Keti, karena panik perempuan dewasa itu sampai kesusahan mencari kuncinya.
"Cek. Buruan dong, panas niih" Elena mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah sambil menatap Bi Keti sinis.
"I-iya nyonya, ini kuncinya sudah ketemu"
Elena hanya mendelik kesal. Bi Keti pun segera membuka kunci rumah.
Brum....
Tiba-tiba terdengar suara mesin mobil.
Mereka semua langsung melihat ke sumber suara, terlihat di depan sana ada mobil masuk ke dalam gerbang. Mobil itu berhenti, tidak lama kemudian keluar seseorang.
"Abizar" gumam Hansel, seketika senyuman pria paruh baya itu terbit, menatap Abizar dengan mata berkaca-kaca.
Sudah lama sekali Hansel tidak bertemu dengan anak pertamanya. Rasa rindu itu begitu dalam.
'Sebentar lagi aku akan bertemu putri ku juga'' batin Hansel, rasanya tidak sabar ingin segera bertemu dengan putrinya, Keyla.
'Apa Keyla masih marah? Tiga tahun ini bagaimana keadaannya?'
Tatapan Hansel berubah sendu, rasa khawatir akan penolakan putrinya langsung menyelimuti hati
.....
Sementara itu di sisi lain Keyla.
Buk buk buk.
"Mampusssss, dasar pencuri"
Dengan brutal Keyla memukuli pria itu, tidak berniat berhenti walaupun si pria mengaduh kesakitan.
"Sa-saya bu-bukan pencuri." Ucap pria itu terus mengelak bahwa dirinya bukan seorang pencuri.
"RASAIN NIIH, LAGI PULA MANA ADA MALING NGAKU!!"
Keyla mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi lalu di ayunkan dan.
Wushh...
Belum sempat mengenai, pria itu langsung menangkap tongkat golfnya lalu menegakkan tubuhnya.
Kini keduanya saling menatap.
"Sudah saya bilang, saya bukan maling" ucapnya dengan penuh ketegasan, tatapan tajam menatap Keyla.
Glek.
Keyla menelan ludahnya kasar, ada perasaan takut saat melihat tatapan si pria. Namun Keyla berusaha menghilangkan rasa takutnya itu.
Keyla tersenyum sinis, tatapannya tidak kalah tajam.
"MANA ADA MALING NGAKU" Teriak Keyla gram, masih saja pria ini tidak mau mengaku maling.
Srttt.
Saat pria itu sedikit meleng, Keyla berhasil menarik tongkat golfnya, langsung mundur dengan wajah waspada.
Di wajah pria itu ada lembab, karena memang Keyla berhasil memukul bagian wajahnya. Tidak merasa bersalah, gadis itu malah senang melihatnya.
Siapa suruh maling di rumahnya, jadi tanggung saja akibatnya seperti apa.
'Tapi sayang sekali ya, wajah tampannya jadi biru-biru gitu!!' Batin Keyla, yang entah mengapa merasa kasian melihat wajah pria itu.
Beberapa saat Keyla hanya diam menatap wajah lembab si pria.
'Apaan sih, buat apa juga gue kasian sama maling?' Keyla kesal sendiri, gara-gara maling itu tampan dirinya jadi merasa kasian dengan wajah tampannya.
Tongkat golf itu kembali Keyla acungkan ke atas, bersiap-siap akan menyerang si maling.
Wajah orang itu langsung menegang , susah payah menelan ludahnya. Gadis kecil ini pukulannya tidak main-main.
"HIAAA. DASAR MALING!!" Teriak Keyla sambil berlari mendekat.
Dengan cepat pria itu pun menghindar, dan kini mereka saling mengejar.
Menurutnya, Keyla ini seperti anak macan. Ya anak macan, lucu namun mematikan.
"Saya bukan maling"
"Udah gue bilang, mana ada maling ngaku" sahut Keyla tak percaya sedikitpun, terus berlari mengejar.
Keyla mengayunkan tongkatnya ingin memeluk punggungnya, namun pria itu langsung menghindar, alhasil tongkat golfnya mendarat di sebuah meja dan membuat barang-barang di atas meja berjatuhan.
Kamar itu sudah seperti kapal pecah.
Brak prang prang...
Langkah Abizar terhenti di anak tangga ketika mendengar keributan di lantai atas. Keningnya mengerut heran, ribut-ribut apa itu?
Sementara Hansel dan Elena yang duduk di sofa ruangan tengah pun mendengar keributan itu. Mereka langsung menatap Abizar yang berdiri di tangga.
"Abizar, suara apa itu?" Tanya Hansel penasaran.
Abizar tidak menjawab, pria itu kembali melangkah cepat menaiki anak tangga, ingin melihat apa yang terjadi, dan pikirannya langsung tertuju kepada Keyla.
"Mas, ayo kita liat" Elena penasaran.
Hansel mengangguk setuju. Pasutri itu segera bangkit dari duduknya dan berjalan mengikuti Abizar. Sementara Bi Keti sudah pergi ke dapur berniat akan membuatkan minum untuk sang tamu.
"Aduuh bisa-bisanya si nyonya datang ke rumah ini" Grutuk bi Keti.
Bi Keti menghela nafas berat. Berfikir, mengapa bisa Hansel menikah dengan perempuan itu.
"Udah mah judes, sinis sok berkuasa lagi" gumam Bi Keti tidak suka dengan sikap Elena.
"Hufff. Saya merindukan nyonya pertama!!" Rasa sedih langsung menyelimuti hati bi Keti saat mengingat nyonya pertama di rumah besar itu.
"Andai saja nyonya masih ada" gumamnya dengan mata berkaca-kaca.
"Tapi kepergian nyonya juga karena perempuan licik itu dan bisa-bisanya pak Hansel menikahinya"
...
"Aaaghh, sa-saya bukan maling" erang pria itu ke sakit ketika Keyla berhasil memukulnya lagi.
Sungguh kekuatan gadis ini tidak bisa di remehkan. Entah kekuatan apa yang di milikinya.
Tidak, sebenarnya saat berlari menghindari Keyla dirinya terjatuh karena menginjak sesuatu.
Buk buk.
"DIEM LU, GUE AKAN LAPORIN LU KE POLISI"
"RASAIN INI"
Buk buk
"Keylaaa"
Deg.
Pergerakan Keyla terhenti, gadis itu mematung di tempatnya, dengan segera melihat ke sumber suara.
Mata Keyla membulat. "Kak Abizar." Ucap Keyla saat melihat Abizar berdiri di ambang pintu dengan wajah terkejut.
Abizar melangkah masuk kedalam.
"Apa-apaan ini Dek?" Tanya Abizar sambil melihat ke sekeliling kamar yang begitu berantakan.
Tatapan Abizar beralih menatap pria yang terduduk di lantai.
Mata pria itu langsung membulat sempurna.
"Ditya!!"
Abizar berjalan cepat menghampiri pria itu yang sedang terduduk di lantai dengan wajah lembab.
Sementara Keyla terpaku di tempatnya. Wajahnya berubah pucat. Apa kakaknya mengenal pria itu?
Ditya Jayden Adhitama. Atau kerap di panggil Ditya. Pria dengan tinggi 187cm itu memiliki pahatan wajah yang sempurna, badannya kekar dan berotot. Anak ketiga dari almarhum kakek Adhitama. Ya, kakeknya Keyla dan Arka. Yang tepatnya anak angkat
Usia Ditya saat itu 27 tahun
Profesi Ditya sebagai Detektif polisi. Menyelidiki kasus-kasus besar. Sudah banyak kasus yang pria itu selesaikan dengan sukses.
"Kak dia---"
"Ada apa ini"
Tubuh Keyla kembali menegang ketika mendengar suara seseorang yang sangat familiar. Orang yang tiga tahun ini tidak pernah muncul di hadapannya.
Dengan tubuh kaku dan jantung berdetak kencang, Keyla melihat ke arah pintu.
Pupil matanya langsung membulat, suaranya tercekat di tenggorokan, benar saja orang itu.
Mata Keyla terasa memanas tangannya terkepal kuat. Luapan emosi kecewa dan benci terpancar jelas dari tatapannya yang tajam.
"Mamah, bangun mah hiks"
"Jangan tinggalin Key mah"
"MAMAH JANGAN TINGGALKAN KEYLA."
Keyla menggelengkan kepalanya berharap suara-suara itu menghilang.
Jika melihat pria paruh baya itu selalu mengingatkan Keyla kepada kejadian tiga tahun lalu yang menimpa sang mamah.
"Anda" Ucap Keyla, menekan rasa sesak di dada.
Hansel tersenyum getir saat menyadari adanya Keyla. Mata itu yang dulu selalu menatapnya penuh kagum dan sayang, kini di gantikan dengan tatapan penuh kebencian.
"Keyla, papah---"
"UNTUK APA ANDA DATANG KE RUMAH INI!"
Teriak Keyla menggebu-gebu, dadanya kembang kempis tangannya terkepal kuat, menatap pria paruh baya itu dengan penuh kebencian.
Sementara Hansel mematung di tempat dengan badannya terasa lemas, hatinya sakit melihat respon sang anak.
Ini yang Hansel takuti. Penolakan dari putrinya.
Abizar, Ditya dan Elena terkejut mendengar teriakan Keyla.
"Astaga anak itu tidak punya sopan santun" gumam Elena tidak suka dengan sikap Keyla kepada suaminya.
Abizar menghela nafas berat. Tau perasaan adiknya saat ini. Sudah tiga tahun lamanya mereka tidak bertemu.
Tatapan Keyla beralih kepada Abizar. Air matanya langsung luruh saat bertemu pandang dengan sang kakak.
"Kak?" Keyla ingin penjelasan dari Abizar, mengapa Hansel dan istrinya datang ke rumah mereka.
Abizar menatap Keyla dengan tatapan sendu, berjalan mendekati sang adik.
"Mereka ke sini untuk bertemu kakak. Papah ingin bertemu dengan keluarga Natasha" jelas Abizar dengan hati-hati.
Hansel memang mengetahui Abizar sudah bertunangan dan Hansel pun tau tunangan anaknya telah tiada, Abizar lah yang memberi tahu.
"Untuk apa mereka bertemu dengan keluarga kak Natasha? Mereka bukan siapa-siapanya kita" Ucap Keyla menekan semua katanya.
Abizar menggeleng lemah. Ternyata Keyla masih sangat marah dengan papah mereka.
"Dia papah kita dek, kakak---"
"CUKUP KAK" Teriak Keyla.
Abizar yang melihat air mata Keyla seketika hatinya terasa di cubit. Lidahnya keluh kata-kata yang sudah siap ia ucapkan menghilang begitu saja.
Abizar mengepalkan tangannya menyalurkan rasa sesak di dada. Ini kesalahannya, seharusnya tidak memberi tahu pria paruh baya itu tentang tunangannya, Hansel tidak akan datang jika dirinya tidak memberi tahu.
Abizar menyesali keputusannya ini, sudah tau adiknya tidak ingin bertemu Hansel.
"Setelah apa yang---"
Keyla mengigit bibir bawahnya menahan isakan. Menghela nafas berat, hatinya sakit setiap kali melihat wanita yang berdiri di samping papahnya.
"Setelah apa yang dia lakukan kepada mamah, kakak masih mau menganggapnya sebagai papah kita? Ingat kak, papah kita sudah lama meninggal, tiga tahun yang lalu bersama mamah"
Deg.
Wajah Hansel memucat, tubuhnya seperti di sambar petir. Hatinya sakit mendengar pernyataan dari putri kandungnya sendiri.
Tes.
Hansel menundukan kepalanya dengan air mata keluar, menyentuh dadanya yang berdenyut sakit.
Se kecewa itu kah mereka kepadanya? Apa tidak ada kata maaf untuknya? Hansel tau kesalahannya begitu fatal, mungkin kata maaf saja tidak akan menyembuhkan luka di hati anak-anaknya.
Hansel ingin kembali dekat dengan anak-anaknya, tapi rasanya mustahil. Entah Hansel harus berbuat apa agar mendapatkan maaf dari mereka.
Menyesal? Itu tidak ada artinya, tidak akan bisa mengembalikan seseorang yang berarti dalam hidup anak-anaknya .
"Dek" mata Abizar pun berkaca-kaca.
"Key, kecewa sama kakak"
Prak.
Melemparkan tongkat golf begitu saja, lalu berjalan keluar dari kamar itu.
Ditya yang sedari tadi diam hanya bisa menghela nafas. Tidak tau apa yang terjadi di antara ayah dan anak ini.
Mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar. Seketika menghembuskan nafas kasar. Kamarnya yang semula rapih kini sangat berantakan, semua barang-barang terjatuh ke lantai.
"Gadis nakal" Gumam Ditya dalam hati.
"Saya ingin bicara" Ucap Abizar saat berjalan melewati Hansel.
"Ditya biarkan bi Keti yang membersihkan ini semua, dan luka kamu obati"
Setelah mengatakan itu Abizar pun keluar dari kamar.
"Anak-anak kamu itu tidak ada sopan-sopannya mas" ujar Elena kesal bukan main.
Hansel hanya diam saja dengan wajah datar dan tatapan penuh luka.