NovelToon NovelToon
Rahim Tebusan (Terpaksa Hamil Anak Suami Musuhku)

Rahim Tebusan (Terpaksa Hamil Anak Suami Musuhku)

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Poligami / Ibu Pengganti / Nikah Kontrak
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: D'wie

Akibat kesalahannya di masa lalu, Freya harus mendekam di balik jeruji besi. Bukan hanya terkurung dari dunia luar, Freya pun harus menghadapi perlakuan tidak menyenangkan dari para sesama tahanan lainnya.

Hingga suatu hari teman sekaligus musuhnya di masa lalu datang menemuinya dan menawarkan kebebasan untuk dirinya dengan satu syarat. Syarat yang sebenarnya cukup sederhana tapi entah bisakah ia melakukannya.

"Lahirkan anak suamiku untuk kami. Setelah bayi itu lahir, kau bebas pergi kemanapun yang kau mau."

Belum lagi suami teman sekaligus musuhnya itu selalu menatapnya penuh kebencian, berhasilkah ia mengandung anak suami temannya tersebut?


Spin of Ternyata Aku yang Kedua.

(Yang penasaran siapa itu Freya, bisa baca novel Ternyata Aku yang Kedua dulu ya.)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Izar?

"Mas, jangan mencoba membohongiku. Mas pikir aku akan percaya dengan apa yang Mas Abi katakan itu? Nggak, Mas. Sedangkan kita saja baru mengenal belum lama ini, lantas bagaimana Mas bisa mengatakan mencintaiku? Aku mohon jangan memberi harapan palsu, Mas, karena itu menyakitkan. Aku pun tak ingin menjadi duri dalam pernikahan Mas dan Erin. Aku tak ingin dicap pengkhianat dan pelakor. Aku tak ingin menyakiti Erin." Ucap Freya yang memang telah membentengi hatinya setinggi-tingginya dan sekokoh-kokohnya.

"Tapi aku serius, Fre. Asal kau tau, aku bukan baru mencintaimu, tapi sudah sejak lama. Kau pikir kenapa aku tiba-tiba menunjukkan ketidaksukaan ku padamu? Semua ada sebabnya." Papar Abidzar membuat Freya mengerutkan keningnya.

"Nggak usah mengada-ada deh, Mas. Kita saja baru saling mengenal belum lama ini. Kalau Erin tidak menyeretku ke dalam pernikahan aneh ini, mungkin selamanya aku takkan pernah mengenalmu, Mas." Tukas Freya tak percaya dengan ucapan Abidzar.

Abidzar menghela nafasnya. Kemudian ia mengambil ponsel dan membuka galerinya. Entah apa yang laki-laki itu cari di dalam ponselnya, Freya tak bisa menerka sebab posisi mereka yang berseberangan dengan meja sebagai pembatas membuatnya tak bisa melihatnya.

Hingga Abidzar tiba-tiba berpindah tempat duduk tepat di sampingnya. Freya segera mengangkat bokongnya hendak pindah, tapi sebelah tangan Abidzar menahan pergelangan tangannya dan memaksanya duduk kembali di tempatnya semula.

"Mas," pekik Freya tertahan saat Abidzar menariknya begitu saja hingga ia terduduk kembali.

"Jangan kemana-mana! Tetaplah di sini."

"Tapi ... "

"Sssttt ... " Abidzar meletakkan jari telunjuknya tepat di bibir Freya membuat perempuan itu seketika terdiam. "Jangan banyak protes kalau nggak mau kena cium!" Ancam Abidzar sambil menyeringai membuat Freya bergidik ngeri dan menelan ludahnya kasar.

"Tapi ... "

Belum sempat Freya mengucapkan protesnya, Abidzar justru telah lebih dahulu membungkam mulutnya dengan bibirnya. Abidzar menyapu bibir Freya yang terpaku. Freya masih terpaku dalam kebingungannya sebab sikap Abidzar kini benar-benar di luar dugaannya.

Bukan Freya tak pernah berciuman. Saat dengan kekasih-kekasihnya dahulu ia sering melakukan kegiatan bersilat bibir itu. Hanya bersilat bibir, tak lebih. Tujuannya tentu agar targetnya makin terbuai dalam genggamannya. Namun berbeda untuk kali ini. Ciuman ini benar-benar lembut. Seakan menyiratkan kasih sayang yang luar biasa. Tak ada napsu. Membuatnya terbuai hingga menutup mata.

Perlahan, ciuman yang awalnya hanya sebelah pihak itu mulai berbalas. Ya, Freya mulai membalasnya. Freya bahkan tanpa sadar telah mengalungkan kedua tangannya di leher Abidzar. Seakan tak ingin menyiakan kesempatan, Abidzar mulai mengeksplor isi rongga mulut Freya. Membuainya, menyapukan lidahnya ke dalam setiap sudut rongga indra pengecapan Freya. Membuat wanita itu tanpa sadar mende sah. Seketika Abidzar menyadari perbuatannya. Ia sebenarnya masih ingin menikmati momen luar biasa ini. Tapi masih ada yang harus ia lakukan dan luruskan. Ia ingin permasalahannya di masa lalu pun segera terselesaikan. Agar semuanya benar-benar terbuka tanpa ada yang tertutupi.

Nafas keduanya terengah saat Abidzar melepaskan ciumannya. Melihat bibir Freya yang basah dan bengkak membuat Abidzar terkekeh. Lalu ia mengusap sisa saliva di bibir Freya. Wajah Freya memerah. Ia ingin memalingkan wajah, tapi Abidzar justru menahan dagunya agar tidak berpaling ke arah yang lain.

"Aku ingin menunjukkan sesuatu. Aku harap kau mengenalku setelah melihat ini."

Freya bingung. Tapi ia menurut. Bahkan saat Abidzar makin mengikis jarak sehingga tak ada celah sedikitpun di antara mereka. Pundak mereka pun kini sudah saling menempel satu sama lain. Jantung keduanya terasa dag dig dug ser. Mereka seperti dua insan yang sedang dilanda gelombang asmara.

"Kamu lihat ini. Apa kamu mengenal laki-laki di foto ini?" Tukas Abidzar seraya menunjukkan sebuah foto di dalam ponselnya kepada Freya.

Freya lantas mengambil ponsel itu dan memperhatikan wajah yang terpampang di layar ponsel Abidzar.

Seketika Freya membelalakkan matanya.

"Dia ... Ya Allah, ini Izar kan? Kamu kenal Izar, Mas? Dia dimana? Bagaimana kabarnya? Udah lama aku nggak ketemu dia setelah dia tiba-tiba aja menghilang belasan tahun yang lalu." Ucap Freya menggebu-gebu dengan mata berbinar ceria.

Abidzar mengerutkan keningnya, "kenapa kamu kayak ceria banget melihat foto dia?" ketus Abidzar.

"Ya iyalah Mas, aku tuh temenan sama dia. Terus tiba-tiba aja dia ngilang."

Freya menghela nafas panjang. Pikirannya jauh menerawang ke masa lalu.

"Coba kamu perhatikan lagi foto ini lalu kamu perhatikan aku, apa ada kesamaan di antara kami?" Pinta Abidzar membuat Freya bingung dengan permintaan itu. Tapi ia dengan patuh menuruti permintaan suaminya.

"Iya sih, mirip. Cuma kalau Izar kan pakai kacamata. Terus belahan rambutnya itu ... " Tiba-tiba Freya terkekeh. "Tapi aku malah liat dia itu unik. Terus ... emmm mata kamu kok mirip ya, Mas. Bibir juga. Hidung ... juga. Kok kamu makin diperhatikan makin mirip dengan Izar ya, Mas?" Tukas Freya kebingungan membuat Abidzar ingin terbahak namun ia tahan.

"Ya Allah, kamu ini ya bener-bener. Ya iyalah mirip, Frey, sebab yang ada di foto ini foto aku sendiri. Ini aku, Izar. Memangnya aku seberubah itu ya sampai kamu nggak mengenali aku?" tukas Abidzar sambil geleng-geleng kepala.

Freya mengangguk patah-patah sebab ia memang tak mengenalnya sama sekali.

"Emang kamu beneran Izar, Mas? Bukan ngaku-ngaku?" Tanya Freya polos membuat Abidzar mendengkus.

"Apa perlu aku tunjukkin ijazahku baru kamu bisa percaya?" Abidzar mendelik membuat Freya nyengir salah tingkah.

"Bukannya gitu soalnya kamu benar-benar berbeda, Mas. Wajah emang mirip, itupun kalau diperhatikan dengan seksama. Kalau nggak, mana kelihatan." Ucap Freya membuat Abidzar menghela nafas panjang.

"Itu semua terjadi gara-gara kamu."

"Kok gara-gara aku?" Ketus Freya tak terima disalahkan. "Kamu yang tiba-tiba ngilang, terus muncul dengan perubahan yang signifikan, kok aku yang disalahin."

"Ya semua itu memang berasal dari kamu. Kamu ingat dengan surat yang aku kasih ke kamu? Kamu tahu kenapa aku jadi benci banget sama kamu? Itu karena kamu. Kamu mempermalukan aku di hadapan semua orang. Orang-orang membully ku karena suratku kamu tempel di mading sekolah berikut balasan berisi hinaan dan cacian. Kau pikir siapa yang tak sakit hati atas perbuatanmu itu?" Ucapnya penuh emosi.

Setiap mengingat masa lalunya, emosi Abidzar seketika bergejolak. Masa lalu dimana orang-orang menghina, membully, dan mengejek dirinya yang bisa-bisanya menyukai primadona sekolah dan mengirim surat cinta. Dirinya yang saat itu memang selalu berpenampilan sederhana. Bahkan terlihat cupu karena yang ada dalam otaknya hanya belajar, belajar, dan belajar.

Hingga suatu hari ia dipertemukan dengan Freya yang menolongnya saat terjatuh dari sepeda di jalan raya. Dari situ ia berkenalan dan berteman. Hingga akhirnya ia jatuh cinta karena sikapnya yang ramah dan murah senyum. Berbeda dengan sikapnya saat di sekolah yang terkesan angkuh. Hingga suatu hari ia memberanikan diri memberikan surat yang berisi ungkapan isi hatinya pada Freya. Abidzar menunggu balasan surat itu dengan jantung berdebar.

Namun keesokan harinya, sesuatu tak terduga terjadi. Hatinya terguncang. Semua orang membully nya dan mengatakannya tak tahu diri dan tak sadar diri. Si cupu tak tahu malu menyukai seorang primadona sekolah. Benar-benar tak tahu diri.

Suratnya terpajang di mading sekolah berikut balasannya yang penuh dengan kata-kata ejekan. Hatinya sakit. Ia benar-benar terguncang. Ia sadar ia bagaikan pungguk merindukan bulan. Namun tidak begitu juga cara Freya membalasnya.

Abidzar malu. Kemana pun ia melangkahkan kaki, di sana pasti ia mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan. Bahkan tak sedikit yang melemparinya dengan apa saja yang ada di tangan mereka. Ada juga yang mengguyurnya dengan air. Hingga ia tak tahan lagi dan meminta keluarganya segera memindahkan sekolahnya.

...***...

...HAPPY READING 😍😍😍...

1
ℓ ι ƒ ι α 💕
deuhh yang pengen dipanggil Mas 🤭🤭😁
Lucy Toruan
Luar biasa
Juliana Akip
Lumayan
Juliana Akip
Biasa
Erna Sudiastuti
Luar biasa
Windi Rannu
.
Atika
Luar biasa
Mimine Toto Ayra
Kecewa
Mimine Toto Ayra
Buruk
maria handayani
/Shy/
Mariani SPd
jangan end duluu thor
Mariani SPd
duh tragis banget lah huhuhu
syediiih Thor
Mariani SPd
sehat2 terus othor yaaa
Mariani SPd
waduh.....kok pakai acara pingsan segala sih
Mariani SPd
seneng banget lah punya mertua kek gini
Mariani SPd
wesss keren banget mah punya nenek kek gini. atau besok kalo aq jadi nenek, kek gini juga ah. biar dunia terasa indah hahaha
Mariani SPd
hmm...... siapa lagi tuh thor
Mariani SPd
sehat2 terus othor sayang
Mariani SPd
Tirta lihat anaaaa
Mariani SPd
wah....makin kesini makin seru aja ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!