NovelToon NovelToon
Korban Virtual Check!

Korban Virtual Check!

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Chicklit
Popularitas:735
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah A

"Berawal dari DM Instagram, lalu berujung sakit hati."

Khansa Aria Medina tidak pernah menyangka DM yang ia kirimkan untuk Alister Edward Ardonio berujung pada permasalahan yang rumit. Dengan munculnya pihak ketiga, Acha-panggilan Khansa-menyadari kenyataan bahwa ia bukanlah siapa-siapa bagi Al.

Acha hanyalah orang asing yang kebetulan berkenalan secara virtual.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tarik Ulur

Mata Acha menatap layar ponselnya dengan lesu. Ada dua pesan Instagram dari Al yang belum ia baca sejak tadi pagi. Ya, Acha sempat ketiduran karena tidak kuat menahan kantuk yang kemudian membuatnya terlambat masuk sekolah. Ketika hendak membalas pesan Al di sekolah, Serra menyuruhnya untuk menarik ulur.

Flashback on.

"Tahu nggak, tadi subuh gue ngapain?" Acha mengawali topik pagi hari dengan pertanyaan tersebut. Meskipun tadi Acha datang telat, tetapi ia berhasil melewati pagar tanpa diketahui satpam. Belum lagi, jam pertama merupakan jam kosong karena sang guru berhalangan hadir. Bukankah jackpot yang benar-benar harus disyukuri Acha?

Serra dan Maya sama-sama menggelengkan kepala. Mereka saling menatap kemudian menunggu ucapan Acha.

"Coba tebak!" Acha tersenyum misterius agar teman-temannya semakin penasaran dan tertarik.

Maya memegang dagunya. "Emm ... kamu bikin ritual pemuja setan?"

"Sembarangan!" Acha memukul pelan kepala Maya. Lalu, ia menyodorkan ponselnya yang menampilkan ada dua pesan dari Al yang belum terbaca. "Gue chatting sama Al. Hem ... sini gue tunjukkin." Ketika Acha hendak menekan room chat itu, dengan sigap, Serra menahannya.

"Saran gue, jangan buka dulu," pinta Serra yang langsung membuat Acha mengurungkan niatnya. "Gue ada ide. Ini biasanya dilakuin sama orang-orang yang lagi pedekate."

"Apaan, tuh?" tanya Acha penasaran.

Serra menjentikkan jarinya. "Tarik ulur! Lo kudu kasih jarak biar Al nyariin lo. Yah ... gue nggak tahu bakal berhasil atau nggak, tapi nggak ada salahnya nyoba."

"Caranya ...?"

"Jangan bales chat-nya Al, Cha. Kacangin aja, biar dianya nyari-nyari kamu. Kalau udah nyari, bukannya dia mulai ... suka?" Pelan-pelan, Maya memasang senyum lebar dan membuat Acha semakin tergoda untuk melakukannya. Toh, tidak ada salahnya dengan strategi itu.

Acha tampak menimbang-nimbang saran Serra. "Tapi ... gimana kalau Al nggak nyariin gue? Gagal dong!"

Serra mendorong kepala Acha pelan. "Ya elah, ya tinggal bales aja chat-nya dia."

Flashback off.

Begitulah yang membuat Acha berusaha menahan diri untuk tidak membalas pesan Al, meski dalam hatinya, ia benar-benar menginginkannya. Toh, momen seperti ini sangat jarang dan sayang sekali jika tidak dimanfaatkan. Tetapi mau bagaimana lagi, yang dikatakan Serra mungkin saja benar. Bisa saja sekarang Al uring-uringan menunggu balasan Acha, meski kemungkinan besarnya tidak mungkin.

"Udah, nggak usah dipikirin," kata Serra seolah tahu apa yang membuat Acha seperti itu.

"Harus banget, gue tarik ulur kayak gini? Kasihan tahu." Acha menghela napas.

Serra menatap Acha dengan jengkel. Gadis itu ingin agar Al menyukainya. Tetapi begitu diberi saran, justru protes. "Terus, mau lo apa? Serah lo aja deh."

"Nggak usah kasihan gitu, Cha. Emangnya kamu nggak kasihan sama dirimu sendiri? Kamu dicuekin, terus sempat di-unfollow." Kini, giliran Maya yang memberi nasihat.

Acha menghela napas. "Tapi gue kepikiran mulu, gimana dong?" rengek Acha. Memang tidak mudah untuk menahan tidak mengirim pesan. Terlebih lagi sifat Al yang cuek, sehingga menjadikan hal ini sebagai momen langka. Bolak-balik ia membuka aplikasi Instagram untuk melihat dua pesan yang belum terbaca itu.

"Coba aku tanya, tadi subuh, kalian chatting, kan? Nah, Al balesnya panjang atau pendek?" tanya Maya.

Acha menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Pendek sih, tapi dia fast respond kok. Mungkin emang dia tipe yang kayak gitu."

"Pasti Al cuman gabut doang," timpal Serra sambil memainkan ponselnya. Sepertinya ia sudah lelah mendengar protesan Acha. "Jadi, lo juga jangan jadiin dia sebagai prioritas karena dia nggak nganggep lo prioritas."

Entah sudah berapa kali Acha tersindir dengan ucapan teman-temannya, tetapi tetap tidak menyadarkan gadis itu. Mau bagaimana lagi, Acha telanjur dibutakan cinta. Lagi pula wajar saja Al belum menyukainya, Acha bahkan belum mengejarnya lebih dari sebulan.

"Eh, eh," panggil Serra sambil menepuk bahu Acha. Mata Serra menatap laki-laki yang berdiri di dekat pintu. Kemudian ia memanggil laki-laki itu. "Andre, sini lo! Buruan!"

"Ngapain manggil Andre?" tanya Acha keheranan. Masalahnya, ketika Serra memanggil Andre, gadis itu menepuk bahu Acha. Membuat perasaan Acha tidak enak saja.

Serra tidak membalas pertanyaan Acha. Ia memperhatikan Andre yang sedang berjalan menuju ke arah mereka. Setelahnya, ia langsung berkata, "Lo ajak Acha jalan ya, ke mana gitu."

Acha langsung melotot. "EH, GILA LO! NGGAK—"

Sebelum Acha melanjutkan teriakannya dan menjadi pusat perhatian, Serra lebih dulu menutup mulut Acha dengan tangannya. Ia menatap Acha dengan serius. "Ikutin yang gue suruh daripada rengek mulu."

***

Acha menatap tubuh laki-laki yang menjulang tinggi di depannya ini dengan kesal. Bisa-bisanya Serra menyuruhnya jalan dengan Andre, sementara dirinya sedang menyukai Al. Parahnya lagi, Acha tidak bisa berkata apa-apa karena Serra sudah menunjukkan wajah serius.

"Kita cuman jalan sehari, awas lo baper sama gue!" cibir Acha dari belakang Andre. Ia melipat tangannya di dada dengan mulut cemberut.

"Ya elah, pede banget lo! Gue nggak bakal baper sama lo," dengus Andre. "Gue udah tahu garis besarnya sih. Lo butuh hiburan, kan? Ayo, main di Timezone aja."

Acha tidak menolak ajakan Andre. Ia mengikuti laki-laki itu dari belakang dengan jarak sekitar dua meter. Sesampainya di Timezone, Acha paling antusias bermain dengan permainan yang ada. Hampir semua permainan ia mainkan, sementara Andre mengawasi dari belakang—sesekali ia membantu Acha dalam memenangkan pertandingan.

Tidak terasa waktu sudah berjalan lebih dari satu jam. Acha beristirahat di kursi yang tersedia di Timezone. Keringat membasahi wajah dan tubuhnya. Meski lelah, tetapi berhasil membuat mood Acha naik. Mungkin Acha harus sedikit berterima kasih pada Serra karena sudah menyuruh sepupu jauhnya untuk berjalan-jalan dengannya. Acha langsung mengirim pesan pada Serra.

[Acha]

[Woy, thanks yak!]

[Serra]

[Yoi.]

[Gimana? Otak lo lebih fresh kan?]

[Acha]

[Yah, mayan. Sampe nggak sadar waktu AHAHAHAHA.]

[Serra]

[Abis gini, nggak usah mikirin tuh cowok deh.]

Tiba-tiba, sebuah botol berisi teh yang baru saja keluar dari mesin pendingin minuman menempel pada pipi Acha. Andre-lah pelakunya.

"ISH, DINGIN!" Acha melotot terkejut sambil menyentuh pipinya yang terasa dingin sekaligus basah. "Apa-apaan, sih?!"

Andre tertawa geli. Ia menyodorkan minuman teh pada Acha kemudian duduk di sampingnya. Ia membuka botol miliknya yang baru saja ia beli dan meneguknya hingga tersisa setengah. Permainan terakhir tadi menguras tenaga mereka berdua.

"Gimana? Seru, kan?" Andre melirik Acha dari samping sambil menyengir lebar. Ia juga terhibur dengan permainan tadi.

Acha mengulum senyumnya sambil mengangguk pelan. "Lumayan, deh. Thank you, ya."

"Santai," ucap Andre sambil terkekeh geli. "Nggak usah terlalu fokus sama cowok, mending fokus ke sekolah aja."

"Anjir, Serra cerita apa aja sama lo?"

Andre mengangkat bahunya. "Garis besar doang." Lalu, ia menunjuk sebuah stand makanan di depan Timezone. Jarak kursi dengan pintu Timezone tidak jauh sehingga mereka bisa melihat stand apa saja yang berdiri di depan Timezone. "Jajan, yuk."

"Boleh." Acha langsung berdiri dan berjalan menuju stand itu.

Karena tadi Andre sudah membelikannya minuman, maka giliran Acha yang membayar bagian makanannya. Mereka membeli kentang goreng di stand itu. Jam menunjukkan pukul empat sore, sehingga mereka sengaja membeli camilan ketimbang makan malam. Lagi pula Acha tidak terlalu lapar sekarang.

Kini, dua bungkus kentang goreng sudah berada di tangan mereka masing-masing. Tidak lupa, Acha mengambil botol berisi saus sambal untuk ia taruh sebagai topping. Tetapi karena ia menekan botolnya terlalu keras, ada percikan saus sambal yang menempel di wajahnya. Semburan tawa keras terdengar dari mulut Andre.

"Anjir lo, malah ngetawain!" dengus Acha sambil mengambil tisu dari dalam tasnya.

Tawa Andre semakin keras. Ia merampas tisu dari tangan Acha kemudian langsung mengelap pipi gadis itu. "Makanya, pelan-pelan!"

Acha mengambil tisu dari tangan Andre dengan canggung. Ia bukan baper, tetapi tidak baik jika seperti itu, bukan? Toh, mereka tidak memiliki hubungan apa-apa. Sayangnya, ada seseorang yang melihat interaksi keduanya.

"A-Al ...?" Acha mengerjap kaget melihat Al yang berdiri di sampingnya.

Al menatap Acha dengan sinis. Lalu, ia berjalan cepat meninggalkan stand kentang goreng. Acha langsung panik, kakinya melangkah mengejar Al yang mulai menjauh.

"Al! Tunggu!" teriak Acha sambil berlari mendekati Al. Ia tidak peduli bahwa ia menjadi pusat perhatian. "Ih, lo jangan kabur gitu dong!"

"Ngapain gue kabur?" tanya Al dengan nada dingin. Matanya menatap Acha dengan malas. "Ngapain lo kejar gue?"

Acha mengatur napasnya sejenak. Kemudian, ia menatap Al dengan serius. "Gue bisa jelasin! Jadi, itu Andre namanya. Dia tuh—"

"Kita nggak ada hubungan apa-apa jadi lo nggak perlu jelasin itu." Al menghela napas dengan kasar. Tanpa menatap Acha, ia berlalu meninggalkan Acha yang masih tercengang. Langkahnya dipercepat agar gadis itu tidak mengejarnya lagi.

Entah kenapa, ia kesal melihat pemandangan itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!