Arabella adalah gadis yang selalu mendapat julukan gadis apatis, gadis batu, gadis sombong, gadis angkuh dan masih banyak lagi julukan yang melekat padanya karena sikapnya yang antipati, dingin dan acuh tak acuh pada apapun disekitarnya.
Karena sikapnya itu membuat orang-orang di sekitarnya menjauh dan membencinya bahkan banyak yang mencacinya. Hal itu pula yang membuat seorang Elang Bahuwirya sangat membencinya.
Lalu apa jadinya jika Bella menjadikan sikapnya itu hanya sebagai topeng belaka. Topeng yang ia gunakan untuk menutupi segala luka di hatinya.
Dan bagaimana permainan takdir akan membawa Elang yang sangat membenci Bella malah saling terikat sebuah benang merah karena jebakan dari Bella.
"Walau di dunia ini hanya tersisa satu wanita, aku tetap tidak sudi mencintai gadis angkuh dan sombong sepertimu!!" ~Elang~
"Aku juga tidak mengharapkan itu!!" ~Arab
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30
Ponsel Bella lepas begitu saja dari genggamannya. Padahal orang yang sedang menghubunginya itu masih terus berbicara di seberang sana.
Tangan Bella mengepal kuat, matanya memerah menahan kemarahan yang sudah di pendamnya selama bertahun-tahun lamanya.
Usahanya selama ini terasa sangat sia-sia. Bella merasa keadilan tidak pernah berpihak kepadanya.
Bella meraup mukanya dengan kedua tangannya. Rasanya ingin berteriak untuk mengurangi rasa kecewa di dalam hatinya. Ia kecewa pada dirinya sendiri karena terlalu percaya diri jika semua rencananya akan berhasil dengan mulus. Tapi nyatanya Bella lupa, dia lupa siapa yang dia hadapi. Mereka lebih licik dadi pada perkiraan Bella.
Tadi Dito memberi kabar bahwa Santoso berhasil melarikan diri bersama wanita simpanannya itu. Santoso berhasil mengelabuhi semua anak buah Dito dengan berpura-pura pingsan. Sedangkan kekasih gelapnya itu bertugas mengalihkan perhatian para penjaga di sana.
Sekarang harapan Bella yang sudah di depan mata hilang begitu saja seperti selembar daun yang tertiup angin kencang.
Saat ini Bella tidak tau lagi harus berbuat apa. Pasti akan sangat sulit untuk menemukan Santoso lagi. Belum lagi kalau dia sudah mengadu pada istri dan anaknya yang keji itu. Bella tidak tau pembalasan apa yang akan mereka lakukan karena sudah menculik Santoso.
Bella mencoba menguasai dirinya kembali. Tidak akan ada gunanya jika Bella hanya berdiam diri dengan kemarahannya saja. Bella membungkuk mengambil ponselnya yang untung saja tidak retak.
Dia harus berpikir untuk melakukan sesuatu sebelum semua yang ia rencanakan berbalik padanya. Bella meraih tas yang tak jauh darinya berjalan dengan langkah tegas dan wajah dingin keluar dari butiknya.
***
"Dasar b*doh!! Kenapa kau bisa tertangkap anak s*alan itu!!" Santoso menerima pukulan berkali-kali dari istrinya itu.
"Maaf Mirna, aku tidak tau kalau selama ini mereka mencari ku. Lagi pula ini juga salahmu karena terlalu sering bertemu dengan Firda, makanya mereka menjadikan Firda sebagai umpan untuk menangkap ku!!"
Iya Mirnalah orangnya. Orang yang selama ini di incar Bella. Dalang dari kematian ke dua orang tuanya. Orang yang selama ini selalu berpura-pura baik di depan Bella. Bahkan tinggal satu rumah dengan mangsanya.
Dia juga otak dari p*mb*nuhan seorang polisi yang menyelidiki kasus kecelakaan orang tua Bella, yang tak lain adalah Ayah Dito.
Perempuan paruh baya yang sangat berbahaya yang rela melakukan hal paling keji sekalipun hanya demi uang. Motif Mirna mengh*b*si Kakak tirinya hanya satu, yaitu untuk menguasai semua hartanya.
Namum kebusukan mereka tidak sengaja di diketahui oleh Bella yang saat itu masih remaja. Hingga Bella menyimpan dendam sampai saat ini untuk memberikan pelajaran yang setimpal bagi Mirna dan komplotannya. Meski dalam perjalannya mencari bukti dan kelemahan Mirna, sudah berulang kali gadis itu meregang nyawa karena ambisi Mirna untuk menghilangkan ahli waris Kakak tirinya.
"Enak saja kau menyalahkan ku!! Kalau kau tidak terus-terusan meminta uang. Mana mungkin aku menemui j*langmu ini!!" Mata Mirna seperti ingin keluar dari tempatnya.
Sementara Firda yang di sebut ******* seolah tak terima. Namun ia tidak juga berani untuk melawan Mirna. Karena ia tau bagaimana kejamnya wanita yang selalu menyanggul rambutnya itu.
Santoso hanya bisa diam karena perkataan Mirna memang benar. Hanya itu cara satu-satunya untuk mendapatkan uang dari Mirna, yaitu menggunakan Firda sebagai perantara. Santoso tidak bisa menggunakan kartu debit karena dengan mudah keberadaannya akan terlacak.
"Lalu sekarang aku harus bagaimana?" Tanya Santoso.
"Kau cukup diam di tempat ini!! Jangan pernah keluar walaupun selangkah saja dari sini!! Biar aku yang memberikan pelajaran pada anak pungut itu. Aku sudah lama diam dan bersikap baik dengannya. Tapi sepertinya aku harus segera membuang topengku!!" Ucap Mirna angkuh dengan menatap lurus ke depan.
"Baiklah, kali ini aku akan menuruti perintah mu"
***
Pemandangan yang Bella lihat saat masuk ke kamarnya adalah Elang yang duduk di ranjang dengan laptop dan kertas yang berserakan di sekitarnya.
"Kamu baru pulang Ra?"
Kali ini Bella sedikit menajamkan telinganya. Pasalnya Elang menggunakan kata Kamu untuk menyebutnya. Dan lagi jika pendengaran Bella masih normal, Nama Ara kembali terdengar dari bibir Elang.
"Jangan panggil aku dengan nama itu!!" Delik Bella.
"Kenapa? Bukannya dulu kamu suka aku memanggil mu begitu?"
"Kau tidak pantas!!" Ucap Bella penuh penekanan.
Elang berdiri menghampiri Bella dengan rahangnya yang mengeras. Elang sudah menurunkan egonya pada Bella, namun Elang lupa jika Bella tidak akan pernah melunak kepadanya.
"Lalu siapa yang pantas? Rayan begitu? Sebenarnya ada hubungan apa antara kalian berdua?" Elang semakin mendekati Bella dengan tatapannya yang tajam.
"Ada apa antara aku dan Rayan itu bukan urusanmu!! Urus saja urusanmu dengan kekasihmu itu!!" Bella takut menghadapi Elang yang semakin menusuknya hanya dengan tatapannya itu.
"Memangnya kenapa aku dan Marisa? Kamu cemburu? Kamu mulai ada rasa denganku?" Elang tersenyum mengejek.
"Tidak akan!!" Balas Bella sengit.
"Ha ha ha ha" Elang tertawa terbahak-bahak hingga memegangi perutnya.
"Aku juga tidak sudi di cintai gadis sepertimu!!" Elang kembali merubah ekspresinya menjadi tersenyum miring setelah mengucapakan kalimat menyakitkan itu.
"Aku juga!!" Lirih Bella namun masih tertangkap indera pendengaran Elang.
"Benarkah? Kenapa kamu juga tidak mau mencintaiku? Apa kamu sudah menjadi salah satu j*lang peliharaan Rayan!!" Elang menarik sudut bibir kananya hingga membentuk senyuman yang sangat licik.
PLAAAKKK...
Tangan kana Bella menyapa pipi kiri milik Elang dengan sangat keras.
"Meski aku memang benar seorang j*lang, kau tidak pantas menyebutku dengan mulut kotor mu itu!!" Mata Bella mengkilat memancarkan kemarahan yang membuncah.
Elang mengusap sudut bibirnya yang terasa perih. Ternyata tangan yang terlihat lembut itu sangat terasa keras saat menyapa pipi Elang.
"Kenapa marah? Tidak terima dengan julukan barumu itu?"
Elang masih terus memancing amarah Bella. Elang juga tidak tau kenapa ia bersikap begitu. Amarah dalam dirinya tiba-tiba bangkit setelah Bella menolak Elang memanggilnya Ara.
"Baiklah aku terima julukan yang kau berikan. Jadi mulai sekarang aku adalah seorang j*lang di matamu!! Ingat, aku adalah j*lang!!" Bella semakin menajamkan matanya dengan tangan yang mengepal kuat.
Tapi justru saat mendengar Bella mengatakan itu membuat hati Elang seperti ada rasa yang tak bisa di jabarkan. Seperti geleyar aneh yang membuat hati Elang berdenyut sakit.
"Jadi selamat Bapak Elang yang terhormat. Karena anda telah menikahi seorang j*lang!!" Bella tersenyum miring di akhir kalimatnya.
SREEETTTT....
Bella membelalakkan matanya karena mendapat serangan yang tak pernah ia duga dari Elang.
-
-
-
-
-
Happy reading, jangan lupa tinggalkan dukungan kalian untuk karya ini ya. Terimakasih 😘