Cerita ini hanya fiktif belaka, hasil kehaluan yang hakiki dari Author gabut. Silahkan tinggalkan jejak jempol setelah membaca dan kasih bintang lima biar karya ini melesat pesat. Percayalah Author tanpa Readers hanyalah butiran debu.
Siti dan Gandhi tetiba menjadi pasangan nikah dadakan, karena Siti menghindar perjodohan dari sang ayah yang akan di pindah tugas keluar Pulau.
Sebelumnya Siti sudah punya kekasih, tetapi belum siap untuk menikahinya. Jadilah Gandhi yang bersedia di bayar untuk menjadi suami pura-pura hingga Arka siap meminang Siti.
Isi rumah tangga Siti dan Gandhi tentu saja random, isi obrolan mereka hanya tentang kapan cerai di setiap harinya.
Mari kita simak bagaimana akhir rumah tangga Siti dan Gandhi yang sejak awal berniat bercerai. Apakah sungguh berpisah atau malah bucin akut?
Happy Reading All
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmeLBy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11 : BICARA EMPAT MATA
Gandhi sunggu datang kerumah Siti dengan Alamat yang sudah di sharelook dua hari yang lalu. Ternyata ia datang tidak sendiri, ia datang bersama kedua orang tuanya yang tampak berpenampilan sopan juga terlihat terhormat. Sehingga Siti bangga dengan teman barunya ini, bahkan ia tidak peduli jika Gandhi mungkin saja menyewa kedua orang itu sebagai orang tuanya.
“Ijin selamat malam Pak Harso.” Sapa Lelaki berpakian batik lengan Panjang rapi sama rapinya dengan Gandhi yang malam itu tidak terlihat seperti preman seperti yang Siti lihat di balkon beberapa waktu yang lalu.
“Iya selamat malam. Silahkan.” Harso mempersilahkan tamunya untuk duduk.
“Sebelumnya perkenalkan saya Mahadika dan ini Dewi Sarnia istri saya. Kami adalah orang tua dari Gandhi Hirawan yang rencananya pada mala mini akan melamar anak gadis Bapak.” Ujar Mahadika sopan juga terdengar pelan dan berhati-hati bicara dengan Pak Harso.
“Wah, kejutan sekali. Saya bahkan belum pernah mendengar anak saya dekat dengan lelaki Bernama Gandhi ini.” Ujar Harso terlihat bingung melihat tamunya yang bahkan sudah mau melamar anak gadisnya.
“Maaf sebelumnya Pak, sesungguhnya kami juga kaget. Gandhi yang baru minggu lalu di nyatakan lulus Sidang Skripsi. Tiba-tiba dua hari lalu sudah meminta kami untuk datang melamar seorang gadis. Namun, bagi kami ini adalah niat baik jadi tidak salah jika kamu menuruti maunya putra kami ini Pak.” Lanjut Mahardika lebih sopan lagi.
“Maaf Pak Mahardika, boleh saya tinggalkan sebentar untuk berbicara dengan anak gadis saya?” Harso tidak habis piker dengan Siti. Ia mengira malam ini akan melihat wajah Arka beserta keluarga untuk melamar anaknya, ternyata prediksinya meleset.
“Silahkan Pak.” Ibu jari tangan kanan Mahardika lebih menonjol untuk mempersilahkan Harso masuk kekamar Siti. Tersisa Sita yang kemudian membuka beberapa toples berisi kuker buatannya untuk di cicipi tamu di hadapannya.
“Siti, Gandhi itu siapa?” tanya Harso tanpa bas abasi.
“Calon suami Siti, Pa.” jawab Siti sambil menyisir poninya.
“Kamu comot dimana lelaki itu, bukankah kamu pacarana sama Arka?” tanya Harso menahan emosi dalam nada suaranya.
“Aku dan Arka sudah putus Pa, dan Gandhi siap jadi suamiku.” Lanjut Siti tanpa beban.
“Tapi kamu kenal dengan Gandhi?” tanya ayahnya lagi.
“Kenal Pa, makanya dia datang mala mini untuk melamarku.”
“Pernikahan bukan mainan Siti.”
“Tapi perjodohan yang papa ancam juga serius kan? Siti gak mau di jodohkan, Gandhi pilihanku.” Jawab Siti mantap.
“Baik. Tolong serius dengan pilihanmu. Jangan mempermalukan nama Keluarga.” Ucap Harso serius.
“Gak usah piker tentang rasa malu, di suruh nikah cepat saja sudah cukup buat aku malu Pa.” Jawab Siti berani dengan Harso. Ayahnya segera keluar dari kamar dengan perasaan yang bercampur aduk. Antara menyesal dengan ancaman perjodohan juga rasa ingin cepat memiliki menantu untuk menjaga anak gadis yang akan ia tinggal nanti.
“Maaf menunggu lama. Boleh saya bicara empat mata terlebih dahulu dengan Gandhi?’ Tanya Harso lagi saat ia sudah duduk bersama dengan tamu spesialnyan malam itu.
“Iya, silahkan pak.” Ijin dari Mahardika pun terbit lagi.
Gandhi mengikuti Harso ke ruang kerjanya, entah mau di sidang atau apa, bagi Harso bicara di awal dengan calon memantunya sangat amat penting.
“Kamu serius ingin menjadi suami anak gadis saya?”
BERSAMBUNG …
Dikasih ijin gak sih, si Gandhi ini gaes?
ujan ujan gitu, mknya cakit/Grin//Grin/
🏃🏃🏃🏃🏃🏃
Keren kok alurnya