NovelToon NovelToon
Retaknya Sebuah Kaca

Retaknya Sebuah Kaca

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Angst / Penyesalan Suami
Popularitas:1M
Nilai: 4.6
Nama Author: Arrafa Aris

Pernikahan yang didasari sebuah syarat, keterpaksaan dan tanpa cinta, membuat Azzura Zahra menjadi pelampiasan kekejaman sang suami yang tak berperasaan. Bahkan dengan teganya sering membawa sang kekasih ke rumah mereka hanya untuk menyakiti perasaannya.

Bukan cuma sakit fisik tapi juga psikis hingga Azzura berada di titik yang membuatnya benar-benar lelah dan menyerah lalu memilih menjauh dari kehidupan Close. Di saat Azzura sudah menjauh dan tidak berada di sisi Close, barulah Close menyadari betapa berartinya dan pentingnya Azzura dalam kehidupannya.

Karena merasakan penyesalan yang begitu mendalam, akhirnya Close mencari keberadaan Azzura dan ingin menebus semua kesalahannya pada Azzura.

"Apa kamu pernah melihat retaknya sebuah kaca lalu pecah? Kaca itu memang masih bisa di satukan lagi. Tapi tetap saja sudah tidak sempurna bahkan masih terlihat goresan retaknya. Seperti itu lah diriku sekarang. Aku sudah memaafkan, tapi tetap saja goresan luka itu tetap membekas." Azzura.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arrafa Aris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31 : Katakan yang sejujurnya ...

Seketika Azzura merasa dirinya seakan tak mampu menyeimbangi tubuhnya dan kembali memundurkan langkahnya sambil tertunduk.

Merasa jika Azzura terkesan minder padanya, Yoga segera beranjak dari kursi kerjanya menghampiri gadis berhijab itu.

"Zu, nggak apa-apa. Mari kita bicarakan masalahmu baik-baik. Aku sudah tahu masalah apa yang sedang kamu alami saat ini," kata Yoga seraya meraih kedua tangannya.

Perlahan Azzura mendongak dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ayo kita duduk di sana," ajaknya seraya mengarahkan dagunya ke arah kursi yang saling berhadapan.

Sejenak Azzura bergeming dan merasa berat melangkahkan kakinya ke arah kursi yang di maksud oleh Yoga.

"Zu," tegur Yoga menatap iba padanya. "Ayo, nggak usah ragu ataupun takut. Aku sudah sering menghadapi pasien sepertimu bahkan ada yang lebih parah darimu," jelas Yoga dan semakin menggenggam erat kedua tangannya.

Seketika air mata Azzura langsung mengalir deras dan tak mampu berkata-kata, air matanya sudah cukup menggambarkan betapa banyaknya tekanan yang ia hadapi dan ia pendam.

"Zu," lirih Yoga sembari membawanya masuk ke dalam pelukannya lalu mengelus punggungnya.

"Menangislah setidaknya itu bisa membuatmu sedikit tenang. Jangan di tahan karena itu sangat menyakitkan batinmu," bisik Yoga.

Mendengar ucapan Yoga, tangis Azzura semakin pecah, ia seolah menumpahkan semua rasa sakitnya. Selama beberapa menit ia terus menumpahkan air matanya. Namun perlahan mulai mereda lalu sedikit mendorong dada sang psikolog.

"Maaf, sudah membuat bajumu basah," lirihnya dengan tersengal-sengal.

"Nggak apa-apa, Zu," bisiknya seolah tidak mempermasalahkan.

"Ayo, kita duduk di kursi itu," ajaknya lagi dan kali ini Azzura mulai menurut.

Setelah mendaratkan bokongnya di kursi itu, Yoga memberinya sebotol air mineral.

"Ini, minumlah dulu," tawar Yoga lalu duduk berhadapan dengannya.

"Terima kasih," ucap Zu seraya meraih botol air mineral itu.

Ruangan itu hening sejenak karena Yoga memberi sedikit ruang pada Azzura untuk menenangkan dirinya sebentar sambil meneguk air mineral pemberiannya.

"Apa kamu sudah merasa jauh lebih tenang sekarang?" tanya Yoga.

"Alhamdulillah ..." ucapnya dengan hela nafas pelan. "Yoga, ternyata kamu seorang psikolog. Lantas, mengapa kamu bekerja di perusahaan Close?" cecar Zu.

Yoga hanya mengulas senyum mendengar pertanyaan dari Azzura.

"Zu, seorang psikolog tidak harus bekerja di rumah sakit, atau membuka praktek. Tapi mereka juga bisa bekerja di mana saja," jelas Yoga.

Azzura hanya mengangguk dalam diam.

"Apa kita bisa mulai konselingnya sekarang?" tanya Yoga sambil mendekatkan kursinya di hadapan Azzura.

Azzura hanya mengangguk lalu menghela nafasnya dalam-dalam.

"Zu, karena kamu pasien spesial, aku nggak akan menggunakan metode hipnoterapi untuk menguak semua masalah yang kamu pendam dalam hatimu," tutur Yoga sembari menatapnya.

"Kenapa?"

"Karena aku mau kamu katakan yang sejujurnya tentang semua masalahmu tanpa ada yang kamu tutup-tutupi lagi padaku," kata Yoga.

Azzura bergeming dan terlihat meremas kedua tangannya. Antara ingin menceritakan atau pun tidak.

"Zu," tegur Yoga seraya menggenggam tangan gadis itu. "Tatap wajahku, anggaplah saat ini kamu sedang berhadapan dengan kakakmu," bujuk Yoga.

"Yoga," lirihnya. "Berjanjilah padaku, kamu nggak akan memberitahu ibu jika kamu sudah tahu yang sebenarnya," harapnya dengan suara tercekat.

"Aku janji dan aku nggak mungkin melakukannya. Semua masalah pasienku tidak akan aku ungkap karena semua rahasia pasien sangat privasi," jelas Yoga.

Azzura hanya mengangguk lalu menyeka air mata yang mulai menetes.

"Zu, kemarin kamu sempat menceritakan jika pernikahanmu dan Close karena terpaksa. Jujur saja, sejak awal aku sudah curiga jika pernikahanmu ada yang nggak beres," terang Yoga. "Yang sangat membuatku penasaran adalah, apakah Close sering melakukan KDRT padamu?" selidik Yoga.

Seketika air mata Azzura kembali luruh lalu menganggukkan kepalanya sambil menunduk.

"Setiap malam setelah pulang dari rumah sakit menjenguk ibu," akunya. "Bahkan tak jarang ia memukulku di depan kekasihnya," akunya lagi dengan suara bergetar.

Rahang Yoga langsung mengetat, menggeretakkan giginya dan tangannya mengepal kuat.

"Yoga, Close dan Laura bahkan sering melakukan hubungan terlarang di rumah kami. Entah Close ingin membuatku cemburu atau memang sengaja, aku juga nggak tahu. Walaupun aku nggak mencintainya tapi setidaknya perbuatan mereka sangat melukai batinku," ungkap Zu.

"Jadi selama ini ...?" ucapan Yoga terputus karena Azzura langsung menyambung.

"Ya, selama enam bulan terakhir kami tidur di kamar terpisah bahkan dia melarangku masuk ke kamarnya. Aku juga nggak sudi karena kamarnya sangat menjijikan bagiku," kata Zu. "Yoga, yang paling membuatku sakit, ketika Close mengatakan jika diriku mandul dihadapan kedua orang tuanya," lanjutnya lalu kembali menyeka air matanya.

"Zu," lirih Yoga sambil menunduk. "Siapa saja yang tahu masalah ini?" desisnya.

"Nanda dan bunda Fahira," sahut Zu.

"Boleh aku tahu, sejak kapan kamu mulai dekat dengan bunda Fahira?" tanya Yoga.

"Lima bulan yang lalu ketika aku memeriksakan rahimku," jelas Zu.

"Apa rahimmu bermasalah?" tanya Yoga.

"Ngga yoga. Malam setelah Close menghajarku, dia sempat mendorongku hingga perutku terbentur ke ujung meja. Merasa belum puas dia kembali menginjak perutku dengan keras. Semuanya karena, aku merasa mual saat mendengar suara mereka sedang melakukan hubungan intim malam itu," jelas Zu dengan suara lirih. "Close merasa terganggu mendengarku muntah. Dia mengira jika aku hamil diluar nikah lalu menjebaknya. Dia bahkan ingin membunuh janin itu jika benar aku hamil," ungkap Zu.

Ruangan itu hening sejenak sebelum akhirnya Yoga kembali membuka suara.

"Sekuat itu kamu menghadapi pria bejat, brengsek sepertinya? Sebaiknya kamu tinggalkan saja dia," geram Yoga.

Azzura tertunduk lalu menangis. "Yoga, sampai saat ini aku masih bertahan karena ibu, aku berhutang budi kepada mertuaku," ucap Zu dengan suara bergetar.

"Zu, tapi dengan KDRT yang sering dilakukan Close padamu kini berdampak pada psikismu. Jika itu terus berlangsung kamu bisa mengalami trauma berat dan bisa membuatmu depresi," jelas Yoga dengan mata berkaca-kaca menatapnya.

"Jika itu terjadi, ada kamu yang akan menyembuhkanku," balas Zu. "Aku yakin selagi kamu terus bersamaku, trauma dan depresi itu nggak akan pernah terjadi," lanjutnya.

Yoga bergeming menatapnya. Merasa pilu dan ikut merasakan penderitaan gadis yang saat ini sedang duduk berhadapan dengannya.

"Zu, jadi benar memar yang sering terdapat di dahimu itu, karena KDRT kan? Bukan cuman di dahi tapi juga hampir di sekujur tubuhmu," ungkap Yoga. "Maaf, aku tahu dari foto-foto yang bunda ambil sebagai barang bukti," ungkapnya lagi. "Jika sewaktu-waktu kamu sudah lelah, maka menyerahlah, foto-foto visum itu bisa kamu jadikan bukti jika kamu sudah siap menggugatnya," kata Yoga lalu kembali menggenggam kedua tangan Azzura.

Azzura hanya mengangguk namun air matanya kembali jatuh.

"Yoga, yang aku pikirkan saat ini adalah ibuku. Aku hanya ingin ibu sembuh dan nggak berharap apa-apa. Aku sudah memutuskan jika ibu sembuh, aku memilih untuk berpisah darinya dan akan pergi sejauh mungkin membawa ibu dan memulai hidup yang baru," ucapnya sambil menangis.

Lalu bagaimana denganku jika kamu akan pergi?Apa kita nggak akan bertemu lagi?

Yoga membatin menatapnya yang sedang menangis. Untuk sesaat ia hanya membiarkan Azzura tetap menangis lalu melepas genggaman tangannya.

Setelah beberapa menit, Azzura mulai kembali tenang dan tampak menarik nafasnya dalam-dalam.

"Bagaimana, apa sekarang kamu merasa jauh lebih baik setelah menceritakan semua masalahmu?" tanya Yoga dengan seulas senyum.

"Alhamdulillah ..." ucapnya.

"Dari kasusmu yang sudah aku pelajari kemarin, GELISAH ... itu yang sering kamu rasakan ketika menjelang sore hingga malam, apa benar?" tanya Yoga.

"Iya," jawab Zu.

"Zu, saranku ... ingatlah untuk jangan terjebak dengan perasaan gelisahmu itu dan selalu berpikiran positif. Tenangkan dirimu, tetap santai dan jangan berpikiran yang tidak-tidak," saran Yoga. "Aku yakin kamu pasti bisa," sambungnya lagi.

"Insya Allah ..." ucapnya.

Kini Azzura merasa jauh lebih baik, tenang dan merasa plong, setelah mengungkap semuanya tanpa ada yang ia tutupi pada Yoga.

Terima kasih, bunda, Yoga, kalian adalah orang-orang baik yang dikirim Allah untuk menguatkanku.

...🌹****************🌹...

Jangan lupa masukkan sebagai favorit ya 🙏 Bantu like dan vote setidaknya readers terkasih telah membantu ikut mempromosikan karya author. Terima kasih ... 🙏☺️😘

1
Tuti irfan
Luar biasa
Thewie
laki2 anjing gayanya menyesal,khilaf..keparat kau close. tutup ajalah kau kayak namamu
Juniati Juniati
😭😭😭😭
Thewie
kok ada bawang merahnya Thor 😭😭😭😭
ay Susie
piye tow kiiiihhhhh
Surati
bagus
Epifania R
biarkan saja dia sekalian masuk RSJ
Epifania R
semoga azzura bahagia
Epifania R
jangan mau zu
Epifania R
rasaakan
Epifania R
lanjut
Epifania R
siapa yang datang
Epifania R
makin penasaran
Epifania R
massa mau saingan sama anak sendiri
Epifania R
mau kemana zurra
Epifania R
😭😭😭😭😭
Epifania R
😭😭😭
Epifania R
maaf tiada guna
Epifania R
😭😭
Epifania R
taunya cuman menebak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!