Ig : @ai.sah562
Bismillahirrahmanirrahim
Diana mendapati kenyataan jika suaminya membawa istri barunya di satu atap yang sama. Kehidupannya semakin pelik di saat perlakuan kasar ia dapatkan.
Alasan pun terkuak kenapa suaminya sampai tega menyakitinya. Namun, Diana masih berusaha bertahan berharap suaminya menyadari perasaannya. Hingga dimana ia tak bisa lagi bertahan membuat dirinya meminta.
"TALAK AKU!"
Akankah Diana kembali lagi dengan suaminya di saat keduanya sudah resmi bercerai? Ataukah Diana mendapatkan kebahagiaan baru bersama pria lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemeriksaan Kandungan
Jalanan menuju rumah sakit terdekat terasa sangat lama. Harus melewati beberapa desa dan harus melewati jalanan sepi dipenuhi sawah di sekitarnya. Tempat yang Diana singgahi cukup jauh dari kota sehingga butuh waktu lama untuk sampai di rumah sakit terdekat.
Tidak ada rasa lelah terlihat dari wajah kedua orang tua yang sedang duduk menanti kabar dari hasil pemeriksaan cucu pertamanya. Tetapi wajah kedua orang tua tersebut sangatlah terlihat berbinar ceria dan mungkin saja mereka bahagia. Untuk pertama kalinya akan menyaksikan tumbuh perkembangan janin yang ada dalam rahim Diana secara langsung.
Seakan tidak sabar lagi mengetahui hasilnya dan tidak sabar lagi menunggu terlalu lama, Karin beserta Fakhri hari itu juga langsung membawa Diana periksa.
"Diana, selama masa kehamilanmu apakah kamu menginginkan sesuatu gitu? Setahuku kalau orang ngidam itu banyak keinginannya. Misalkan ingin rujak mangga, memakan makanan yang tidak biasanya,atau mengalami mual-mual. Apa kamu merasakan hal itu?" tanya Cici mengingat-ingat semenjak Diana hamil tidaklah dia ataupun orang lain direpotkan oleh keinginan ngidamnya.
"Menginginkan sesuatu itu pasti ada, tapi selama aku mampu melaksanakannya sendiri tidak perlu merepotkan orang lain. Untuk mual dan pusing itu adalah hal wajar bagi setiap perempuan hamil di luaran sana. Tetapi alhamdulillahnya apa yang kurasakan tidak separah cerita-cerita ibu hamil lainnya. Dan aku sangat bersyukur jika anakku mengerti kalau dia harus mandiri dan harus berjuang dalam keadaan apapun bersama ibunya saja." Karena Diana sadar tidak mungkin selamanya dia akan terus-terusan merepotkan orang lain dan Diana juga sadar kalau dia harus mandiri dan pastinya akan hidup berdua bersama anaknya. Maka dari itu dia berusaha untuk tidak meminta bantuan orang lain di saat keinginan datang menyerta secara tiba-tiba.
Perkataan Diana seakan mengiris hati Karin. dia yang pernah merasakan dua kali hamil dan pernah merasakan bagaimana rasanya ngidam mual-mual di pagi hari pasti tahu keadaan Diana saat ini. Hatinya gundah dan gelisah perempuan sedang hamil selalu membutuhkan sosok suami berada di sampingnya. Namun Diana, wanita itu harus menghadapi sendirian tanpa adanya sosok suami di sampingnya.
Ingin sekali Karin menangis memarahi kesalahan putranya yang telah menyebabkan Diana seperti ini. Tetapi dia tidak bisa mengubah kehidupan seseorang kembali ke masa lalu. Zio yang menceraikan, Diana memilih pergi, sedangkan Fakhri menyetujui kepergian Diana demi kebahagiaan Diana sendiri. Mereka berpendirian pada takdir.
Sekuat apapun kita berusaha melawan takdir, jika mereka ditakdirkan bersama maka keduanya akan tetap bersama meski banyak rintangan silih berganti datang menghadang.
Tetapi jika keduanya tidaklah berjodoh, maka sekuat apapun keduanya mempertahankan akan tetap berpisah juga. Begitu pikir kedua orang tua ini.
"Kalau kamu menginginkan sesuatu bilang kepada kita ya. Papa akan berusaha mengabulkan keinginan kamu dan cucu papa ini," sahut Fakhri menengok kebelakang di mana Diana sedang duduk berdampingan dengan Cici.
Fakhri menyewa mobil untuk mengelilingi dan bepergian di kota tersebut. Dia enggan membawa mobil pribadinya dikarenakan perjalanan Jakarta Bali cukuplah melelahkan. Mereka berdua ke Bali pun menggunakan pesawat terbang dan sampai pada sore hari.
"Benar sayang, kamu jangan sungkan untuk meminta bantuan kami," timpal Karin.
"Insyaallah kalau aku tidak lupa hehehe." Diana tersenyum mengiakan saja. "Bunda harap kamu tidak meminta apapun ya, sayang. Bantu bunda untuk tetap kuat menjalaninya sendiri. Dan bunda harap tidak mengalami masa ngidamnya. Terkecuali ayah kamu, baru boleh merasakannya," sambung Diana dalam hati terkekeh membayangkan Danu lah yang ngidam.
Setelah perjalanan hampir setengah jam, mereka sampai di tempat tujuan. Fakhri lebih dulu memarkirkan kendaraannya, barulah setelah itu turun bersama-sama. Tapi, berhubung magrib telah tiba, mereka semua melaksanakan ibadah magrib dulu di mushola tak jauh dari sana.
Dengan sangat khusu, Diana berdoa di setiap sujudnya untuk keberkahan hidup yang sedang ia jalani. Selalu dilindungi dari orang-orang yang berbuat dzalim dan meminta keberkahan rezeki serta meminta untuk tetap bersyukur dan juga meminta di jaga kandungannya.
Setelah ibadah selesai, Karin mendaftarkan Diana ke pendaftaran. Dengan semangat 45, calon nenek kakek dan calon Aunty itu begitu tidak sabar menunggu hasilnya.
"Diana urutan ke berapa?" tanya Fakhri penasaran.
"Dia urutan ke tiga. Sebentar lagi giliran Diana," jawab Karin.
"Aku sudah tidak sabar ingin mengetahui jenis kelamin dari keponakanku ini. Kira-kira dia laki-laki atau perempuannya? kalau laki-laki mirip siapa, kalau perempuan akan mirip kepada siapa? Ah rasanya sudah tidak sabar untuk segera menunggu hari kelahiran itu tiba," sahut Cici semangat menanti kelahiran anak Diana.
"Ya, pasti mirip bapaknya lah. Tidak mungkin mirip tetangga," jawab Diana sewot. Karin dan Fakhri terkekeh senang melihat Diana kembali ceria dan terlihat lagi bercanda.
Hingga tiba giliran Diana melakukan pemeriksaan.
"Ibu Diana."
"Itu kamu di panggil. Ayo masuk." Ajak Karin berdiri menggandeng tangan menantunya. Karin masih menjadikan Diana menantu idaman sekaligus putrinya.
Diana melakukan serangkaian pemeriksaan mulai dari periksa tensi darah, berat badan, dan terakhir di suruh berbaring. Sedangkan dokter itu mulai mengoleskan gel ke perut Diana dan menggerakkan alat USG. Karin dan Cici juga ikut masuk kedalam untuk mendengar dan melihat secara langsung perkembangan anak Diana dan Zio.
Fakhri menunggu di ruang tunggu namun dirinya tak sabar ingin segera melihat dan mengetahui kabarnya.
"Titik hitam ini merupakan calon bayinya. Usianya saat ini sudah menginjak 21 Minggu atau setara dengan 5 bulan seminggu. Janinnya sangat sehat ya, perkembangannya pun sangat baik," kata Bu dokter.
"Masya Allah!" ucap mereka bertiga penuh syukur. Diana berkaca-kaca memperhatikan layar yang ada di atas pojok.
"Mas, dia anakmu. Apa kamu akan bahagia jika mengetahui anak ini masih ada? Sedangkan aku tidak yakin kamu mau menerimanya di saat hati kamu membenciku," batin Diana sedih.
Karin terharu melihat titik hitam itu. Dia terus menggenggam tangan Diana mengusap lembut punggung tangannya menandakan kalau dia begitu bersyukur dan begitu menyayangi Diana layaknya anak sendiri.
******
Sedangkan seorang pria tengah kelimpungan merasakan mual yang sangat luar biasa ketika menghirup aroma bau tubuh seseorang.
Hhwueeek... Hwweek...
"Eh Jeri, bisa tidak sih kau menjauh dari sana! Duduk di pojokan situ!" pekik Zio memencet hidungnya tak mau mencium aroma menyengat dari tubuh Jeri.
"Apaan sih bapak ini, bapak pikir tubuh saya ini lau sampah sampai Bapak muntah-muntah begitu?" ujar Jeri sewot tidak menyukai cara dosennya.
"Tubuhmu memang bau Jeri hhwueeek... hhwueeek... jauh-jauh! Hhwueeek..."
Jeri mendengus kesal seraya mengacak rambutnya prustasi. "Dasar dosen aneh."