Bumi ~
Sampai matipun aku tak akan pernah menyentuh wanita sepertimu karena tempatmu bukan berada di sisiku tapi berada di kakiku .
Air ~
Tak apa jika kau tak akan pernah melihatku , akan kunikmati setiap sakit yang kau torehkan karena aku adalah istrimu .
Hubungan yang terjalin karena adanya paksaan . Dendamnya pada wanita yang telah menjadi istrinya membuatnya buta untuk melihat kebenaran . Akankah Air mampu bertahan ? Akankah Bumi mampu melepasnya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindra Ifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
Tak lama sebuah mobil masuk area parkir ruko , Varo sepertinya sudah datang . Pria yang masih menggunakan setelan jas lengkap itu terlihat berlari ke dalam .
" Tinggalkan dia !! Aku mohon , aku tak akan membiarkanmu dan Janu hidup tersiksa bersamanya !! "
Air meletakkan kembali centong nasi yang tadinya akan ia gunakan untuk mengisi piring Dewa dan Deniel . Air menghela nafas panjang ketika melihat Varo datang dengan wajah menahan marah .
" Marah marahnya nanti !! Makan dulu keburu dingin nasinya , kalau kesini cuma mau marah marah ... pulang sana !! "
Tiga pria tampan didepannya langsung terdiam dan dengan tenang mereka makan semua hidangan di meja . Air tahu tiga pria itu sangat peduli padanya . Tapi untuk urusan rumah tangganya biarlah dia sendiri dan Bumi yang akan menyelesaikan .
Setelah selesai makan Dewa menggendong Janu dan meminta Air juga makan dahulu . Deniel dan Dewa membawa Janu keluar menggunakan mobil .
" Waa .... itu Janu mau di bawa kemana !!!? " teriak Air yang tahu putranya dibawa keluar ruko .
" Bentar doang Mba !! Dewa mau bawa jalan jalan sama Kak Deniel " jawab Dewa sambil melambaikan tangannya ke arah Air .
Air membereskan piring piring kotor yang barusan mereka pakai . Mba Was dan Mba Sus sudah akan membereskannya tapi dilarang oleh Air . Air tahu dua wanita yang sejak pagi membantunya itu pasti sangat lelah .
Varo melepas jas dan menggulung kemeja putihnya . Dia membantu Air untuk membersihkan meja .
" Kenapa tidak menghubungiku ?! Untung waktu itu Deniel menemukanmu tepat waktu . Jika tidak apa yang akan terjadi padamu dan Janu ?! "
" Tapi nyatanya Tuhan masih sayang padaku kan ? Dia mengirim kalian untuk menolong kami "
" Ckk ... si brengsek itu beruntung sekali punya istri penyabar seperti kamu . Kau tersiksa disana , aku tahu ! Dan jangan coba mengelak " Varo menumpahkan segala emosinya disamping Air yang sibuk mencuci piring .
" Suami macam apa yang membiarkan anak istrinya mencari uang untuk menghidupi dirinya sendiri ? Suami macam apa yang tiap hari hanya bisa berkata kasar pada istrinya ? Kalian tidur di dapur sedang dia di ranjang empuk di kamarnya . Apa dia masih pantas disebut manusia !! "
Air mematikan Air keran di depannya , dia menoleh ke arah pria yang dari tadi mengikutinya . Semua yang dikatakan Varo benar , bahkan rasa sakit ketika dia diperlakukan dengan sinis oleh suaminya sendiri masih terasa sampai sekarang .
" ltu urusan kami , kau dan Deniel tak seharusnya tidak bertindak sejauh itu . Sampai meretas cctv , itu privasi kami Varo "
" ltu menjadi urusanku sekarang , kau sudah keluar dari rumahnya itu berarti kau bukan lagi tanggung jawabnya . Kalian berdua akan menjadi tanggung jawab kami " kata Varo sambil memakai jasnya kembali . Dia akan kembali ke kantornya .
" Tanggung jawab kami ?! Siapa maksudmu dengan kami ? "
" Baik jika kau tak suka dengan kata ' kami ' maka dengan senang hati akan aku rubah . Mulai saat ini kau dan Janu akan menjadi tanggung jawabku . Berbagilah padaku dengan segala hal . Kebahagiaanmu bahkan kesedihanmu . Aku tidak mengijinkanmu untuk merasakan itu semua sendirian lagi "
Air menunduk mendengar semua itu , andaikan Bumi yang mengatakan itu semua pasti dia akan sangat bahagia . Air tak ingin rumah tangganya begini , dengan sekuat tenaga ia sudah bertahan .
Ia pergi bukan karena ingin meninggalkan rumah tangganya . Air pergi untuk memberi kesempatan pada dirinya sendiri ataupun Bumi untuk berpikir . Karena jika ia terus saja bertahan disana maka mereka tak akan bisa introspeksi diri .
Air masih yakin jika suaminya sebenarnya orang baik , mungkin sifatnya sedikit keras tapi bukan berarti bisa menjadikan alasan untuk meninggalkannya .
" Apa aku egois jika aku meninggalkannya disana ? "
" Tentu saja tidak , dia yang memintamu pergi kan "
" Apa aku egois jika saat ini aku ingin sendiri dulu. ? "
" Aku ... bahkan semua orang pasti memahaminya "
" Jika aku masih ingin mempertahankan rumah tanggaku apa kau bisa memahaminya !? "
Varo diam tak menjawab , dia berlalu keluar dari ruko berpapasan dengan Dewa dan Deniel yang sudah kembali dengan membawa beberapa bungkus tas besar yang berisi keperluan Janu dari baju sampai pampersnya .
" Dia kenapa !? " tanya Dewa .
Deniel hanya mengedikkan bahunya , tapi dia tahu Varo sedang kecewa .