"Setelah aku pulang dari dinas di luar kota, kita akan langsung bercerai."
Aryan mengucapkan kata-kata itu dengan nada datar cenderung tegas. Ia meraih kopernya. Berjalan dengan langkah mantap keluar dari rumah.
"Baik, Mas," angguk Anjani dengan suara serak.
Kali ini, dia tak akan menahan langkah Aryan lagi. Kali ini, Anjani memutuskan untuk berhenti bertahan.
Jika kebahagiaan suaminya terletak pada saudari tirinya, maka Anjani akan menyerah. Demi kebahagiaan dua orang itu, dan juga demi kebahagiaan dirinya sendiri, Anjani memutuskan untuk meninggalkan segalanya.
Ya, walaupun dia tahu bahwa konsekuensi yang akan dia hadapi sangatlah berat. Terutama, dari sang Ibu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alasan agar menginap
"Ini apartemenku," ucap Enzo saat dia dan Anjani tiba di depan sebuah apartemen yang cukup besar dan mewah.
Anjani mengangguk. Dia berdiri dengan canggung didepan pintu. Menunggu, Enzo membuka pintu apartemen tersebut.
"Kamu yang buka," ucap Enzo.
"Saya?" Anjani terkejut. "Mana bisa, Pak. Saya kan tidak tahu kode pin apartemen Anda."
"Kodenya menggunakan tanggal lahir mu. Coba saja!"
Perempuan itu terkejut dua kali dalam waktu yang sangat berdekatan. Apa ini sungguh-sungguh? Kode keamanan pintu apartemen Enzo yang akan dia pinjam adalah tanggal ulang tahunnya?
"Kenapa masih diam saja? Ayo, buka!" tegur Enzo.
Anjani pun mengangguk. Dia melakukan apa yang diminta oleh Enzo dengan patuh.
Ia memasukkan tanggal lahirnya dengan hati-hati. Dan, benar saja! Pintu itu benar-benar terbuka.
"Anda tahu tanggal lahir saya darimana?" tanya Anjani penasaran.
"Dari Anushka," jawab Enzo singkat. Dia mempersilakan Anjani untuk masuk terlebih dulu. Sementara, dirinya menyusul dibelakang sambil membawakan koper milik Anjani.
"Pak, ini terlalu luas. Apa tidak apa-apa jika saya tinggal di sini?" tanya Anjani tak enak.
"Tidak apa-apa," jawab Enzo. "Apartemenku masih banyak. Kalau yang satu ini ditempati oleh kamu, aku tidak akan keberatan sama sekali. Asal, kamu bisa menjaganya dengan baik."
"Tentu saja, Pak. Saya pasti akan merawat apartemen Anda dengan baik."
"Good," puji Enzo. "Awas saja, kalau kamu berani merusak barang-barangku! Aku pasti akan memaksamu untuk ganti rugi!"
"Iya, Pak," angguk Anjani lagi. Ah, galaknya Enzo keluar lagi.
"Sudah larut malam. Sebaiknya, kamu istirahat saja! Aku akan pulang," ucap Enzo setelah melihat jam dipergelangan tangannya.
"Kalau boleh tahu, Pak Enzo tinggal dimana? Di gedung ini juga?" tanya Anjani penasaran.
Enzo terdiam sesaat. Jawabannya harus memberi keuntungan untuk dirinya sendiri. Kalau tidak, dia akan menyesalinya.
"Tidak. Aku tidak tinggal di gedung ini," gelengnya kemudian.
"Bukannya, waktu itu Anda bilang kalau Anda juga tinggal di gedung ini?" tanya Anjani lagi.
"Tidak pernah," sahut Enzo dengan nada datar. "Aku tidak pernah bilang seperti itu. Mungkin, kamu salah ingat"
"Tapi, jelas-jelas waktu itu Anda bilang..."
"Kamu tidak percaya padaku?" potong Enzo cepat. "Kalau aku bilang tidak pernah, berarti tidak pernah."
"Tapi..."
"Ingatanmu kenapa buruk sekali, Anjani?" sambar Enzo lagi. "Padahal, kamu seorang arsitek," lanjutnya.
Anjani tampak mendesah samar. Ah, Enzo adalah manusia yang benar-benar menyebalkan. Jelas-jelas, ucapannya waktu itu masih membekas dibenak Anjani sampai hari ini.
Dia jelas bilang kalau dia juga tinggal di gedung yang sama dengan yang Anjani tempati saat ini.
"Ya, saya yang sepertinya salah ingat. Maafkan saya."
"Ya, baiklah! Aku maafkan."
Tiba-tiba, ponsel Enzo berdering. Pria itu pun gegas mengangkat panggilan yang masuk.
"Om, besok dipanggil Opa ke rumah. Katanya, mau mengadakan makan siang bersama. Om jangan sampai tidak datang, ya."
Yang menelpon adalah Anushka. Mengingatkan tentang rencana makan siang keluarga yang sudah dijadwalkan sejak dua minggu yang lalu.
"Apa? Ban mobilnya bocor? Jadi, bagaimana? Apa harus ditambal dulu?"
Diseberang sana, Anushka yang diajak berbicara tampak kebingungan. Apa yang sedang sang Paman ocehkan sebenarnya.
"Om bilang apa, sih? Ban mobil siapa yang bocor."
"Hah? Sudah tidak ada bengkel yang buka lagi jam segini? Jadi, bagaimana? Aku harus pulang ke rumah naik apa? Kamu kan tahu sendiri jika sulit mendapatkan taksi di jam segini."
"Om, jangan bercanda! Sebenarnya, Om sedang bersama siapa ? Kenapa Om tiba-tiba berbicara melantur seperti ini?"
"Apartemen ku yang lain tidak pernah dibersihkan makanya sangat berdebu. Sementara kamu tahu sendiri kalau aku ini alergi debu."
Uhuk! Uhuk! Uhuk! Enzo mulai berakting. Ia memaksakan dirinya untuk batuk.
"Om Enzo sedang membicarakan apa, sih? Om sengaja ingin mengerjaiku, ya?"
"Ku beri jajan dua kali lipat bulan depan. Tapi, berhentilah berbicara omong kosong saat ada Anjani. Diam saja," bisik Enzo agar tak didengar oleh Anjani.
"Om sedang bersama Anjani? Benarkah?" pekik Anushka dengan riang. "Baiklah! Aku tidak akan mengganggu kalian lagi."
"Ya, aku bisa tidur dimana saja. Tidur di sofa juga tidak apa-apa."
"Pak Enzo bermalam di sini saja! Kamarnya kan ada dua. Jadi, tidak masalah," sambar Anjani yang merasa kasihan pada Enzo.
Ia tidak tahu saja jika itu semua adalah trik yang sudah disiapkan oleh Enzo untuk mencari-cari kesempatan. Lelaki itu masih khawatir dengan keadaan Anjani. Jadi, dia memutuskan untuk menjaga Anjani dari dekat.
"Baiklah! Aku akan tidur di kamar tamu. Kamu tidurlah di kamar utama!"
Dan, Enzo langsung berjalan cepat ke kamarnya sebelum Anjani menyadari kebohongan yang baru saja dia ciptakan.
"Selamat malam, Anjani!"
"Selamat malam, Pak Enzo."
lanjut lagi Thor 🙏🙏🙏