Dia Mantan Suamiku
Jalanan yang padat tak menyurutkan semangat seorang ibu muda untuk menjemput putranya. Disaat rekannya tengah melepas penat dan mengisi perut yang keroncongan, dia memilih mengendarai mobil menuju sekolahan sang putra semata wayang. Berkali kali dia menatap jam yang bertengger dipergelangan tangannya. Lima menit lagi. Ya, lima menit lagi kelas putranya usai, tapi dia masih terjebak macet.
Tin tin tin
Berkali kali dia menekan klakson, berharap mobil didepannya segera bergerak maju.
"Sial, aku bisa telat." Gerutunya sambil terus fokus pada jalan.
Perlahan mobil yang dia kendarai mulai bisa bergerak dengan pelan, hingga sampailah dia disekolah sang putra yang sudah mulai sepi.
Gegas dia turun dari mobil dan masuk kedalam sekolah. Matanya menyisir halaman sekolah hingga terhenti pada seorang bocah laki laki tampan yang sedang duduk bersama seorang guru.
"Mama." Teriak bocah laki laki itu sambil berlari kearah wanita yang dia panggil mama itu dan langsung menghambur dalam pelukannya.
Ibu muda itu bernama Mila. Single parent dengan satu anak laki laki berumur 6 tahun. Satu bulan yang lalu, dia pindah dari Singapura ke Indonesia.
"Maafin mama ya, mama telat jemput Saga." Ujarnya sambil mengusap pelan puncak kepala bocah yang bernama Saga itu. Bocah itu sangat tampan, membuat siapapun yang melihat tak pernah absen untuk memujinya.
"Siang Bunda." Sapa guru yang tadi menemani Saga.
"Siang juga Miss Naomi. Maaf membuat miss harus menemani Saga karena saya telat menjemput." Ujar Mila dengan raut bersalah.
"Saya senang bisa menemani Saga menunggu mamanya." Sahut Miss Naomi sambil menyenyuh bahu Saga.
"Mama, hari ini Saga dapat bintang 5." Pamer Saga seraya menunjukkan stempel bintang yang ada ditangannya.
"Wow, anak mama hebat sekali. Tos dulu dong." Keduanya langsung melakukan tos sambil tertawa ringan.
"Gimana perkembangan Saga Miss? Saya khawatir dia tidak bisa berbaur dengan temannya."
"Jangan khawatir Bu. Saga anaknya pemberani dan ramah. Dia jenis yang mudah bergaul. Jadi meskipun dia anak baru, dia bisa dengan mudah berbaur dengan temannya." Terang Miss Naomi sambil mengusap lembut kepala Saga.
"Ya udah, kita pulang yuk. Mama harus segera kembali ketempat kerja. Pamit dulu sama Miss Naomi."
Saga mencium tangan gurunya itu lalu berucap salam. Mila pamit dan langsung membawa Saga menuju mobil.
Dalam perjalanan menuju rumah, Saga tak henti hentinya berceloteh tentang kegiatannya hari ini disekolah. Dari yang Mila tangkap, putranya itu tampak enjoy dengan sekolah barunya.
Mobil yang dikendarai Mila memasuki kawasan perumahan minimalis dan berhenti didepan rumah sederhana bercat putih. Dilihat dari luar saja, rumah itu sudah tampak asri dan nyaman. Bu Rahmi, neneknya Saga, hobi berkebun. Dia menyulap halaman kecil itu menjadi sebuah taman yang sangat indah.
"Assalamualaikum." Ucap Mila dan Saga bersamaan sambil membuka pintu yang tak dikunci. Baru sampai ruang tamu, aroma rendang daging sudah menguar.
"Waalaikumsalam." Sahut Bu Rahmi dari dapur dan segera keluar untuk menyambut cucu dan anaknya.
Saga langsung meraih tangan neneknya dan menciumnya takzim.
"Nenek udah masakin rendang daging kesukaan Saga." Ucap Bu Rahmi sambil menyentuh kepala cucunya.
"Yeeeyyy.." Sahut Saga kegirangan. "Saga mau makan sekarang nek, lapar." Rengeknya sambil memegangi perut.
"Ganti baju dulu, cuci tangan cuci kaki." Titah Mila.
"Saga kekamar dulu ganti baju lalu bersih bersih. Sementara menunggu, nenek ambilkan makannya."
"Siap nenek." Bocah kecil itu langsung menghambur menuju kamarnya untuk ganti baju.
Mila berjalan kedapur untuk mengambil minum. Terjebak macet membuat kerongkongannya kering.
"Kamu mau makan sekalian Mil?" Tawar Bu Rahmi yang sedang mengambil nasi dari magigcom.
"Gak keburu Bu." Jawab Mila sambil melihat jam ditangannya. Sebentar lagi jam istirahatnya habis, jadi dia harus segera kembali ke kantor. "Mila bawa bekal aja, makan dikantor."
Bu Rahmi mengangguk lalu menyiapkan bekal untuk Mila.
"Pak Hadi kapan mulai ngojek lagi Bu?" Pak Hadi adalah tukang ojek langganan Mila untuk antar jemput Saga sekolah selama sebulan ini. Tadi sejak kemarin, dia tak bisa melakukannya karena sedang sakit.
"Gak tahu Mil. Besok ibu telepon lagi. Siapa tahu sudah sembuh."
"Mila akan keluar kota lusa Bu. Kemungkinan 2 hari. Kalau Pak Hadi belum sembuh, siapa yang akan antar jemput Saga?"
"Kamu nginep?" Dahi Bu Rahmi mengkerut.
"Iya, nginep semalam."
"Sama siapa? Gak berduaan saja sama bos kamu kan?" Sebagai seorang ibu, Bu Rahmi jelas mengkhawatirkan Mila. Pekerjaan Mila sebagai sekretaris, membuatnya sering bepergian berdua dengan bos nya. Tapi sepanjang tak menginap, Bu Rahmi masih tenang. Tapi kalau sampai menginap, rasanya dia keberatan.
"Berempat kok Bu. Ibu gak usah khawatir. Justru Mila yang khawatir karena ibu hanya berdua dengan Saga dirumah."
Ayah Mila meninggal setahun yang lalu. Dan sebulan yang lalu, adik laki lakinya mendapatkan bea siswa S2 di luar negeri. Hal itulah yang membuat Mila meninggalkan pekerjaannya di Singapura dan pindah ke Jakarta menemani ibunya.
"Ya udah Bu, Mila harus kembali ke kantor." Mila mencium tangan ibunya, mengambil kotak bekal, lalu berpamitan pada Saga.
...----------------...
Disebuah rumah mewah, tiga orang sedang makan malam bersama dalam keheningan. Jika ditempat lain makan bersama menjadi ajang saling cerita atau bertukar pendapat, tapi dirumah ini, makan malam hanyalah sebuah formalitas.
Bu Dirga merogoh saku blusnya dan mengeluarkan sebuah kartu nama.
"Kata teman mama, dia dokter yang hebat." Bu Dirga meletakkan sebuah kartu nama dimeja, tepat didepan sang menantu yang bernama Salsa. Istri dari putra satu satunya yang bernama Elgar.
Tenggorokan Salsa langsung tercekat. Dia yang hendak menelan makanan, jadi merasa kesusahan. Dia bisa membaca nama seorang dokter kandungan dikartu nama tersebut.
Elgar tetap melanjutkan makannya, dia seperti tak terpengaruh dengan apa yang baru saja mamanya ucapkan.
"Sudah 7 tahun, sampai kapan mama harus menunggu lagi." Terdengar keputus asaan dinada bicaranya.
Mendengar itu, Elgar menghentikan makannya.
"Kami akan mendatangi dokter itu."
Ucapan Elgar membuat Salsa seketika menatap kearahnya. Bukan apa, dia hanya syok mendengar suaminya mau kedokter kandungan. Sudah 3 tahun terakhir ini, mereka berdua putus asa dan tak mau lagi bertemu dokter untuk program momongan.
"Kalian bisa mencoba bayi tabung." Entah untuk yang keberapa kalinya, Bu Dirga mengusulkan itu. Tapi setiap kali, jawaban Elgar masih sama.
"Kami masih ingin yang alami dulu."
"Sampai kapan, sampai mama menyusul papamu?" Geram Bu Dirga sambil meletakkan sendokknya dengan kasar.
"Mah...jangan bicara seperti itu." Sahut Elgar.
"Aku udah selesai." Salsa mengambil kartu nama diatas meja lalu meninggalkan meja makan begitu saja menuju kamarnya.
Elgar meletakkan sendok lalu mengelap bibirnya. Jika orang lain menjadikan rumah sebagai tujuannya pulang. Elgar kebalikannya, Kantor terasa lebih nyaman daripada dirumah.
"El juga udah selesai mah." Elgar beranjak dari duduknya dan meninggalkan Bu Dirga sendirian dimeja makan. Perempuan yang sudah berusia senja itu mengelap cairan bening yang meleleh dari sudut matanya. Selama tujuh tahun ini, dia merasakan gersang. Tak ada kehangatan dalam keluarganya. Dia kesepian, Elgar selalu pulang malam, bahkan kadang tak pulang. Begitu juga dengan Salsa. Sering bepergian keluar negeri dan baru pulang setelah berhari hari bahkan pernah sampai hampir satu bulan.
Tak ada keharmonisan yang dia rasakan. Hanya sepi yang dia rasakan di masa tua.
**Hai reader tercinta. Sesuai janji, author balik lagi bawa cerita Mila sama Elgar. Dia mantan suamiku adalah season 2 dari novel yang berjudul Dia suamiku.
Bagi yang belum baca S1, bisa mampir dulu ke Dia suamiku biar lebih jelas ceritanya**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Runik Runma
dasar laki.ktanya cinta sama mila
2024-09-09
2
Retno Anggiri Milagros Excellent
baiklah.. 🤲🏻😍
2024-08-11
0
Lina Suwanti
mampir lg kak,, penasaran apakah Mila bisa kembali bersama dgn Elgar....apa kabar pink n Devan?
2024-07-09
0