NovelToon NovelToon
Talak Di Atas Pelaminan

Talak Di Atas Pelaminan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / Konglomerat berpura-pura miskin / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Janda / Romansa / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:110.5k
Nilai: 5
Nama Author: Santi Suki

Dunia Yumna tiba-tiba berubah ketika sebuah video syur seorang wanita yang wajahnya mirip dengan dirinya sedang bercinta dengan pria tampan, di putar di layar lebar pada hari pernikahan.


Azriel menuduh Yumna sudah menjual dirinya kepada pria lain, lalu menjatuhkan talak beberapa saat setelah mengucapkan ijab qobul.


Terusir dari kampung halamannya, Yumna pun pergi merantau ke ibukota dan bekerja sebagai office girl di sebuah perusahaan penyiaran televisi swasta.


Suatu hari di tempat Yumna bekerja, kedatangan pegawai baru—Arundaru—yang wajahnya mirip dengan pria yang ada pada video syur bersama Yumna.


Kehidupan Yumna di tempat kerja terusik ketika Azriel juga bekerja di sana sebagai HRD baru dan ingin kembali menjalin hubungan asmara dengannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Arundaru berdiri terpaku beberapa detik. Pertanyaan kakeknya terasa seperti tembakan tepat di dada. Bukan karena dia melakukan kesalahan besar, tetapi karena nama Yumna langsung menyenggol perasaan yang sejak tadi sore berusaha dia simpan rapat-rapat.

“Tadi, Kakek mendapat laporan kalau kamu pergi sama seorang wanita. Siapa dia?” ulang Kakek Rama, suaranya datar namun mengandung tekanan khas seorang kepala keluarga yang terbiasa memimpin ratusan orang.

Arundaru berdeham kecil. “Wanita?” Ia mencoba memasang wajah tenang, padahal jantungnya memukul rusuk seperti drum.

Kakek Rama menurunkan kacamatanya, menatap cucunya penuh analisis. “Jangan pura-pura bodoh. Kamu tahu sendiri, semua yang terjadi di luar sana cepat atau lambat akan sampai ke telinga Kakek.”

Arundaru mengusap tengkuknya yang terasa gatal karena gugup. “Cuma teman, Kek,” jawabnya, berusaha terdengar santai.

“Teman?” alis Kakek Rama naik, ragu. “Kamu tidak pernah pulang bersama teman wanita selama ini. Bahkan ketika kamu dekat dulu dengan anak pengusaha barubara, kamu tetap menjaga jarak.”

Arundaru memalingkan wajah ke jendela besar kamar itu, menatap taman belakang yang mulai diterpa angin malam. Ia menghela napas, lalu duduk kembali dengan gelisah.

Suara Kakek Rama mendadak melunak. “Arun, kamu sudah hampir tiga puluh tahun. Jika kamu memang menemukan seseorang yang membuatmu bahagia, ceria, dan tersenyum, itu bukan hal buruk. Apalagi bisa membuat kamu bernyanyi.”

Arundaru tersenyum kecil, malu. “Nenek kasih tahu, ya?”

“Kamu kira rumah ini sebesar ini tidak punya telinga?” balas sang kakek sinis.

Arundaru tertawa pelan, lalu akhirnya menyerah. “Namanya Yumna.”

“Hm.” Kakek Rama bersandar, mengusap jenggot putihnya. “Ceritakan.”

“Tidak ada yang spesial,” jawab Arundaru sambil mengangkat bahu, padahal pipinya terasa panas. “Dia hanya seseorang yang kebetulan aku bantu.”

“Kebetulan apa?” potong kakeknya cepat.

Arundaru menelan ludah. “Dia kena fitnah. Video palsu di hari pernikahannya tersebar. Rumah tangganya hancur seketika.”

Kakek Rama memandang tajam. “Dan kamu tertarik menolongnya? Kamu yang biasanya malas turun tangan untuk urusan pribadi orang?”

Bukannya marah, Arundaru malah menyunggingkan senyum miring. “Entahlah, Kek. Ada sesuatu dalam diri dia yang membuatku ingin membantu. Tidak tahu kenapa.”

Kakek Rama memperhatikan dengan saksama, seolah menimbang apakah sang cucu benar-benar serius atau hanya terbawa suasana.

“Dia seperti apa orangnya?” tanya Kakek Rama, nada suaranya lebih lembut.

“Sederhana. Jujur. Berani. Dan … kuat.”

Arundaru memijit hidungnya sendiri, mencoba meredakan degup jantungnya. “Setelah semua yang terjadi padanya, dia masih mampu duduk, tersenyum, dan berkata bahwa Allah tidak tidur.”

Tatapan Kakek Rama berubah. Ada decak kagum kecil yang lolos dari bibir tua itu. “Kedengarannya dia perempuan baik.”

“Iya,” jawab Arundaru pelan.

Namun kemudian wajah kakeknya mengeras kembali. “Arundaru, kamu harus hati-hati.”

Arundaru mengerutkan kening. “Maksud Kakek?”

“Kamu itu cucu tunggal. Satu-satunya pewaris. Banyak orang di luar sana yang ingin memanfaatkan keluargamu. Ingin dekat karena harta, bukan karena tulus.”

Arundaru menegakkan punggungnya, ekspresi berubah serius. “Yumna bukan tipe orang seperti itu.”

“Kamu yakin?” suara Kakek Rama rendah, menguji.

“Seribu persen,” jawab Arundaru tanpa ragu.

Kakek Rama menahan senyum, tampaknya puas dengan keyakinan cucunya. “Baiklah. Tapi Kakek tetap ingin tahu siapa keluarganya, dari mana asalnya, dan apa latar belakangnya. Itu bukan untuk menghalangi, tapi untuk berjaga-jaga.”

Arundaru mengangguk pelan. “Aku mengerti.”

Keduanya terdiam beberapa saat.

Setelah keluar dari kamar kakeknya, Arundaru berjalan dengan perasaan campur aduk. Ada senyum yang tidak bisa ia tahan bergantung di bibirnya. Langkahnya enteng, berbeda dengan biasanya.

Di ruang tengah, Nenek Gendis sedang minum teh, duduk di sofa empuk.

“Sudah selesai bicara dengan Kakek?” tanya wanita tua itu tanpa mengangkat kepala.

“Iya, Nek.”

“Ditegur lagi?” goda sang nenek dengan nada menggoda.

Arundaru mendengus. “Bukan ditegur. Ditanya.”

“Ditanya soal perempuan?” Nenek mengangkat alis, senyum kecil muncul.

Arundaru menghentikan langkah. “Nenek mata-mata, ya?”

“Bukan mata-mata. Hanya nenek yang bahagia melihat cucunya hidup seperti manusia normal.” Nenek Gendis menepuk sofa. “Sini, duduk sebentar.”

Arundaru duduk. Sang nenek menatap wajahnya lekat-lekat. “Nenek tidak pernah lihat kamu tersenyum dan bahagia seperti tadi.”

Arundaru menunduk. “Masa?”

Nenek Gendis menepuk tangannya lembut. “Jaga dia baik-baik. Tapi jangan terburu-buru. Perempuan yang terluka butuh laki-laki sabar.”

“Yumna bukan sembarangan perempuan,” jawab Arundaru spontan.

“Oh.” Nenek Gendis tertawa kecil. “Kamu sudah jatuh–”

Arundaru menutup wajahnya. “Nenek ....”

“Tidak apa-apa,” ucap sang nenek lembut. “Perasaan tidak bisa dilarang.”

Arundaru bangkit berdiri, pipinya memerah. “Aku ke kamar dulu, Nek.”

“Jangan lupa makan malam!” seru sang nenek sambil terkekeh.

Di kamarnya, Arundaru langsung mengambil laptop. Ia membuka file laporan penyelidikan kantor, berusaha fokus. Namun pikirannya kembali melayang pada wajah Yumna. Cara wanita itu merapikan jilbabnya dengan santai, suaranya yang lembut namun tegas dan tatapannya yang kuat meski penuh luka.

“Kenapa kamu harus muncul di hidupku sekarang?” gumam Arundaru sambil menyandarkan kepala di kursi.

Ponselnya berbunyi. Pesan dari Barata:

[Sudah aku cek. Ada jejak digital yang mencurigakan. Nanti aku kirim rinciannya]

Arundaru langsung tegak.

[Aku tunggu. Kirim lengkap]

Beberapa detik kemudian:

[Dan Arun, jangan gegabah soal perempuan itu]

Arundaru mengetik cepat:

[Siapa pun dia, bukan masalah bagiku.]

Barata hanya membalas dengan emoji mata melirik—yang menyebalkan.

Arundaru menutup laptop, berdiri, lalu berjalan ke balkon kamarnya. Udara malam berhembus, membawa aroma angin laut yang lembut.

Di bawah sana, lampu taman menyala temaram, sementara suara air mancur kecil terdengar menenangkan.

“Yumna,” bisik Arundaru. “Aku tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Tapi aku ingin jadi orang yang bisa menjagamu.”

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Arundaru merasakan sesuatu yang hangat dan menenangkan mengisi dadanya, sebuah harapan baru. Harapan yang membuatnya ingin bangun esok hari dengan semangat berbeda.

Di kamar Kakek Rama, pria tua itu berdiri sambil menatap ke luar jendela. Nenek Gendis masuk membawa secangkir jahe hangat.

“Kamu yakin tidak apa-apa membiarkan Arun dekat dengan perempuan itu?” tanya Nenek Gendis pelan.

“Aku tidak bilang membiarkan,” jawab Kakek Rama. “Aku hanya mengamati.”

Nenek Gendis mendekat. “Dia tidak seperti perempuan lain yang mendekati keluarga kita.”

“Aku tahu.” Kakek Rama mencicipi minuman. “Lihat saja bagaimana Arundaru berbicara tadi. Dia itu sudah benar-benar terpengaruh. Dia bisa jatuh cinta sungguhan.”

“Kalau begitu, beri dia kesempatan,” ucap Nenek Gendis lembut.

Kakek Rama tersenyum tipis. “Selama perempuan itu tidak membawa masalah, Ibu tidak perlu khawatir.”

Nenek Gendis mengangguk pelan. “Arundaru sudah menua, Pak. Wajar kalau dia akhirnya menemukan seseorang.”

Kakek Rama memandang angin malam, seakan berbicara kepada dirinya sendiri. “Semoga perempuan itu membawa ketenangan untuknya.”

Di kamar senyapnya, Arundaru duduk di tepi ranjang. Pikirannya kembali berputar kepada satu hal, yaitu Yumna.

Langkah kecil, senyum lirih, suara lembut penuh luka itu terus menari di kepalanya.

“Besok aku akan menemuinya lagi,” gumam Arundaru pelan.

Dan malam itu, untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, Arundaru tidur dengan senyum.

1
Ita Xiaomi
Jd rindu ama emak dan bpk. Dulu sering nyuapin aku makan😢
ken darsihk
Pacar nya Arundaru wanita baik baik nek , jadi nenek nggak usah khawatir Yumna pacar nya Arundaru tidak neko neko orang nya
ken darsihk
Apa seihhh mas Arun curi curi kesempatan ajaaa
Modus mas Arun moduusss 😂😂😂
Sugiharti Rusli
jadi memang wajar bila sang nenek khawatir sama cucu satu" nya itu, sebetulnya kalo si Arun sendiri sudah siap berumah tangga sama Yumna, hanya Yumna yang masih perlu waktu lagi kan
Sugiharti Rusli
dan sekarang dia belikan Yumna dan dirinya rumah sederhana agar bisa pergi kerja bareng dunk,,,
Sugiharti Rusli
bahkan dia rela tinggal di kontrakan yang disewa dekat kost an Yumna,,,
Ita rahmawati
biasa aja sih arun emang kmu blm pernah ciuman sblmnya 🤣
Sugiharti Rusli
jadi memang wajar sih hype nya jadi beda, apalagi sepertinya sekarang dia tidak mau gagal lagi kan,,,
Sugiharti Rusli
sebetulnya dulu dia tuh pernah punya kekasih yah, tapi lama ga pernah punya lagi sepertinya setelah kehadiran si Yumna
ken darsihk
Di enakin aja Yumna semua dilakukan Arundaru demi kenyamanan kamu , sebagai orang dia cintai Arundaru ingin kamu baik2 sajah
Sugiharti Rusli
namanya lagi jatuh cinta yah si Arundaru itu, jadi tingkahnya sedang ada bunga di mana"😁😁😁
Ita rahmawati
dasar arun gk menyianyiakan kesempatan ya 🤣
Esther Lestari
yang lagi jatuh cinta😃.
semoga keluarga Arun bisa menerima Yumna
Esther Lestari
kesempatan yang ada jangan disia2kan ya Arun...main nyosor saja😂😂
sunshine wings
🤣🤣🤣🤣🤣
sunshine wings
maaf ya author 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻
sunshine wings
wah.. 👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻
sunshine wings
😭😭😭😭😭
sunshine wings
🥺🥺🥺🥺🥺😢😢😢😢😢
Sugiharti Rusli
semoga nanti kedua ortu si Arundaru bisa memberikan restu kepada putranya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!