NovelToon NovelToon
Cinta Terlarang Antara Ayah Dan Anak Angkat

Cinta Terlarang Antara Ayah Dan Anak Angkat

Status: tamat
Genre:Cintapertama / CEO / Cinta Terlarang / Beda Usia / Tamat
Popularitas:722.5k
Nilai: 5
Nama Author: kaylakay

Salahkah apabila seorang ayah—walaupun tidak sedarah—mencintai anak yang diasuhnya, dan cinta itu adalah cinta penuh hasrat untuk seorang pria pada kekasihnya.

"Akhiri hubungan kita! setelah itu Daddy bebas bersama Tante Nanda dan Hana juga akan bersama dengan pria lai ..."

Plakkkkkkkkk...! suara tamparan terdengar. Wajah Hana terhempas kesamping dengan rambut yang menutupi pipinya, karena tamparan yang diberikan Adam begitu kuat.

Hana merasa sangat sakit terlebih pipinya yang
sudah ditampar oleh Adam. Serasa panas di pipi itu,
apalagi dihatinya.

"Jangan pernah katakan hal itu lagi, sampai kapanpun kamu tetap milik Daddy, siapa pun tidak berhak memiliki kamu Hana." teriak Adam dengan amarah yang memuncak menatap tajam wanitanya. Ia menarik Hana dalam pelukannya.

"Daddy egois, hiks hiks." Hana menangis sembari memukul dada bidang Adam.

Apakah mereka akan tetap bersatu disaat mereka tak direstui? Bagaimana Adam mempertahankan hubungan mereka?

Nantikan kisah mereka!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kaylakay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Meluapkan amarah

Adam menatap manik wajah Hana. Ia merasa ikut terluka melihat tatapan itu.

"Dengarkan, anak itu juga mengakui kesalahannya. Dia sadar udah bawah pengaruh buruk sama kamu." ucap kakek Barack.

"Cukup papi! cukup ..... jaga bicara papi, Adam kecewa sama apa yang udah papi ucapin. Adam nggak nyangka papi setega itu sama Hana. Apa salah Hana Pi, apa?" ucapnya dengan nada teriak.

"Adam cukup, sayang." Oma mencoba menghentikan perdebatan mereka. Beliau masih ditenangkan oleh Nanda.

Kedua pria itu kompak mengarahkan pandangannya, kepada Oma Ani dengan tatapan yang masih tersulut amarah.

"Apa kalian nggak malu, Nanda lihatin semua pertengkaran kalian." ucap Oma Ani dengan tatapan kecewa.

"Ini semua karena anak pungut itu, karena dia semua jadi berantakan." ucap kakek dengan ucapan menghina.

Deg

Dada Hana begitu berdesir nyeri mendengar ucapan yang dilontarkan kakeknya. Sebegitu hina kah dirinya dimata beliau? hingga membuat pria tua itu sangat membenci dirinya.

Hana sudah tidak bisa lagi menahan rasa sakit di-dadanya dan juga air mata yang ia tahan sedari tadi, tumpah begitu saja membasahi kedua pipi mulusnya.

Hana lalu melangkah keluar akan meninggalkan ruangan itu. Ia tidak sanggup lagi berada ditempat itu, sungguh benar benar tidak kuat.

Adam yang melihat Hana melangkah dari tempatnya, sontak berucap. "Hana .... berhenti! jangan coba coba keluar dari ruangan ini, sebelum Daddy mengijinkan." ucap Adam dengan nada tegas.

Sontak langkah kaki Hana terhenti begitu saja, mendengar ucapan Daddy-nya. Ia berusaha tidak mengeluarkan suara tangisnya dengan tangan yang menghapus air mata itu.

Adam memejamkan matanya sebentar mencoba meredakan amarahnya. Lalu kembali menatap papinya. "Masalah Adam belum selesai sama papi!" ucapnya dengan nada dingin.

Adam lalu melangkah mendekati Hana dan menarik tangan wanita itu untuk pergi dari rumah papinya. Oma menatap sedih kepergian anak dan cucunya itu.

"Adam! ...." teriak Oma Ani dengan lirih.

Teriakan Oma tidak digubris oleh Adam. Pria itu terus berjalan dengan tangan yang menarik Hana keluar dari ruangan itu. Tubuh keduanya pun semakin menghilang dibalik pintu itu.

"Papi benar benar keterlaluan." ucap Oma menyalakan suaminya. Oma Ani menatap kecewa kakek Barack. Kakek Barack terlihat acuh dengan ucapan istrinya.

Nanda menuntun Oma Ani ke tempat duduk, mendudukkan beliau di-sana. Ia lalu mengambil segelas air untuk diminum Oma Ani.

"Tante minum dulu." ucap Nanda memberikan segelas air kearah Oma Ani.

"Makasih ya, Nanda," ucap Oma saat menerima gelas itu.

Nanda tersenyum menatap Oma Ani. "Tante jangan banyak pikiran." ucap Nanda perhatian. Oma Ani menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kecil.

Sementara kakek Barack yang masih dilanda emosi memutuskan pergi dari tempat itu menuju kamarnya.

Diluar sana. Tampak Adam memasukan Hana kedalam mobilnya. Ia lalu masuk dan menjalankan mobil itu menuju rumahnya.

Di mobil itu tak ada percakapan dari keduanya. Hana menatap keluar jendela mobil itu dengan air mata yang terus mengalir, sesekali ia menghapusnya dengan telapak tangannya.

Adam melihat itu sedari tadi. Ia memutuskan untuk tidak membahasnya disaat mereka sedang dalam perjalanan. Ia memacu mobilnya dengan kecepatan cepat. Rasa hening menyertai perjalanan mereka.

Setengah jam perjalanan mereka. Tibalah mereka di rumah Adam. Mobil itu pun berhenti di halaman rumah itu. Hana dengan cepat keluar dari mobil Adam tanpa menunggu lagi pria itu. Ia berlari masuk kedalam rumah dengan menyeka air matanya.

BI Surti dan satu pembantu lainnya yang kebetulan lewat dari arah itu, menatap Hana dengan wajah bertanya tanya. "Nona Hana kenapa? Kok kayak habis nangis ya?" gumam Surti pelan yang masih bisa di dengar oleh teman temannya itu.

"Nangis kenapa?" tanyanya dengan penasaran.

"Kepo! .... udah lanjutin lagi jalannya." BI Surti menatap kesal teman kerjanya itu. Keduanya lalu melanjutkan kembali langkah mereka.

Adam menghembuskan nafasnya perlahan, mencoba meredakan amarahnya. Ia lalu melangkah masuk kedalam rumah, menyusul Hana.

Saat Adam masuk kedalam kamar Hana. Ia melihat gadisnya itu sudah membaringkan tubuhnya di-atas ranjang membelakangi dirinya.

Adam Kemudian melangkah mendekati Hana di ranjang itu. Ia menatap sendu punggung Hana. Ia tahu malam ini memang begitu buruk untuk Hana kenang, karena penghinaan yang papinya berikan dan juga masalah pertunangan mereka yang membuat Hana menjadi semakin hancur.

"Memang seharusnya kita ngga lakuin ini Daddy. Harusnya dari awal Hana bisa tegas sama diri Hana untuk ngga terima hubungan kita." ucapnya dengan bahu yang terguncang karena menangis.

"Harusnya Hana nggak jatuh cinta sama Daddy. Harusnya Hana sadar diri dan hanya menganggap Daddy sebagai Daddy Hana, bukan lebih dari itu. Hiks hiks ...." tangisan itu makin terdengar kuat.

Adam memejamkan matanya mendengar ucapan Hana. Ia sudah hampir tersulut emosi lagi karena ucapan Hana.

"Jadi kamu nyesal sama hubungan kita? Iyah?" tanya Adam dengan nada berat. Ia duduk ditepi ranjang itu dengan pandangan yang masih menatap Hana.

Gadisnya masih dengan posisi yang sama. Yaitu membelakangi pria tersebut. Hana mengigit bibirnya kuat mendengar pertanyaan Adam.

"Iy .... iya, Hana menyesal karena mau melakukan hubungan ini. Dan lebih baik kita akhiri saja hubungan kita, sebelum Oma dan Kakek tahu tentang semua ini." ucapnya dengan terpaksa mengatakan itu. Ia merasa sudah pesimis atas hubungan mereka yang akan banyak pihak yang tidak menyetujui.

Adam langsung tersulut emosi mendengar kata mengakhiri yang terucap begitu saja dari mulut Hana. "Tarik kembali kata kata kamu, Hana! Daddy ngga mau dengar satu kata itu, terulang lagi dari mulut kamu." bentak Adam.

Hana menguatkan dirinya. Ia lalu bangkit dan merubah posisinya menjadi terduduk di atas ranjang itu, lalu berbalik berhadapan dengan Adam.

Kedua mata mereka saling menatap satu sama lain. Dengan mata yang mengisyaratkan luka dibalik bola mata mereka.

Wajah Hana begitu sembab karena banyak menangis. Ia menatap Adam dengan wajah yang terlihat begitu hancur. "Mari kita akhir semua ini." ucap Hana pelan menatap Adam sambil tersenyum dengan air mata yang kembali mengalir.

"Hana cukup! Daddy udah bilang jangan pernah katakan kalimat itu!" teriak Adam didepan Hana. Ia dengan nafas memburu.

Dengan memberanikan dirinya, Hana mengangkat kedua tangannya dan mengelus rahang tegas milik Adam. Ia memandangi sebentar wajah Adam yang masih terlihat emosi.

"Akhir hubungan kita, setelah itu Daddy bebas bersama Tante Nanda dan Hana juga akan bersama dengan pria la_"

Belum juga ucapan Hana selesai, Adam sudah

melayangkan satu tamparan di pipi mulus itu.

Plakkkkkkkkk ...! suara tamparan terdengar. Wajah Hana terhempas kesamping dengan rambut yang menutupi pipinya, karena tamparan yang diberikan Adam begitu kuat.

Hana merasa sangat sakit terlebih pipinya yang sudah ditampar oleh Adam. Serasa panas di pipi itu, apalagi dihatinya.

Hana lalu mendongakkan wajahnya menatap Adam dengan tersenyum, senyuman yang mengisyaratkan luka.

"Jangan pernah katakan kalau kamu mau mengakhiri hubungan ini, apalagi berharap untuk bersama pria lain. Karena itu tidak akan pernah terjadi!!. teriak Adam kepada Hana dengan mengepalkan tangannya yang baru saja menampar pipi Hana. Wanita yang sangat dia cintai.

"Pada akhirnya Hana memang bukan milik Daddy." ucap Hana tersenyum meledek dengan air mata, ia masih menahan rasa sakit atas tamparan yang diberikan Adam di-pipinya.

"Cukup Hana!" teriak Adam.

"Kamu memang harus diberikan hukuman, biar kamu tahu siapa yang berhak atas dirimu." ucap Adam dengan emosi lalu menarik tubuh Hana, membaringkan tubuh wanita itu dengan kasar di-atas ranjang.

Ia memang harus melakukan ini agar Hana tidak berani untuk bersama pria lain. Karena dengan cara ini Hana pasti merasa tidak pantas bersama dengan pria manapun diluar sana.

"Lepas!" sentak Hana, sambil menghentak kasar cekalan tangan Adam, tetapi Adam sama sekali tak mengindahkan peringatan Hana.

Dia semakin menggenggam erat tangan Hana, mengurung tubuh itu.

"Daddy, lepas! Hiks hiks." Hana masih berusaha meronta dengan menangis Namun, usahanya tak membuahkan hasil. Hana pasrah dengan apa yang Adam lakukan.

Adam tersenyum menyeringai. Satu tangan Adam langsung menahan tengkuk Hana. lalu dia memberikan ciuman brutal pada pemilik bibir tebal itu.

Hana yang mendapat serangan dadakan tak mampu mengimbangi bobot tubuhnya, dia reflek mencengkram bahu Adam, dan pria matang itu justru semakin memperdalam ciumannya.

Menyesap benda kenyal itu atas bawah secara bergantian. Adam tampaknya ingin menunjukkan hukumannya dengan aksi yang diberikan oleh pria itu.

Sementara Hana yang mendapat perlakuan seperti itu semakin merasa sakit hati dengan air mata yang terus mengalir. Tangannya yang semula mencengkram bahu kekar Adam berganti memukuli dada bidang pria itu. Namun, pukulan itu tak seberapa, Adam dengan jemari lihainya merayapi tubuh Hana masuk ke dalam dress rumahan gadis itu, dan mulai mengusap paha mulus milik Hana.

Usapan itu terasa semakin naik, hingga ke atas punggung, tangan Adam membuka benang yang melekat ditubuh Hana lalu setelah itu mencari muara penyanggah, dan dengan mudah dia melepasnya begitu saja.

Hana sudah menangis, dia membulatkan netranya begitu Adam sudah bermain semakin jauh di atas tubuhnya. Lalu dengan mengambil celah, Hana menggigit bibir Adam hingga berdarah.

"Sst .. Adam mendesis merasakan sakit pada bibirnya, tetapi amarah dan gairah menjadi satu yang benar-benar sudah memuncak mengalahkan itu semua.

Adam sedikit menindih tubuh Hana. Kini bibir milik Adam berganti menyusuri leher jenjang gadis itu. Dan mengunci tangan Hana di atas kepala.

"Tidak semudah itu menghentikan semuanya, Hana. ucap Adam di sela-sela aksinya.

"Daddy, please stop!" Hana menggigit bibir bawahnya berusaha untuk tidak mendesah. Namun, cobaannya semakin bertambah besar, saat Adam menyingkap lalu menyesap dua bulatan sintal miliknya.

Hana semakin menggigit bibirnya kuat-kuat, agar dia tidak terpancing dengan permainan ayah angkatnya. Sementara Adam, sudah berada di ambang batas, netranya sudah berkabut hebat, dengan debaran yang menggila.

Adam menghentikan sejenak aktivitasnya, lalu tanpa diduga dia melepaskan benang yang melekat di tubuhnya. Hana mendelik, dia menelan salivanya susah payah saat melihat benda itu terpampang depannya. Sumpah demi apapun, tubuh Hana dibuat gemetar oleh Adam.

Hana menggeleng dengan lelehan air mata, sementara bibirnya terus terisak-isak. Namun, detik selanjutnya Adam justru menarik secarik kain tipis selanjutnya yang menutupi inti tubuh gadis itu.

"Daddy, stop! Please, jangan lakuin itu." ucap Hana dengan Suara yang tercekat.

Hingga akhirnya malam itu keduanya benar-benar menyatu. Hana memekik saat benda aneh melesak dalam tubuhnya, cairan bening itu semakin meleleh, disertai rasa sakit yang luar biasa.

"I'm sorry, Baby." Adam membenamkan wajahnya

di antara ceruk leher Hana menghirup aroma tubuh gadis itu dalam-dalam.

1
Ibelmizzel
adam2 kau berpelukan dgn perempuan yg nyata2 suka sama mu dan menghabiskan 1 hari dgn perempuan itu tak kau ingat dgn istrimu yg gelisah nugu dirumah,giliran istrimu periksa kehamilan perkara dokter laki2 kau udah main jotos aja dasar laki arogan dan egois.
Ibelmizzel
umur udah tua Bangka tapi tak dewasa dia peluk2 dgn perempuan lain seharian bersama giliran istri ny sekedar gobrol dgn pria lain macam mau ditelan hidup2 dasar egois ingat umurmu dam.
Ibelmizzel
udah mulai ada ulat buluny
Ibelmizzel
sakitmu dak sesakit Hana yg udh dirusak sama Adam dan dijanjikan cinta,dasar Adam katany cinta mati sama Hana tapi kok sikapnya sama nada kayak cinta juga dasar laki2 laknat,pergi aja Hana Jagan pedulikn Adam greget aku😡😡😡
Ibelmizzel
berensek juga Adam ni 😡😡😡
Ibelmizzel
Adam udah gila semakin gila
Ibelmizzel
Adam egois madahal umur udh tua tapi tak bisa memahami hana
Akun Rizky: usia itu gk menjamin kedewasaan seseorang terhadap sikapya terhadap pasangannya
total 1 replies
Safa Almira
,sabar ken
MAYZATUN 🥰🥰🥰al rizal
😁
Safa Almira
syuka
Qaisaa Nazarudin
Nanda lah Cassandra lah..🤦🤦Mending Adam nikahin Hana cepatan,Hubungan juga udah kayak Pasutri,Umur juga udah tua, Nunggu apa lagi sih..
Qaisaa Nazarudin
Nama Adam,umur 39 tahun muslim banget,kenapa gak di halalin aja,udah hareudang tp gak bisa bercocok tanam,ngapain bikin sakit kepala aja..
Qaisaa Nazarudin
Melda? Siapa Melda?
Qaisaa Nazarudin
Mampir thor,masih nyimak,semoga seru..
SUSANTI SUTISNA
visualny kereeen🥰
SUSANTI SUTISNA
luar biasa...suka cerita ny
SUSANTI SUTISNA
semangat Thor aq suka cerita ny 🥰
rohma Rohma
Luar biasa
Grace Dachi
suka
Kayla: Mksih😊
total 1 replies
Sri Watigustami
buat hana pergi jauh thor,biar adam tau rasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!