Mariza dan Derriz menikah karena perjodohan. Selama satu tahun pernikahannya, Derriz tak pernah menganggap Mariza.
Mereka tinggal satu rumah tapi seperti orang asing. Derriz sendiri yang membuat jarak diantara mereka. Karena Derriz mencintai dan masih menunggu mantan kekasihnya kembali, Luna.
Seperti yang di katakan Derriz di awal pernikahannya. Mereka akan berpisah ketika Luna kembali. Apalagi Mariza tak bisa membuatnya jatuh cinta. Bagaimana bisa jatuh cinta jika selama ini saja Derriz selalu menjaga jarak darinya. Bukan hanya di rumah, tapi di kantor juga mereka seperti orang asing.
"Apa alasanmu ingin bercerita dariku?" tanya Derriz saat Mariza memberikan surat cerai yang sudah dia tandatangani.
"Apa aku kurang memberikan uang bulan padamu? Apa masih kurang?" Derriz tak terima Mariza ingin bercerai darinya.
"Karena masa lalumu sudah kembali, Mas! Aku pergi karena aku sudah tak ada gunanya lagi di sini!" jawab Mariza.
"TIDAK!" jawab Derriz membuat Mariza bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Pamit, Mas! 6
"Apa kabar cucu mantu kesayangan kakek?" tanya Kakek Bayu yang lebih dahulu menyapa Mariza di banding cucunya sendiri, Derriz. gak itu membuat Derriz memutar bola matanya malas. Selalu seperti itu, kakeknya akan lebih mendahulukan gadis itu di banding dirinya. Rasanya sudah seperti cucu Turi saja di hadapan kakeknya itu.
"Alhamdulillah baik kek, Kakek juga kelihatannya sudah sehat lagi. wajah kakek semakin berisi," jawab Mariza.
"Kok kakek Mambawa koper?" tanya Derriz kaget saat asisten pribadi Kakek Bima mengeluarkan koper besar di bagasi mobil.
"Kakek akan menginap beberapa hari di sini. Kakek merindukan Izha," jawab Kakek Bima membuat Izha dan Derriz saling pandang. Setelahnya Derriz membuang muka kesal.
"Kek, kenapa harus menginap lama-lama sih? Di rumah Ini kan tidak ada siapa-siapa lagi selain kami, Kek. Sedangkan kami seharian ada di kantor dan akan pulang di sore hari. Sedangkan di rumah kakek ada banyak orang yang bisa menemani kakek istirahat dan bermain," kesal Derriz saat mendengar kakeknya malah akan menginap.
Hal itu akan membuat dia semakin susah saja, karena jika kakek menginap maka otomatis dia dan tidak akan tidur dalam satu kamar. Sesuatu yang paling dihindari oleh Derriz selama ini.
"Kau fikir kakek ini bocah ingusan apa? Pake segala teman bermain! Kakek juga akan pergi ke kantor. Sudah lama kakek tidak melihat keadaan kantor. Kakek akan mengawasi kamu bekerja!" jawab Kakek Bima membuat Derriz mendengus.
"Apa kepala kakek terbentur hingga tiba-tiba datang dan melakukan hal aneh? Kenapa harus menginap segala sampe beberapa malam sih? Satu malam saja lah Kek!" Kembali Derriz mengutarakan ketidaksukaannya.
"Kenapa memangnya? Apa ada yang kamu sembunyikan dari kakek? Kamu tidak menyakiti cucu mantu kesayanganku? Awas saja kalau sampai berani membuat cucu mantuku terluka maka kamu tak kan pernah bisa mendapatkan jabatanmu itu lagi!" emosi Kakek Bima.
"Ck! pikiran kakek selalu buruk padaku! Aku ini cucu kandungmu satu-satunya Kek! Mana mungkin aku melakukan hal seperti itu walau kenyataannya aku tak pernah mencintai Izha. Tapi kami tetap akur selama satu tahun ini!" jawab Kakek Bima.
"Baiklah! Aku akan tahu jika kamu menyakiti Izha, walau kamu sembunyikan dariku bocah tengik!" kesal kakek Bima.
"Kek, sudah. Jangan marah-marah nanti tensi kakek malah akan kembali naik. Izha buatkan makanan kesukaan kakek, apa kakek mau coba?" Ujar Izha lembut membuat senyum terbit di bibir Kakek Bima.
Padahal sebelumnya dia sedang marah kepada Derriz. Tapi bisa berubah dalam hitungan detik saat mendengar suara Izha.
"Gadis itu pasti menggunakan sihir sehingga membuat kakek dengan mudah luluh padanya!" batin Derriz kesal melihat istrinya selalu bisa membuat kakeknya yang tegas dan pemarah itu luluh dengan mudah.
"Wah ini enak sekali, nak! Ini beneran kamu buat sendiri?" tanya Kakek Bima saat mencicipi makan siang buatan cucu mantunya.
"Iya kek, Izha buat sendiri saat mendengar dari nyo ... Dari mama kalau kakek akan berkunjung ke rumah. Izha mau memamerkan hasil masakan Izha untuk kakek. Apalagi kakek dalam proses pemulihan pasti selalu lapar," kekeh Izha membuat Kakek Bima juga ikut tertawa.
Hampir saja Izha salah menyebut panggilan ibu mertuanya dengan sebutan Nyonya di depan Kakek Bima. Apalagi Derriz juga sudah melotot padanya. Derriz yang juga ikut di meja makan seolah tak di anggap keberadannya. Karena kakeknya bahkan lebih banyak bercerita dengan Izha. Entah apa yang mereka bicarakan karena Derriz tak mengerti. Setelahnya mereka berkumpul di ruang keluarga dan kembali keduanya mengobrolkan hal yang tak di mengerti oleh Derriz. Tapi kakeknya tertawa bahagia terus menerus.
"Kakek minum obat dan setelah itu istirahat ya," ucap Izha saat Pak Agung, asisten pribadi Kakek Bima memberikan obat kakek Bima kepada Izha.
"Benar, aku harus tetap sehat agar bisa melihat kamu hamil dan memberiku cicit," jawab Kakek Bima tertawa bahagia.
Lain hal dengan Izha yang menahan perih di dalam hatinya dan di sembunyikan melalui senyuman. Keinginan Kakek Bima tak akan pernah bisa terwujud, sebentar lagi mereka akan berpisah. Sudah saatnya dia pergi dari sana. Walau tak tega rasanya menyakiti hati kakek tua yang sudah membantu pengobatan ibunya. Tapi ini adalah yang terbaik demi semua orang. Terutama demi dirinya, menjaga agar tetap wa-ras.
Setelah ini ada hal lain yang harus dia lakukan. Menyelamatkan ibunya dari ceng-kra-man sang ayah. Oleh sebab itu dia harus kuat dan tetap menjaga kewarasannya. Jangan sampai malah tumbang, apalagi mental dan perasaannya di sakiti Derriz seperti ini.
"Anda beruntung sekali Pak, menikah dengan Bu Izha yang begitu menyayangi Pak Bima. Di sisa umurnya, dia merasa bahagia saat bertemu dengan Bu Izha. Seteleh nenek anda meninggal, anda tahu sendiri. Pak Bima menjadi orang yang begitu keras. Bahkan tak pernah tertawa sekalipun. Bersama dengan Bu Julia yang merupakan menantunya saja, beliau tidak pernah senyaman dan sebahagia itu," ucap Pak Agung kepada Derriz yang masih duduk di sana.
"Saya mohon, biarkan Pak Bima bahagia di sisa waktunya. Karena kita tak tahu berapa lama lagi umur Pak Bima di dunia ini, jangan sampai anda menyesal di kemudian hari. Walau saya tahu, jika diantara kalian tak ada cinta. Tapi Bu Izha selalu bisa menutupi semuanya di depan Pak Bima. Jika saja itu wanita lain, maka dia akan memanfaatkan kebaikan Pak Bima kepadanya dan mengadukan banyak hal tentang anda," tambah Pak Agung membuat Derriz hanya bisa menghela napas panjang.
"Tapi aku juga berhak memilih hidupku sendiri. Kebahagiaanku Pak Agung. Aku tak bisa terus membahagiakan orang lain sementara hatiku berdenyut nyeri," jawab Derriz.
Seharian ini Kakek Bima benar-benar menikmati waktunya bersama dengan Cucu menantunya. Derriz malah semakin merasa tak berguna di antara mereka. Dia juga ingin mendapatkan kembali perhatian kakeknya yang kini malah di di berikan kepada istrinya.
"Astaga, hahahaha ...," kakek Bima tertawa, kini Derriz juga akhirnya bisa ikut larut tertawa bersama dengan mereka.
"Mungkin ini adalah pertama dan terakhir kalinya aku melihat tawamu, Mas. Tekadku sudah bulat untuk pergi dari kehidupanmu dan juga kakek. Semoga setelah ini kamu selalu bahagia bersama dengan wanita yang selalu ada dalam hatimu. Jangan lupa ajak Mbak Luna untuk lebih dekat dengan pria tua kesepian itu. Kalian pastinya akan bahagia tanpa aku, orang yang tak pernah kamu harapkan, Mas!" batin Izha saat melihat tawa kakek Bima dan juga Derriz.
Sudut mata Izha mengeluarkan cairan bening yang tak bisa dia tahan hingga membuatnya berbalik badan untuk mengusapnya. Agar kakek Bima tak melihat hal itu. Derriz melihatnya dengan jelas, tapi dia bersiap seolah-olah tidak tahu.
akhir nya babang axcel turun tangan jg menyelamatkan izha
skrg otw menjemput calon ibu mertua mu ya babang axcel👍👍
muak sangat sm s derris
buat izha cepet bebas dr derris n axcel membantu smua nya biar lancar
klau udh beres dgn derris br izha d bantu axcel untuk menyelamatkan ibu nya
babang axcel gercep dong tolongin izha ya, kasian izha sendirian