Dia hanya harus menjadi istri boneka.
Bagaimana jika Merilin, gadis yang sudah memendam cintanya pada seseorang selama bertahun-tahun mendapatkan tawaran pernikahan? Dari seseorang yang diam-diam ia cintai.
Hatinya yang awalnya berbunga menjadi porak-poranda saat tahu, siapa laki-laki yang akan menikahinya.
Dia adalah bos dari laki-laki yang ia sukai dalam kesunyian, yang menawarinya pernikahan itu.
Rionald, seorang CEO berhati dingin, yang telah dikhianati dan ditingal menikah oleh kekasihnya, mencari wanita untuk ia nikahi, namun bukan menjadi istri yang ia cintai, karena yang ia butuhkan hanya sebatas boneka yang bisa melakukan apa pun yang ia inginkan.
Akankah Merilin menerima tawaran itu, sebuah kontrak pernikahan yang bisa membantunya melunasi hutang warisan ayahnya, yang bisa membantu pengobatan jangka panjang ibunya, dan memastikan adik laki-lakinya mendapatkan pendidikan terbaik sampai ke universitas.
Bisakah gadis itu mengubur cintanya dan menjadi istri boneka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Sentuhan Tangan
Waktu rasanya berhenti di dalam ruangan di mana kedua insan itu berada. Bibir Merilin bergetar, mata Merilin mengerjap bingung menatap laki-laki yang tidur di atas pangkuannya. Sedangkan kedua mata Rion terpejam, tidur dengan tenang.
Entah apa yang dipikirkan Rion saat ini, kenapa dia menjatuhkan kepala tanpa permisi di pangkuan Merilin.
Gadis itu lekat memperhatikan gurat wajah angkuh dipangkuan ya. Mencoba mencari tahu apa sebenarnya yang sedang ia alami ini. Rion seperti sedang tidur dengan tenang tanpa beban sama sekali. Padahal yang sedang jadi bantal pikirannya campur aduk bingung.
Sebenarnya ada apa ini! Kenapa dia tiba-tiba tidur di pangkuanku!
Merilin ingat pertemuannya dengan Rion kala itu saat penandatanganan kontrak pernikahan. Jelas-jelas Rion mengatakan tidak suka barang miliknya disentuh orang lain. Itu artinya dia juga tidak suka bersentuhan kan?
Tapi kenapa kau seenaknya menyentuh orang begini!
Mata Merilin mengerjap, seperti mendapat kesadaran. Benang merah dari semua kebingungannya. Pikiran ini muncul sendiri saat memandang wajah bak pahatan di pangkuannya.
Aku kan bukan orang. Benar, aku ini bukan orang baginya. Aku itu bonekanya. Benar Mei, hiks, karena kau bukan orang dan sudah jadi bonekanya, maka dia bisa seenaknya menyentuhmu begini. Kau itu sudah jadi miliknya. Dia pasti tidak menganggapmu manusia.
Akhirnya Merilin menemukan kesimpulan yang paling masuk akal. Alasan Rion yang seenaknya menyentuhnya tanpa permisi.
Deg....
Karena dia hanyalah sebatas menjadi istri boneka Tuan Rion. Sekarang Merilin bahkan tidak bisa mengeluh, karena inilah yang harus dia lakukan. Menjadi berguna baginya, untuk membayar tiga hal yang akan diberikan Rion padanya.
Merilin menyentuh leher dan merapatkan gaun pengantin. Menutup bagian depan dadanya. Apa dia juga harus. Tidak! Gadis itu sudah merasa aman karena Kak Serge mengatakan kalau Rion tidak akan menyentuhnya di tempat tidur.
Tapi kenapa, kau kan benci pada perempuan. Aish, membuat bingung saja.
Sejujurnya rasa takut mulai menjalar ke seluruh tubuh Merilin. Malam nanti, setelah pesta usai dan mereka masuk ke dalam kamar. Entah apa yang akan terjadi.
Tidak! Aku mohon! Tetaplah membenci perempuan selama dua tahun ini. Aku mohon.
Hanya helaan tarikan nafas yang terdengar diantara keduanya. Beragam pikiran negatif berlarian di kepal Merilin, peluh di keningnya bahkan keluar. Sementara, Rion membisu dan masih memejamkan mata dalam diam. Merilin tidak punya keberanian membuka suara.
Sebenarnya kalau hanya laki-laki tidur dipangkuan dia sudah biasa, Harven sering bermanja-manja tiduran di pangkuannya. Sambil minta dielus kepalnya.
Merilin mendelik pada tangannya yang sudah terangkat dan hampir menyentuh rambut Rion. Seperti kebiasaanya kalau Harven tidur dipangkuannya.
Kau mau mati Mei? Kau berani menyentuh kepalanya tanpa izin!
Saat Merilin masih memperhatikan wajah Rion yang terpejam, tiba-tiba bulu mata lebat dan hitam itu bergoyanh, mata terbuka. Sekelebat mereka bertatapan, namun Merilin langsung membuang muka. Mencari apa pun yang bisa dia lihat dan mengalihkan perhatian. Namun, lagi-lagi Merilin harus senam jantung karena tindakan Rion yang tidak terduga.
Apa...apa yang Anda lakukan!
Tangan Rion terangkat, menyentuh pipi. Merilin tubuhnya terasa kaku ketika sentuhan tangan lembut itu mengusap pipi kanannya, kepalanya masih memalingkan wajah. Dia tidak melihat ekspresi seperti apa yang sedang ditunjukkan Rion saat ini.
Dia mau apa? kenapa dia meraba-raba pipiku!
Terdengar suara dari bibir Rion, terucap dengan sangat tenang. Berbeda dengan hati Mei yang sedang kebingungan menerjemahkan sikap Rion.
"Satu, dua, tiga." Rion berhitung sambil masih menyusuri pipi Merilin dengan tangannya. "Cium keningku Mei." Tiba-tiba memberi perintah. Tangan Rion berjalan mengusap punggung Mei sekarang, gadis itu merinding, saat ujung tangan Rion menyentuh bagian belakang bajunya.
Apa! Dia mau apa? kenapa dia menarik resleting dan menyuruhku menciumnya, aku tidak salah dengar kan?
Merilin langsung melihat laki-laki dipangkuan ya, karena takut dia salah dengar. Tapi dari tatapan Rion sepertinya apa yang dia dengar tidak salah. Tangan laki-laki itu sudah turun dari punggung Mei. Resleting bajunya sedikit terbuka.
Kenapa kau mau aku menciummu, sekarang kan tidak ada siapa-siapa, untuk apa kita berakting.
Merilin benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya dipikirkan laki-laki dipangkuan ya.
"Aku tidak suka bicara dua kali Mei.." Suara dingin Rion langsung menusuk telinga Merilin.
"Ba... Baik Kak."
Bisa gila aku, sebenarnya kenapa kau begini si! Kau berakting untuk dilihat siapa?
Saat Mei menunduk dan mendaratkan kecupan di kening Rion, pintu terbuka.
"Cepat juga ibu datang." Rion hanya bergumam namun Merilin mendengar dengan jelas. Gadis itu mengangkat kepala, melihat ibu yang sedang menutup mulutnya sambil senyum-senyum di dekat pintu.
"Ibu!" Gadis itu menjerit mengusap bibirnya, tapi tidak bisa bangun karena Rion tidak bergerak dari pangkuannya.
Ibu mendekat sambil menggelengkan kepala. Walaupun begitu, wanita itu terlihat senang melihat kemesraan anak dan menantunya.
"Pantas saja Serge tidak berani memanggil kalian. Kalian sedang berduaan begini."
Ibu tidak, tunggu jangan salah paham. Eh, apa Anda menyiapkan semua ini untuk ibu?
Merilin melihat Rion yang tersenyum sambil bangun dari pangkuannya. Mei ikut bangun. Tangan Rion merangkul bahunya sekarang, dan lagi-lagi kecupan mendarat di kepalanya. Semua terjadi dengan sangat cepat sampai Mei tidak sempat untuk kaget.
"Ibu, kami kan lelah dan hanya ingin berduaan sebentar saja. Ia kan Mei? Dasar Serge tidak punya perasaan." Tangan Rion yang tadinya berada di bahu, pindah menggesek pipi Merilin beberapa kali dengan jemarinya.
Jadi benar, kau duduk di pangkuanku hanya untuk akting ini, Karen kau sudah tahu ibu akan masuk. Lalu kenapa kau tidak bilang! Aku kan tidak perlu sampai ketakutan dan berfikir yang aneh-aneh.
Ibu tertawa mendengar anaknya merajuk. Karena memang dari tadi Rion harus menghadapi pertanyaan para orangtua di keluarga pasti dia lelah gumam ibu. Tapi mau bagaimana lagi, mereka kan pengantinnya, masak bintang utamanya bersembunyi dan bermesraan sementara para tamu mencari mereka dari tadi.
"Sayang, Nak, kau kan bisa istirahat sebentar lagi, para tamu juga sudah mau pulang mereka mencarimu. Bersabarlah sebentar lagi ya." Suara ibu lembut terdengar.
Rion mendekati ibunya, dia memeluk ibu sambil menjatuhkan kepala di bahu ibu.
"Tolong rapikan riasan dan pakaian Mei Bu, aku membuatnya jadi acak-acakan tadi." Bicara dengan suara keras, yang pasti didengar Merilin. Setelah bicara begitu Rion keluar dari ruangan meninggalkan Merilin yang gemetar karena malu mendengar perkataan Rion, apalagi saat melihat senyum penuh makna ibu. Ibu seperti bilang, aku tahu apa yang kalian lakukan.
Hah, aku bahkan tidak bisa berkata-kata lagi!
Padahal tadi hanya tiduran dipangkuan tanpa sepatah katapun terucap, sekarang mereka terlihat seperti pengantin yang kabur karena tidak tahan untuk bermesraan.
Merilin teringat dengan tangan yang merayap di punggungnya tadi. Merilin tertawa dalam hati sampai jatuh terduduk di sofa.
Padahal dia sudah ketakutan, karena Rion menyentuhnya sampai membuka resleting gaun. Mei menertawai dirinya sendiri.
Haha.
Sadarlah Mei, semua hanya akting. Walaupun hatimu berdebar sedikit tadi, tapi jangan pernah salah paham Mei. Rion hanya akting, akting. Tapi masalahnya kenapa kau akting sendiri tanpa memberitahuku. Inilah masalah terbesar Merilin. Akting Rion bisa membuat orang salah paham. Kalau dia tahu Rion menunggu kedatangan ibu, dia pasti tidak akan overthingking.
"Mei, kamu nggak papa? Haduh Rion ini mirip banget sama ayahnya." Ibu mendekat lalu memeriksa gaun Mei. Dia tergelak kecil saat menemukan resleting gaun yang turun. "Dasar tidak sabaran, persis seperti ayahnya."
Merilin tidak bisa membayangkan kalau Presdir bermanja-manja di depan ibu.
Ibu menelepon, lalu tidak lama petugas yang meriasnya tadi masuk. Ibu meminta menantunya dirapikan riasannya. Sedangkan ibu membantu merapikan gaun yang dipakai Merilin.
"Kamu pasti lelah ya Mei, tahanlah sebentar lagi."
"Tidak apa-apa Bu, hari ini saya bahagia sekali."
Wanita yang membetulkan riasan Merilin sudah keluar. Ibu memeluk Mei dalam dekapannya. Menepuk punggung gadis itu. Yang hatinya berdenyut karena mendapat kasih sayang tulus dari mertuanya.
"Terimakasih ya Mei, kamu sudah mengembalikan Rion ibu yang dulu. Yang sering tersenyum dan kadang bersikap manja pada ibu." Sekarang ibu menggengam tangan Merilin. "Walaupun Rion berusaha bersikap biasa tapi sebagai ibunya, ibu sadar kalau ada yang berubah dari dirinya."
Karena dia ibu, maka dia menyadari sedikit banyak perubahan anaknya. Saat dia bertanya pada suaminya, ayah Rion hanya mengatakan kalau dia sudah siap dia pasti mengatakan padamu. Akhirnya ibu pun bersikap seperti biasanya di depan Rion.
"Ibu senang sekali dia bisa jatuh cinta padamu."
"Ibu..."
Aku mohon Bu, jangan terlalu baik padaku.
"Rion terkadang keras kepala, tapi kalau kau bisa membujuknya, dia pasti tunduk padamu. Hehe, nanti ibu ajarkan, dia itu mirip ayahnya."
Merilin hanya menanggapi ibu dengan tertawa. Karena yang Anda ajarkan tidak akan berguna pada saya Bu. Begitulah Merilin menjawab dalam hati.
Karena aku hanya sebatas menjadi istri boneka.
Mereka sudah memasuki area pesta, dari kejauhan Rion melambaikan tangan. Artinya menyuruh Mei menghampirinya.
"Lihat, baru sebentar berpisah saja dia sudah kangen." Ibu tertawa senang sambil mendorong Merilin. "Pergilah ketempat suamimu Nak. Jangan mampir-mampir, nanti dia ngambek."
"Haha, ibu bisa saja. Aku ke tempat kakak dulu ya Bu."
Bonekamu datang.
Satu persatu tamu menyalami mereka kembali, ketika pesta telah usai.