Rhys Alban, terpaksa menikah dengan wanita bernama Celine Danayla Matteo, demi mempertahankan harta milik Keluarga Alban. Ia tak mau harta milik keluarganya jatuh ke tangan asisten pribadi Daddynya ataupun pada dinas sosial.
Celine yang sangat senang, menerima pernikahan tersebut, bahkan ia memaksa Rhys untuk menyatakan cinta padanya agar ia tak membatalkan pernikahan itu.
Namun, pernikahan yang didasari dari perjodohan tersebut membuat cinta Celine bertepuk sebelah tangan, juga membuat dirinya bagai hidup di dalam sangkar emas dengan jerat yang semakin lama semakin melukainya.
Hingga semuanya itu meninggalkan trauma besar dalam dirinya, pada cinta masa kecilnya. Apakah ia mampu memutus benang merah yang telah mengikatnya lama atau justru semakin membelit ketika ingatan Rhys kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#31
Rhys mengikuti wanita yang ia yakini sebagai Celine. Berjalan perlahan di belakangnya, namun tetap menjaga jarak. Ia melihat Celine masuk ke dalam sebuah bangunan. Ia membaca plang di depannya yang bertuliskan sekolah taman kanak-kanak.
“Kamu terlihat lebih bahagia,” gumam Rhys, karena melihat perubahan pada diri Celine, terutama tubuhnya yang lebih sedikit berisi.
Ia ingin masuk ke dalam, tapi pakaian yang ia kenakan saat ini rasanya tidak pantas untuk ke sana. Matahari juga mulai menampakkan sinarnya dan semakin banyak orang yang lalu lalang. Rhys akhirnya memutuskan untuk kembali ke tempat penginapan.
**
Sesampai di penginapan, Rhys langsung membersihkan diri dan berganti pakaian. Ia hanya sarapan roti saja dan ingin segera kembali ke tempat di mana Celine berada.
“Kamu mau ke mana, Rhys?” tanya Finn yang masih betah berada di atas tempat tidurnya.
“Aku akan berjalan-jalan.”
“Sepertinya kamu sangat bersemangat sekali. Bukankah kemarin kamu tidak ingin berlibur?”
“Kamu sudah merencanakan liburan ini kan? Jadi rasanya sayang jika aku menyia-nyiakannya. Aku akan berusaha untuk menikmatinya,” jawab Rhys.
“Kamu tidak sarapan dulu?” Finn melihat Rhys memasukkan ponsel dan dompetnya ke dalam sebuah tas kecil yang ia kalungkan menyilang di dada.
“Aku sudah makan roti. Kalau kamu mau sarapan, pergi sendiri saja. Aku ingin berkeliling.”
Finn menautkan kedua alisnya. Ia merasa aneh karena perubahan sikap pada Rhys. Kemarin sangat jelas bahwa Rhys menolak berlibur, bahkan untuk keluar berjalan sebentar saja ia tidak mau dan memaksa langsung ke hotel. Sekarang, malah dirinya yang ditinggal sendiri di penginapan.
“Aku pergi dulu,” kata Rhys dengan sebuah senyuman di wajahnya. Yang langsung membuat Finn semakin menaruh curiga yang besar.
Apa dia bertemu dengan seorang wanita cantik? Atau semalam ia kesambet sesuatu? - batin Finn.
Rhys keluar dari penginapan dan langsung menuju ke sekolah tempat ia melihat Celine. Waktu masih menunjukkan pukul 10 pagi, dan sekolah itu terlihat begitu tenang. Hanya ada beberapa anak yang berada di taman samping sekolah.
Ia pun pergi ke tempat makan yang tak jauh dari sana. Ia memilih tempat duduk di lantai atas, yakni sebuah balkon terbuka yang bisa langsung melihat ke arah sekolah TK tersebut.
30 menit, 1 jam, terlewati. Tapi tak ada tanda-tanda Celine keluar. Namun, saat waktu tepat menunjukkan pukul 12 lebih sedikit, Rhys melihat seorang wanita berpakaian dress bermotif bunga keluar dari sekolah tersebut dan berjalan ke arah tempat makan di mana dirinya berada.
Ia ke sini? - batin Rhys.
Dari atas balkon, Rhys melihat Celine masuk ke tempat makan itu dan tak lama ia melihat wanita itu naik ke balkon tempat ia duduk. Ia langsung menutupi wajahnya dengan buku menu yang untungnya masih ada di atas mejanya.
Jantung Rhys tiba-tiba berdetak tak karuan. Apalagi ketika ia melihat salah seorang pelayan pria yang mendekati Celine dan tersenyum serta tertawa pada wanitanya. Hal itu membuat ia mengepalkan tangannya.
Setelah menyebutkan pesanannya, Celine mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu di sana. Beberapa kali wanita itu tersenyum sambil memandangi ponselnya dan Rhys tak suka itu.
Senyum itu hanya untukku. Tawa itu hanya untukku. Aku tak mengijinkanmu untuk memikirkan dan tertawa bersama orang lain, apalagi jika itu adalah seorang pria. - batin Rhys.
Selang beberapa saat, makanan yang dipesan pun datang. Celine terlihat mengambil gambar makanan tersebut dan mengetikkan sesuatu lagi di ponselnya, kemudian tersenyum. Setelahnya ia baru menyantap makan siangnya yang terlihat begitu menggiurkan di matanya.
Rhys menurunkan buku menu yang menutupi wajahnya. Kini ia bisa melihat wajah Celine dengan lebih leluasa. Bahkan ia tak peduli jika wanita itu akan melihat ke arahnya dan menyadari keberadaannya.
Celine menghabiskan makanannya, kemudian ia minum segelas air yang diberikan secara gratis dari tempat makan tersebut. Ketika ia selesai minum dan ingin meletakkan gelas kosong tersebut, matanya menangkap sosok yang membuatnya meninggalkan Kota Helsinki dan berada di Desa Lauterbrunnen.
Mata keduanya saling bersirobok, yang akhirnya membuat Celine memalingkan wajahnya dan bergegas pergi dari balkon itu. Rhys yang menyadari itu langsung mengikutinya.
Celine ingin secepatnya keluar dari sana, tapi ia memikirkan keadaannya yang tengah hamil, jadi ia menuruni tangga dengan perlahan. Ia tak ingin terjadi hal-hal yang buruk pada anak dalam kandungannya.
Namun tetap saja kecepatan ia berjalan melebihi biasanya, membuat langkah kakinya tak sinkron hingga ia hampir terjatuh.
Sebuah tangan menangkap tubuhnya dan membuat Celine menoleh. Kembali kedua mata pria dan wanita itu bersirobok dan menciptakan debaran jantung yang tak biasa antara keduanya.
“Lepaskan aku!” kata Celine sambil mendorong tubuh Rhys yang masih memeluknya.
“Aku tidak akan pernah melepaskanmu,” kata Rhys, “Kamu akan selalu milikku.”
Bagi Celine saat ini, Rhys tak lebih adalah bagian dari masa lalunya. Masa lalu yang indah namun menjadi pahit seiiring waktu.
“Aku bukan milikmu, kita sudah bercerai,” kata Celine mengingatkan.
“Kamu masih istriku. Kita belum bercerai karena aku tak pernah menandatangani surat perceraian itu ataupun mengurus prosesnya.”
Rhys semakin mengeratkan Celine dalam pelukannya. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga Celine, “aku merindukanmu.”
Celine merasakan debaran jantungnya yang berdetak secara cepat. Tiba-tiba saja ia merasakan takut saat Rhys mengatakan itu.
Apa ia merindukanku karena ingin kembali menyiksaku? Apa dia merindukanku untuk sekedar menyiksaku di atas tempat tidur? Apa dia akan membawaku kembali ke rumah itu? - bayangan akan semua yang terjadi di kediaman Keluarga Alban kembali berada dalam pikiran Celine, membuat tubuhnya bergetar.
Ia langsung memeluk tubuhnya sendiri dan merendahkan tubuhnya. Ia menundukkan kepalanya, membuat Rhys tak dapat melihat wajahnya.
“Bisakah kamu membebaskanku? Aku berjanji tak akan mengganggu hubunganmu dengan siapapun. Aku akan pergi sejauh mungkin hingga tak menjadi kotoran di matamu,” kata Celine.
Rhys yang mendengarnya, langsung memeluk tubuh wanita itu, “maaf, maafkan aku. Maaf atas semua yang kulakukan padamu. Aku tahu aku jahat. Maaf karena aku tidak mengingatmu.”
“Aku harus pergi, aku harus bekerja,” kata Celine yang berusaha melepaskan diri.
“Kamu adalah istri dari seorang Rhys Alban, tak seharusnya kamu bekerja. Aku akan mencukupkan semua keperluanmu.”
“Lepaskan aku!!” teriak Celine yang tidak kuat berlama-lama berada di dekat Rhys. Ia pun akhirnya tak sadarkan diri.
🌹🌹🌹