"Aku pikir, kamu malaikat baik hati yang akan membawa kebahagiaan di hidupku, ternyata kamu hanya orang sakit yang bersembunyi di balik kata cinta. Sakit jiwa kamu, Mas!"
Kana Adhisti tak menyangka telah menikah dengan lelaki sakit jiwa, terlihat baik-baik saja serta berwibawa namun ternyata di belakangnya ada yang disembunyikan. Akankah pernikahan ini tetap diteruskan meski hati Kana akan tergerus sakit setiap harinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyembunyikan Keberadaan Adnan
Malam itu juga, Adnan akhirnya dirawat di rumah sakit jiwa secara diam-diam tanpa diketahui siapapun, hanya Kana dan Bu Erin saja yang tahu. Keadaan Adnan saat pertama kali dibawa ke rumah sakit amat memburuk. Adnan menolak untuk menerima kenyataan bahwa Rara sudah tiada. Ia terus berhalusinasi dan memanggil-manggil nama Rara sambil menangis. Para perawat berusaha menenangkannya, namun Adnan tetap saja memberontak.
Saat Kana datang keesokan harinya sambil membawa bantal yang selama ini dianggap sebagai 'Rara', Adnan kembali mengamuk dan mengatai Kana sebagai istri yang jahat dan kejam. Keadaan seperti ini terus berlangsung selama beberapa hari. Awalnya Dokter Rendy tak mengijinkan Kana mendekat namun setelah Adnan lebih tenang, Dokter Rendy akhirnya memberi ijin meski Kana tak boleh terlalu dekat dengan Adnan, takut Adnan kembali mengamuk.
Kana dan Bu Erin bahu membahu merawat Adnan di rumah sakit jiwa. Mereka menjaga kerahasiaan kondisi Adnan agar tidak diketahui publik, terutama dari orang tua Adnan. Kana tahu betul betapa pentingnya reputasi bagi suaminya, dan ia tidak ingin skandal ini merusak karir politik Adnan.
Hari-hari Kana terasa berat. Selain harus menyelesaikan kuliahnya, Kana juga harus membagi waktu antara bekerja sebagai seorang artis dan meluangkan waktu untuk menjenguk Adnan di rumah sakit. Ia membaca buku-buku tentang psikologi di waktu senggangnya untuk mencari tahu bagaimana cara terbaik menyembuhkan suaminya seraya terus berkonsultasi dengan Dokter Rendy mengenai pengobatan apa yang terbaik untuk Adnan.
Sementara Kana dan Bu Erin berusaha menyembuhkan kesehatan mental sekaligus menjaga rahasia Adnan, orang tua Adnan semakin gelisah. Mereka sudah mencoba menghubungi Adnan dengan berbagai cara, namun tidak ada jawaban. Akhirnya, mereka memutuskan untuk datang langsung ke rumah Adnan.
Sesampainya di rumah, mereka langsung menanyakan keberadaan Adnan kepada Kana. "Dimana Adnan? Kenapa dia tak pernah mengangkat telepon dan membalas pesan kami?" tanya Nyonya Kania.
Kana yang sudah mempersiapkan diri untuk hal ini, tetap berusaha tenang. "Maafkan jika Mas Adnan tak membalas atau mengangkat telepon dari Ibu. Saat ini, Mas Adnan sedang kurang enak badan. Dokter menyarankannya untuk beristirahat total," jawab Kana.
Nyonya Kania tentu saja tidak percaya begitu saja dengan ucapan Kana. "Jangan bohong kamu! Aku tahu ada yang kamu sembunyikan. Di mana Adnan, dimana anakku?" tuntutnya.
Kana mencoba menjelaskan dengan sabar, namun Nyonya Kania tetap tidak mau percaya. "Mas Adnan memang benar sedang sakit, Bu. Tak ada yang kusembunyikan," jawab Kana.
"Aku tak akan percaya ucapanmu! Artis sepertimu paling jago akting! Cepat beritahu Adnan kalau Mamanya datang!" balas Nyonya Kania tak mau tahu.
Suasana menjadi tegang. Akhirnya, Tuan Adipati yang sejak tadi diam ikut angkat bicara. "Kalau memang Adnan sakit, katakan, dia sakit apa?" tanya Tuan Adipati dengan suaranya yang serak dan berat.
Kana dan Ibu Erin saling pandang. Sebuah ide gila melintas di benak Kana. "Mas Adnan sedang mengikuti program rehabilitasi kesehatan di tempat yang cukup jauh. Ia ingin fokus pada pemulihan dirinya," jawab Kana.
Nyonya Kania mengerutkan keningnya. "Rehabilitasi? Apa maksudmu? Adnan sakit apa?" tanyanya makin penasaran.
"Dokter mengatakan kalau Mas Adnan mengalami kelelahan akut akibat terlalu banyak bekerja dan stress karena tekanan situasi politik yang semakin memanas. Ia butuh istirahat total untuk memulihkan kondisi tubuhnya dan menghilangkan stress yang mengakibatkan dirinya mengalami sulit tidur," jawab Kana.
Nyonya Kania masih ragu. "Kelelahan? Stress? Seberapa parah sakitnya sampai harus menjalani rehabilitasi?"
"Sebenarnya tidak terlalu parah, yang parah adalah tingkat stress yang dideritanya bisa meningkat bila terus dipaksa bekerja dalam tekanan politik. Dokter menyarankan Mas Adnan untuk benar-benar istirahat total dan jauh dari hiruk pikuk kota," jawab Kana.
"Lalu di mana tempat rehabilitasinya? Aku ingin menjenguknya," tuntut Nyonya Kania.
Kana terdiam sesaat. Ia juga sudah mempersiapkan jawaban untuk pertanyaan ini. "Tempat rehabilitasinya cukup jauh dan memiliki prosedur yang ketat. Hanya orang-orang terdekat yang diperbolehkan mengunjungi, semua demi menjaga privasi Mas Adnan," jawab Kana.
"Lalu bagaimana aku bisa yakin kalau Adnan benar-benar ada di sana?" tanya Nyonya Kania lagi.
"Ibu dan Bapak tahu sendiri kalau Mas Adnan memiliki banyak saingan politik, semua ingin menjatuhkan Mas Adnan. Kalau mereka tahu keadaan Mas Adnan, bukankah mereka bisa menggunakannya sebagai senjata untuk menghancurkan Mas Adnan kelak? Kalau Ibu memang ingin bertanya lebih lanjut tentang kondisi Mas Adnan, Ibu bisa menghubungi dokter yang merawatnya. Aku akan memberikan nomor teleponnya," jawab Kana.
Nyonya Kania terlihat ragu-ragu, namun akhirnya ia bisa menerima alasan Kana setelah Kana memberikan nomor telepon Dokter Rendy. Mereka pun akhirnya pulang meninggalkan Kana dan Bu Erin dengan sedikit perasaan lega setelah menelepon Dokter Rendy dan mendengar penjelasannya tentang kondisi Adnan yang baik-baik saja.
"Nyonya Kana, bagaimana kalau kita ketahuan?" tanya Bu Erin.
"Tenanglah, Bu. Aku sudah meminta tolong pada Dokter Rendy untuk berbohong kalau orang tua Mas Adnan menghubungi. Untuk sementara, lebih baik kita tutupi keadaannya sampai keadaan Mas Adnan membaik," jawab Kana. Kana sadar kalau ia sudah salah karena menyembunyikan keadaan Adnan namun Kana merasa bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk melindungi Adnan.
****
Merawat Adnan, kuliah, membuat video endorse produk dan syuting film membuat tubuh Kana benar-benar kelelahan. Tubuh Kana terlihat lebih kurus dan lingkaran hitam di bawah matanya membuatnya harus menutupinya dengan make up yang agak tebal.
Ibu Erin yang semula kurang menyukai Kana karena menganggap Kana adalah perebut suami anaknya, kini merasa kasihan padanya. Kana memang tegas sebagai wanita, ia melarang Bu Erin telalu larut dalam kesedihan dan Kana pula yang menyadarkan Adnan dari kegilaannya. Melihat Kana berjuang sendiri, Ibu Erin merasa tak tega. Ibu Erin tahu betapa Kana menyayangi Adnan dan mau suaminya sembuh.
"Nyonya, makanlah dahulu sebelum pergi ke rumah sakit." Bu Erin membawakan wig dan masker agar tak ada yang mengenali Kana saat berkunjung ke rumah sakit.
"Terima kasih tapi aku tidak lapar, Bu." Kana memakai wig yang diberikan Bu Erin.
"Makanlah. Jangan terlalu memaksakan diri Nyonya Kana. Saya tahu Nyonya Kana amat lelah. Nyonya harus makan agar lebih kuat menghadapi semuanya. Kalau Nyonya Kana tidak menjaga kesehatan, Nyonya Kana bisa tumbang. Nanti siapa yang akan merawat Tuan Adnan?" Ibu Erin mendekatkan piring berisi nasi goreng buatannya pada Kana.
Kana tersenyum, dalam hati ia senang mendapat perhatian dari Ibu Erin. "Terima kasih, Bu. Boleh dibungkus saja? Akan kumakan di jalan nanti."
.
.
.
Kana pun pergi menjenguk Adnan dengan membawa sarapan buatan Bu Erin. Sambil melihat keadaan sekitar agar tak ada yang mengikutinya, Kana masuk ke dalam ruangan khusus tempat Adnan dirawat.
"Pagi, Mas!" sapa Kana.
Keadaan Adnan sudah jauh lebih baik. Ia sudah terlihat lebih tenang, tatapan matanya tak lagi terlihat kosong. Adnan juga sudah ditempatkan di ruang rawat VIP dengan fasilitas bak di kamar hotel.
"Pagi," jawab Adnan datar dan dingin. Adnan sedang menonton TV dan sedikit mengacuhkan Kana. Tentu saja yang Adnan tonton adalah siaran berita, sebagai politikus ia tak bisa ketinggalan perkembangan terkini situasi politik yang sedang terjadi.
Kana menaruh cake yang ia beli sebelum ke rumah sakit di atas nakas. "Aku belikan Mas cake. Mau makan sekarang?
Adnan menggelengkan kepalanya, tanpa menjawab sepatah kata pun. Mata Adnan tetap fokus ke TV.
"Bagaimana keadaan Mas hari ini?" Kana mencuci buah yang ia bawa lalu menaruhnya di tempat buah.
Adnan mengalihkan pandangannya dari televisi dan menatap Kana dengan lekat. "Aku sudah sembuh. Aku mau pulang," jawab Adnan dengan dingin.
Kana berjalan mendekati Adnan. Kana duduk di samping Adnan. Ia meraih tangan hangat Adnan lalu menggenggamnya dengan penuh kehangatan. "Sabar ya, Mas, nanti kita tunggu Dokter Rendy. Kalau Dokter Rendy memperbolehkan Mas pulang, kita akan pulang," bujuk Kana sambil tersenyum.
Adnan menarik tangannya dari Kana. "Aku tuh sudah sehat, kamu saja yang ingin membuatku terlihat sakit," kata Adnan dengan ketus.
Hati Kana tersayat mendengar ucapan Adnan. Setelah apa yang ia lakukan, Adnan malah berpikir buruk tentangnya. "Mas, aku hanya ingin Mas sembuh. Mengenang orang yang sudah meninggal boleh saja namun jangan terlalu larut di dalamnya."
Adnan menatap Kana dengan tatapan kesal. "Kamu tak tahu rasanya mencintai seseorang sampai seluruh dunia hanya untuknya. Andai kamu tahu, mungkin kamu akan lebih parah dariku!"
Mata Kana berkaca-kaca mendengar ucapan Adnan. "Aku tahu rasanya."
Adnan tersenyum mengejek. "Benarkah?" Senyum di wajah Adnan menghilang, ia terus menatap Kana dengan lekat. "Siapa? Lelaki yang sudah kau serahkan kesucianmu itu?"
****
tapi dgn memaafkan tak semudah itu melupakan
apalagi utk pengalaman pahit, yg mungkin sdh mengubah hidupnya, mengubah pola pikirnya ttg sesuatu
apapun itu
hhmmm Adnan kah yg selalu memantau Kana
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
Adnan apakah sudah sembuh...gimana kabarnya setelah setahun bercerai
semangat terus Kana
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
Bu Erin juga sangat kuat sekarang menyayangi Kana
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
makasih kaak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
buat Adnan semoga bisa yaaa sadar juga klo Rara udah gak ada
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️