Ellen merencanakan misi besar untuk menghancurkan pernikahan Freya dan Draco.
Apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PKM BAB 31 - Menuntut
Freya memaku di tempatnya karena melihat adegan Draco dan Ellen berciuman, tubuhnya sampai bergetar karena ledakan amarah yang luar biasa.
Air matanya jatuh begitu saja karena Ellen benar-benar sukses menginjak harga dirinya sebagai istri dan juga Queen.
Semua yang ada di stadion saling pandang satu sama lain.
"Aku tidak menyangka dia akan segila itu," komentar Kerel seraya memegangi kepalanya yang terluka. "Tidak sia-sia aku kalah hari ini!"
Kerel bergegas pergi ke ruang ganti untuk melepas baju besinya. Ternyata Agatha sudah menunggu di sana dengan peralatan medis.
"Mari saya obati luka anda, Tuan," ucap Agatha menawarkan diri.
"Aku tidak mau!" tolak Kerel dengan mengibaskan tangannya. "Panggilkan Rara!"
Agatha mengeratkan gigi gerahamnya menahan emosi.
Sama halnya dengan Dante yang langsung memerintahkan Eros untuk menangani masalah Ellen.
"Bawa wanita itu ke penjara bawah tanah!" perintah Dante.
Eros bergegas menangkap Ellen bersama beberapa pengawal.
Pada saat itu, Draco secara sepihak melepas ciuman dari Ellen. Lelaki itu kemudian menarik kudanya untuk pergi dari stadion.
Sementara Ellen dengan senyum kemenangan memamerkan bunga kemenangan di tangannya. Setelah ini, semua klan pasti akan penasaran siapa dirinya. Dan posisi Freya akan dipertanyakan.
"Kau lebih berani dari pada yang aku kira," ucap Eros seraya memerintahkan pengawal menangkap Ellen.
Ellen sendiri tampak santai saat tangannya dicekal oleh beberapa pengawal, dia justru bertanya pada Eros. "Jadi, kau sudah memberi keputusan?"
"Untuk saat ini, kau harus menerima hukuman atas tindakanmu!" jawab Eros.
Ellen digiring ke penjara bawah tanah, kaki Ellen diikat oleh rantai besi di sana. Jadi, pergerakannya sangat terbatas.
Beruntung chip yang dia pakai belum terlepas jadi Ellen masih bisa mendengar suara Ruzel.
"Aku akan datang, bertahanlah!" seru Ruzel.
Bocah itu bergegas keluar dari tempat persembunyiannya tapi saat dia keluar, Loyd sudah menghadang putranya.
"Ayah..." Ruzel sudah menduga jika akan berhadapan dengan Loyd tapi tidak menyangka akan secepat ini.
"Apa yang kau lakukan Ruzel? Kau ingin jadi pemberontak dan diusir dari istana ini?" cecar Loyd.
Setelah kejadian menghebohkan di stadion sebelumnya, Loyd langsung melacak siapa yang berani meretas kamera, ternyata pelakunya adalah anaknya sendiri.
"Aku melakukannya justru karena ingin menyelamatkanmu," balas Ruzel tak mau kalah.
Melihat Ruzel yang berani padanya membuat Loyd meradang.
"Kau harus dihukum!" Loyd memaksa Ruzel untuk ikut ke tempat di mana biasanya dia menghukum bocah itu.
Tempat sempit dan gelap, hal yang paling ditakutkan Ruzel.
"Ampuni aku, Ayah! Aku akan menjelaskan semuanya, jangan masukkan aku ke sana!" Ruzel berteriak memohon ampun tapi Loyd seakan tidak mendengar. Dia memang mendidik Ruzel dengan cara yang keras.
Loyd tetap memasukkan anaknya ke ruangan gelap itu dan tidak peduli dengan teriakan dari Ruzel.
Sementara Freya sendiri dengan amarah menggebu-gebu mendatangi Draco. Dia sudah membuang rasa sabarnya.
"Drac..." panggilnya.
Saat itu Draco tengah melepas baju besinya, Freya segera meminta para penjaga untuk menjauh karena dia ingin bicara berdua dengan suaminya.
"Kau harus menjelaskan pada para tamu tentang skandalmu dengan jalaang itu, Drac!" tuntut Freya.
"Setelah ini ada pesta jamuan sebelum mereka kembali jadi aku mohon kembalikan nama baikku!" Freya meneteskan air matanya. "Bukankah hubungan kita sudah membaik?"
"Kita bahkan sudah menghabiskan malam bersama, bagaimana kalau aku hamil?"