NovelToon NovelToon
KESETIAAN YANG DI SIA-SIAKAN

KESETIAAN YANG DI SIA-SIAKAN

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / patahhati / Balas Dendam / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.7
Nama Author: Kiki Purwanti

Ketika kesetiaan seorang istri tak berarti dimata suami. Bagaimana kah usaha Tari menghadapi pengkhianatan yang di lakukan oleh suaminya? ikuti terus kisah Tari yang ingin membalaskan rasa sakit hatinya terhadap Dimas.


"kau salah besar jika menganggapku lemah Mas, lihatlah nanti apa yang akan aku lakukan terhadapmu dan gundikmu itu! Tak ada kata maaf untuk sebuah pengkhianatan. Akan ku kembalikan kau ke tempat asalmu, dasar laki-laki tak tahu diri. Bersiaplah, kau harus merasakan rasa sakit hatiku ini berkali lipat. Ku pastiak kau akan memelas berharap kata maaf dariku. Kau telah memilih musuh yang Salah Mas!" - Mentari

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiki Purwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 30

Prok

Prok

Prok

"Wah, wah lihatlah. Istri tak tahu diri, saat suami tak ada di rumah dia berani membawa lelaki lain ke sini" ucap Mas Dimas dengan pongahnya

"Lihatlah Mas, sebenarnya dia juga berselingkuh dengan lelaki lain. Hah, dasar wanita munafik. Memakai hijab hanya untuk menutupi kebusukkannya" cibir Maya padaku

"Sampah memanglah sampah, dan kalian berdua itu sangat cocok. Dan kau Mas, asal kau tahu aku tak serendah dan sesampah dirimu. Aku tak berselingkuh dengan siapapun, dan kau Maya jangan pernah membawa-bawa hijabku. Aku lebih baik darimu, dari pada kau berpakaian tetapi seperti telanjang. Ups, kan memang pelacur harus berpakaian seperti itu ya" cibirku balik kepada Maya

"Kurang ajar kau Tari" Maya berucap sambil melangkah menuju ku. Tangan itu sudah melayang di atas, namun dengan sigap Darto menahan tangan Maya

"Jangan berani-berani menyentuh Bu Tari, atau tangan anda saya patahkan" Ucap Darto penuh penekanan. Di hempaskannya tangan Maya dengan kasar

"Heh siapa kau berani menyentuh istriku? Dasar laki-laki kurang ajar, tak tahu malu berselingkuh dengan istri orang" geram Mas Dimas pada Darto

"Wah sepertinya yang tak tahu malu itu anda Pak, membuang berlian demi mendapatkan sampah" ucap Darto dengan sarkas

"Lihatlah Tari, betapa kurang ajarnya selingkuhan mu itu. Akan ku adukan kalian pada polisi pasal perzinahan" ucap Mas Dimas lagi dengan berang

"Ha ha ha, kau ingin melaporkanku pada polisi atas apa yang tidak aku perbuat Mas? Dasar lucu sekali kamu itu. Jikau kau melaporkanku pada polisi, yang ada malah kau yang akan ditangkap dan membusuk di penjara Mas, aku lebih bisa melaporkanmu dengan pasal perzinahan ditambah pasal dengan menggelapkan uang perusahaanku. Jadi bagaimana, masih mau melaporkanku kepada polisi?" ucapku dengan nada dibuat setenang mungkin.

"Kau benar-benar keterlaluan Mas, kau bukan Mas Dimas yang dulu ku kenal lagi. Sekarang kau sudah banyak berubah Mas, apalagi setelah bertemu kembali dengan ****** ini"

Plak!

Satu tamparan mendarat sempurna dipipiku, rasa panas dan perih menjalar seketika. Dapat ku rasakan sudut bibir ini terasa asin, sudah dipastikan sudut bibirku berdarah. Rasa sakit akibat tamparan ini tak sebanding dengan rasa sakit hatiku. Ku lihat dengan ekor mata, di sana Maya tersenyum penuh kemenangan.

Bugh

Bugh

Bugh

Ku lihat Darto menghajar Mas Dimas habis-habisan.

"Dasar bedebah gila! Berani-beraninya kau memukul perempuan! Dasar laki-laki tak tahu diri"

Bugh

Kembali Darto melayangkan pukulannya pada Mas Dimas. Kulihat Maya sudah histeris melihat Mas Dimas sudah tak berdaya ditangan Darto.

"Astagfirullahaladzim" teriak seseorang diambang pintu.

Ku lihat security datang bersama satu orang lelaki yang aku tak tahu siapa dia. Mereka melerai Darto dan Mas Dimas, setelah dilerai Darto sudah terlihat tenang. Sedangkan Mas Dimas dipegang oleh lelaki itu, penampilan Mas Dimas sangat awut-awutan.

"Sudah cukup jangan ada yang bertengkar lagi, dan kau Mas apa tujuanmu datang ke sini? Kalau hanya untuk membuat keributan sebaiknya kau enyah saja dari sini" ucapku sedikit berteriak

"Ini masih rumahku, dan kau masih istriku Tari. Aku masih berhak untuk menginjakkan kaki di sini. Aku hanya ingin membawa beberapa bajuku saja" ucap Mas Dimas dengan nafas tersenggal

"Kau tau kan Mas ini rumahku, kau tak berhak atas rumah ini. Baiklah, jika kau ingin menginginkan Bajumu, akan ku bawakan ke sini semua barang yang masih tertinggal di sini" ucapku sambil menaiki tangga.

◆◆◆◆◆◆◆

Setelah sampai di kamar, ku keluarkan semua baju-baju Mas Dimas. Ku masukkan kedalam kantong kresek besar. Hanya baju dan celana Mas Dimas yang ku masukan kedalam kresek, selebihnya tak ku masukkan barang yang dibeli oleh uangku.

Dia datang hanya membawa badan dan baju, pergi pun hanya membawa badan dan baju saja. Setelah semua masuk ke dalam kresek. Gegas aku kembali ke bawah.

Di sana ku lihat security masih memegang Darto dan laki-laki yang tak ku kenal itu masih memegangi Mas Dimas.

Braaak!

Ku lempar kresek yang berisikan baju Mas Dimas ke muka Maya. Maya yang tak dapat megelak pun kelabakan menerima kresek tersebut.

"Sudah ku masukkan semua baju dan celanamu kedalam kresek itu Mas. Jadi sekarang, silahkan kau dan gundikmu itu pergi dari sini" teriakku kepada Mas Dimas dan Maya.

Mereka berdua menatapku dengan tatapan nyalang.

"Kau lihat saja Tari, aku akan membuatmu menyesal telah memperlakukan ku seperti ini" ucap Mas Dimas sambil berdiri meninggalkan rumah ini.

"Dasar wanita tak tahu diri" cibir Maya sambil berlalu menyusul Mas Dimas.

◆◆◆◆◆◆

"Astagfirullahaladzim, allahu akbar" ucap lelaki asing saat melihat Maya.

"Terima kasih Pak Anto sudah datang ke sini melerai mereka, dan maaf Mas ini siapa ya?" tanyaku pada lelaki itu

"Oh iya, sebelumnya saya minta maaf jika saya lancang masuk ke sini tanpa permisi. Saya tadi reflek ikut masuk bersama Pak Anto karena mendengar keributan di dalam. Perkenalkan, nama saya Yudis" ucap laki-laki itu sambil menangkupkan tangan di dada

"Oh iya, tak apa. Saya malah berterima kasih sama Mas karena sudah ikut membantu melerai pekerja saya ini dan calon mantan suami saya. Perkenalkan nama saya Mentari, panggil saja Tari" jawabku sambil ikut menangkupkan tangan.

"Bu, saya permisi balik lagi ke pos ya" ucap Pak Anto selaku security di rumahku.

Ku jawab dengan anggukan.

◆◆◆◆◆◆◆

Ku persilahkan Mas Yudis untuk duduk di sebelah Darto, sementara aku ke dalam membuatkan secangkir minuman lagi untuk Mas Yudis. Dan tak lupa membawa kotak p3k untuk mengobati tangan Darto, karena tadi aku sempat melihat tangannya membiru. Entahlah, dia memakai kekuatan apa saat menghajar Mas Dimas tadi sampai tangan Darto membiru begitu.

"Silahkan Mas diminum teh nya, oh iya Darto ini di dalam kotak p3k ada salep untuk tangan mu yang membiru itu. Tapi maaf saya tak bisa membantu mengoleskannya, karena kita bukan muhrim" ucapku sambil meletakan secangkir teh dan memberikan kotak p3k pada Darto

"Kalau tak keberatan biar saya bantu saja Mas" ucap Mas Yudis menerima kotak itu dari tanganku.

Dengan hati-hati, Mas Yudis mengoleskan salep itu di tangan Darto. Setelah selesai Mas Yudis merapihkan dan menyimpan kembali salep tersebut.

◆◆◆◆◆◆◆◆

"Mas Yudis ini siapa ya?" tanyaku pada Mas Yudis

"Em, saya tetangga baru Mbak Tari. Rumah saya yang depan Mbak Tari ini" jawab Mas Yudis

"Loh, bukannya depan rumah saya itu rumahnya Bu Lala ya?"

"Iya memang betul, tapi rumah itu sudah saya beli. Kebetulan Bu Lala itu tante saya. Om Raka suaminya tante Lala akan menetap di Kalimantan karena tugasnya di pindahkan di sana, jadi rumah ini di jual. Kebetulan saya memang sedang membutuhkan rumah, jadi saya beli saja"

"Oalah seperti itu toh, semoga betah ya Mas tinggal di sini. Maaf tadi belum apa-apa sudah di suguhi kejadian yang tak mengenakan" ucapku

"Tak apa Mbak Tari".

Setelah mengobrol, kedua lelaki itu pamit undur diri. Aku pun mempersilahkan, ku ucapkan terima kasih pada Darto dan Mas Yudis.

◆◆◆◆◆◆

Usai Darto dan Mas Yudis pamit, ku kunci pintu san bergegas naik ke atas. Di dalam kamar, ku lihat Bik Ijah sedang menimang Adam.

Astagfirullah, tadi saking emosinya aku tak menganggap Bik Ijah ada di sini. Padahal dari tadi aku tahu Bik Ijah di sini menemani Adam, aku tahu Bik Ijah tak bertanya pun karena takut aku sedang di kuasi emosi.

"Bik maaf ya tadi saya kek setan" ucapku sambil duduk di sofa yang berada di kamar

"Mosok ada setan kok cantik" ucap Bik Ijah sambil menidurkan Adam di atas kasur

"Ha ha Bibik bisa aja"

"Yowes, non tidur ini udah malam. Jangan terlalu banyak fikiran, maaf tadi Bibik gak bisa bantuin apa-apa. Adam rewel, kayaknya dia ke ganggu sama ribut-ribut tadi"

"Iya Bik, Bibik juga istirahat ya. Maaf kalau saya banyak nyusahin Bibik. Dari saya kecil sampai sekarang saya punya anak, Bibik masih Setia nemenin saya" ucapku, tak terasa air mata ini mengalir, mengingat wanita di depanku ini begitu Setia menemaniku, mengabdikan dirinya pada keluargaku. Seorang ART yang sudah ku anggap ibu sendiri.

"Lah kok nangis cah ayu, dah jangan nangis. Bibik gak pernah merasa di repotkan sama sekali. Bibik sudah menganggap non seperti keluarga Bibik sendiri, sudah sekarang lebih baik non tidur, itu luka di sudut bibirnya biar Bibik obatin ya"

"Gak usah Bik, nanti Tari sendiri yang obatin. Sekarang Bibik istirahat saja. Kasian Bibik pasti lelah" tolakku secara halus

"Yakin?" ucap Bibik memastikan

"Yakin Bik, dah sana bibik istirahat aja"

"Ya sudah, Bibik permisi ya. Kalau butuh apa-apa panggil Bibik" ucap Bik Ijah

Ku jawab dengan anggukan saja.

◆◆◆◆◆◆

Setelah Bik ijah pergi meninggalkan kamarku, gegas ku ambil kotak obat yang ada di laci meja rias. Ku dudukan diri ini di kursi meja rias. Bekas tamparan tadi masih menyisakan luka.

Ku oles obat merah secara perlahan, perih itu yang pertama aku rasakan. Namun, rasa perih ini tak ada apa-apanya dibandingkan perih hati yang aku rasakan.

Suami yang begitu aku cintai benar-benar telah berubah, dia bukan suamiku. Cinta yang tumbuh subur di dalam hati, kita menguap seketika entah kemana, berganti dengan rasa dendam yang begitu dalam.

Ya Allah, sungguh nikmat sekali cobaan yang kau berikan kepada hambaMu yang lemah ini. Berilah aku selalu kekuatan untuk menghadapi semuanya, ampunilah segala dosaku, bisa saja ujian ini kau berikan atas dosa di masa lalu yang pernah ku buat namun aku tak menyadarinya.

Kuat, kuat, kuat!

Aku terus berusaha mensugesti diriku sendiri agar lebih kuat lagi dalam menjalani ujian ini.

Bersambung...

1
Mariaangelina Yuliana
ini baru nama cinta yang menggunakan logika suka karakter cewek nya, semangat say Bukan cuma dia laki" di dunia ini 😤
Jue
Sebenarnya kalau dari awal Dimaz dan pelakor di masukkan ke penjara takdan lah bertemu dukun untuk menyantet , Si Tari aja lambat dalam pembalasan terhadap ketiga manusia tersebut .
christina paya wan
tari trlalu lama mngulur maktu
Arsuni Gustaf
sebenarnya nama teman Tari itu bukan Bayu..tpi Haris..mungkin author lupa.
Yuni Lestari
amin ya Allah semoga di ijabah doanya
Asih Prawawati
Ko lama bener sih thour...maya di tangkap ?.
Yuni Lestari
Luar biasa
senja
ya elah nglayani setan pake lingerie 🤣🤣🤣
senja
nanti pasti ada persaingan mentai si darto🤣
senja
rencananya terlalu panjang kali lebar
senja
darto rampan maco paket lengkap cuma sayang namanya kurang keren 🤣
Ariesta Ardiningsih
Luar biasa
Een Pujawati
Lumayan
lilis indri hastuti
dah nunggu nie thor
Lyn Lynn
Novel berunsur mistik begini mesti best d jadikan Filem atau drama kan
lilis indri hastuti
kok tari sitor yg bebel...maya kali/Proud/
Siti Masitah
tari botol..
Siti Masitah
mungkin..bayu yg lain mbak
Rinda
saya bacanya banyak yg di skip
Rinda
biar pjg ceritanya ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!