NovelToon NovelToon
Ternoda Di Malam Pengantin

Ternoda Di Malam Pengantin

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / Cintamanis
Popularitas:2.5M
Nilai: 5
Nama Author: meliani

Dara terkejut ketika mendapati dirinya bangun dalam keadaan tidak perawan. Seseorang telah menculiknya di malam pengantin dan membuat rumah tangganya yang masih berusia seumur jagung itu berada di ambang kehancuran.

Namun kebenaran pasti terungkap dan tidak ada yang lebih indah daripada itu. Sungguhpun Dara amat terkejut ketika mengetahui siapa pelakunya. Celakanya, di saat cinta perlahan sudah mulai hadir. Dan dia merasa terjebak dalam situasi ini.

“Apa maksudmu seperti ini?” sembur Dara pada sosok menawan di hadapannya.

“Tidak ada cara lebih baik yang bisa kulakukan untuk mendapatkanmu.”

“Kau benar-benar SAMPAH!?”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon meliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Untuk Apa Kamu Menangisinya?!

“Ra, Dara!”

Dara berlari keluar dari dalam lift tanpa memedulikan suara Alif yang tengah memanggil dan mengikutinya.

Wajahnya semakin aneh, tatapannya juga semakin nanar dan mulutnya semakin kering. Langkahnya kini menuju ke sembarang tempat yang diyakininya sepi dan aman untuk meledakkan perasaannya yang sedari tadi tertahan di kerongkongan.

Dengan kepala menunduk, dia melewati belasan orang yang ada di dalam lobby, berjalan dengan tergesa meski agak sulit karena matanya terasa begitu perih. Tak berapa lama, setelah berjalan agak jauh dari lobby, dia mendapati dirinya sedang berada di belakang badan mobil—entah mobil siapa, ia tidak tahu.

Kepalanya terlebih dahulu menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan keadaan sudah agak sepi. Setelah demikian ia merunduk ke bawah, bahunya berguncang, tangisannya pecah, tersedu-sedu sampai wajahnya basah oleh air mata.

‘Sedemikian dalamnya kamu balas aku oleh kesalahan yang belum tentu aku lakukan. Apa kamu pantas dikatakan manusia? Manusia itu punya hati, hewan juga punya hati. Mungkin kamu setan, jadi tak punya hati.’

Alif menyandarkan tubuhnya ke mobil. Dia tidak dapat berbuat banyak karena saat ini wanita itu sedang tak ingin di ganggu. Karena untuk saat-saat seperti ini, Dara memang butuh sendiri dan menangis untuk melegakan perasaan—seperti yang pernah ia rasakan dulu saat mengetahui bahwa Chandra ternyata telah lebih dulu meminang Dara untuk menjadi istrinya. Kemudian patah ke dua kali pada saat ditolak mentah-mentah oleh Ayah Dara sendiri.

‘Kamu adalah wanita yang paling bahagia kalau kamu peka. Kamu akan bersaudara dengan Vita; sahabatmu, kamu juga akan mempunyai segalanya yang kamu cita-citakan. Dan mungkin—kita juga sudah mempunyai banyak anak,’ batin Alif sedang berkhayal sambil melihat sekitar.

Malaikat pasti sedang mengutuknya karena dia sedang sedikit bahagia di atas penderitaan orang lain, demikian Alif berpikir meski terdengar begitu konyol.

Beberapa puluh menit berlalu. Alif mendekati Dara, mengulurkan tangannya agar Dara mencukupkan kegiatannya yang sama sekali tidak berfaedah tersebut. “Sudah hampir malam, kita pulang sekarang. Mau berapa lama kamu di sini.”

Uluran tangannya di terima setelah Dara terlebih dahulu mengusap-usap wajahnya yang basah, kemudian berdiri dan berkata, “Mampir makan dulu, dong!”

Alif tersenyum karena ucapannya terdengar lucu. “Lapar?”

Dara mengangguk. “Karena menangis membutuhkan energi,” ujarnya. “lagi pula aku sudah cantik, masa acara kita batal?”

“Tahu begitu kenapa kamu malah mewek. Untuk apa menangisi mereka?”

“Tidak ada orang yang menginginkan pernikahannya hancur.”

“Gimana kejutannya?” tanya Alif menyeringai.

“Kamu bikin kejutan ulang tahunnya benar-benar!” Dara menyahut geram sampai memukul-mukul punggung Alif. “Kupikir tadi mau di lamar romantis, tapi malah dikejutkan sama penampakan makhluk gaib.”

Keduanya berjalan menuju ke mobil mereka untuk segera mencari tempat makan yang lain, sebab Dara muak jika harus kembali ke tempat yang tadi.

“Tapi aku berterima kasih, Lif,” kata Dara menoleh ke samping. “Karena kamu, aku jadi tahu siapa Chandra sesungguhnya.”

Alif tak menjawab dia justru membatin was-was. ‘Tinggal satu lagi. Fakta yang lebih besar. Apa reaksinya kalau kamu tahu, bahwa aku lebih buruk darinya?’

“Lif?” panggil Dara. “Jangan melihatku begitu. Fokus ke depan.”

“Lagi melihat keindahan,” Alif memelesetkan bibirnya untuk menutupi bagian yang tak sempurna. Dia memfokuskan lagi pandangannya ke depan, kemudian mengendalikan mobilnya agak melipir ke pinggir untuk mencari-cari restoran yang Dara kehendaki.

“Aku mau makan ke tempat yang mahal.”

Alif kembali menoleh ke samping, menunggu Dara kembali melanjutkan bicaranya.

“Izinkan aku menguras uangmu, nanti aku ganti dengan hatiku,” imbuhnya dengan senyuman manis dan kerlingan mata sebelah yang membuat Alif hampir melompat ke atas mobil.

***

Seminggu berlalu semenjak kejadian penggerebekan Chandra dan istri barunya. Kini Dara terlihat lebih ceria meskipun terkadang masih menangis jika mengingat kejahatan-kejahatan suaminya—tapi itu jarang, karena Alif sudah berhasil mengisi kekosongan itu.

“Aku harus mengurus surat cerai segera,” kata Dara pada saat malam menjelang. Ketika Alif baru tiba di rumah setelah seharian berada di Bistro bersama Jack. "Tapi ...," Dara meragu atas ucapannya sendiri.

“Kamu butuh apa?” tanya Alif memahami maksud Dara. Dia tahu bahwa Dara tak mempunyai pemasukan apa pun saat ini selain berharap padanya. Dan Alif sama sekali tidak merasa keberatan, sebanyak apa pun Dara meminta bantuannya. Demikianlah yang disebut bucin tingkat akut.

Memang sungguh berat kehidupan yang di alami oleh Dara—bahkan semenjak dulu dia masih berkeliaran di Jakarta untuk menjadi seorang driver. Namun semua itu disikapi Dara dengan sederhana yang selanjutnya menjadi terbiasa.

Dara melihat roman wajah Alif yang biasa tanpa perubahan apa pun. Mengira ini adalah waktu yang tepat, dia akhirnya memberanikan diri mengangkat satu tangannya dan menggesekkan jari telunjuk dan jempol; atau bahasa isyarat jika dirinya sedang membutuhkan mata uang saat ini.

Alif menatapnya sekilas, hingga kemudian ia mengulurkan ponselnya setelah ia memasukkan kata sandi di M-banking miliknya. “Aku tidak punya uang cash.”

Dara menatap Alif, bertanya-tanya lewat matanya. Dia paham dengan maksud Alif yang memintanya untuk menuliskan sendiri nominal yang ia perlukan. Namun, sungguh, dia benar-benar tidak menentu jika di hadapkan dengan kenyataan berikut. Dan ketahuilah, niscaya sikap ini akan disambut berbeda jika yang ada di hadapan Alif adalah cewek matre.

Hingga beberapa saat kemudian Alif berujar, “Kesadaran diri saja.”

“Aku suka khilaf, Lif,” Dara terkekeh. “Khilaf sampai punya anak,” ujarnya bercanda dengan menyindir suaminya.

“Doakan saja yang terbaik,” kata Alif tak ingin menambahkan lebih lanjut.

“Iya, semoga cepat-cepat masuk surga,” Dara menanggapi yang membuat Alif hampir tergelak.

Mereka dalam keheningan selama beberapa saat ketika transaksi sedang dilakukan. Sebelum akhirnya Dara kembali membuka suara, “Aku ingin menemui orang tuaku, sudah lama aku belum mengunjunginya.”

“Aku tidak pernah melarangmu. Kamu boleh pulang kapan pun.”

“Tapi masalahku banyak. Aku bingung mau menceritakan yang mana dulu. Ayah pasti marah besar kalau tahu aku mau cerai sama Chandra.”

“Ayah yang memaksamu menikah dengan Chandra?” tanya Alif.

“Awalnya iya, aku di desak, tapi setelah kenalan kami cocok, akhirnya kami mencoba untuk memulai. Kebetulan waktu itu aku lagi kosong.”

“Lain kali jangan terlalu mengambil keputusan,” kata Alif lagi.

“Habisnya kamu katanya suka—tapi tidak bergerak.”

Alif menggeleng, membantah tanggapan Dara yang tidak sesuai dengan sudut pandangnya. “Kamu salah.”

“Lah, memang iya ‘kan?”

Alif tidak lagi bisa menahan diri lagi untuk membungkam. “Kamu bisa tanya Umi Ros, beliau akan melamarmu ketika malam resepsi abang, namun batal karena orang tuamu mengenalkan Chandra lebih dulu kepada beliau bahwa dia adalah calon menantunya," kata Alif menjeda sesaat. "Tiga tahun kemudian—karena aku merasa masih memiliki kesempatan, aku kembali berjuang untuk mengatakannya padamu, tapi kamu menganggapku bercanda. Tak berhenti di situ, aku juga bertandang ke rumah Ayahmu untuk mengatakannya langsung, tapi Ayahmu menolakku,” imbuhnya membuat Dara sontak terhenyak. Dia kaget sekali. Kenapa Ayah tidak pernah mengatakan padanya soal ini?

“Kenapa kamu baru bilang semua ini sekarang?”

Kembali air mata Dara menderai ke pipi. Apakah ini skenario Tuhan agar dia kembali ke cinta pertamanya?

***

Sementara di tempat lain.

“Indira, mana makan malamnya?” tanya Chandra kepada sang istri. Dia baru saja pulang dalam keadaan keroncongan, tapi tak mendapati makanan apa-apa di atas meja dapurnya.

“Beli saja di restoran, aku kan sudah bilang, aku tidak bisa memasak,” jawab Indira tak mau pusing.

“Kalau beli makanan di restoran terus, lama-lama keuanganku bisa bobrok, Indira. Tabunganku lama-lama bisa habis. Mengertilah sedikit,” ucap Chandra menahan diri agar tidak meluapkan amarah.

“Tapi aku benar-benar tidak bisa masak. Beli saja apa salahnya, sih. Kan di tempat lain juga banyak.”

“Makanan di luar itu kurang sehat, Dira. Terutama untuk kesehatanmu yang harus kamu jaga sekarang.”

“Ah, terserah kamu saja,” balas Indira tak terlalu peduli. “Aku lagi kurang enak badan,” imbuhnya dengan alasan yang sama setiap kali Chandra perintah.

Bersambung.

Heheh, maaf ya. Kalau minggu aku suka ngadat up. Soalnya weekend aku jalan-jalan biar otaknya fresh lagi.

Vote dulu jangan lupa. Biar makin semangat nulisnya kasih like.

 

1
Hariyani Puji
sangat rapi alur ceritanya
Hariyani Puji
jalan ceritanya sangat rapi
Hariyani Puji
jalan ceritanya sangat rapi
Hariyani Puji
bagus
Hariyani Puji
ceritanya bagus
Aurora
kasihan nggak sesuai dengan ekspektasi alif
Aurora
kembali mesra
Aurora
nanti luluh juga si dara
Aurora
akhirnya sebentar lagi keinginan Alif terkabul
Aurora
ceraikan Candra nikah sama Alif saja
Aurora
keren tempatnya
Aurora
coba dulu nikahnya sama Alif aja
Aurora
rumah tangga di ujung tanduk
Aurora
menghubungi alif
Aurora
Luar biasa
Aurora
paling alif
Aurora
kasihan dara jadi korban
Aurora
Alif pelakunya mungkin
Aurora
kasian dara
dewitoon
langsung ngakak pas bilang mau babymoon ke monas /Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!