Ternoda Di Malam Pengantin
Ini spin off TAK SANGGUP BERBAGI. Pembaca baru bisa baca novel itu dulu supaya dapet feelnya. Cuma sedikit, hanya 76 bab. Tapi kalau engga, gpp. Masih tetep nyaman dibaca kok😘
Dukung dengan tap ❤ & like yah...😚
TERNODA DI MALAM PENGANTIN
“Mbak, ada orang mau ketemu Mbak katanya penting,” ucap adiknya ketika dia sedang melakukan makan malam dengan keluarga. Acara pernikahannya baru saja selesai, dan dia baru saja sempat menelan satu-dua suapan.
“Siapa?” tanya Dara dengan sedikit berbisik karena tidak mau mengganggu kenyamanan keluarga yang sedang serius berbicara.
Razka mengedikkan bahu. “Tapi orangnya di situ!” tunjuk nya ke arah pintu. Namun sayang, sosok itu tak tampak di mata Dara.
“Mana orangnya?”
“Tadi ada di situ, Mbak. Razka tidak bohong. Ini suratnya.” Razka menyerahkan surat pada kakak perempuannya. Di sana tertulis, ‘Temui aku sebentar, di depan gedung. Ini penting.’
“Siapa sih?” gumamnya setelah membaca tulisan tersebut.
“Makanya kalau Mbak penasaran ditemui dulu orangnya.”
“Ya sudah,” jawab Dara akhirnya. Setelah berpamitan kepada lelaki yang beberapa menit lalu menjadi suaminya, dia pun gegas keluar dari sana untuk menemui pria misterius itu.
Namun setelah keluar dan mencari-cari, Dara tidak kunjung menemukan orang yang dimaksud di dalam kertas ini.
“Razka pasti membohongiku. Dasar bocah,” gumamnya kesal karena Razka memang sering jahil mengerjainya.
Namun pada saat ia berbalik badan, seseorang membekapnya, membuatnya tidak sadarkan diri dan memasukkannya ke dalam mobil. Pria misterius itu juga berpakaian layaknya seorang pengantin—agar orang lain tak curiga saat dia membawanya ke dalam kamar Hotel yang dipesannya beberapa saat lalu.
Menurunkan Dara ke atas ranjang, pria itu langsung menanggalkan pakaiannya sendiri dan juga pakaian pengantin wanita yang ia culik.
Dengan tatapan mendamba, dia memulai memuja seluruh inci tubuh Dara dengan perasaan nelangsa. Sepenuh hatinya sadar bahwa ini adalah sebuah kesalahan, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ada sebuah permasalahan yang tidak bisa ia selesaikan dengan cara yang lurus.
Maka dengan segera, dia melakukan hal yang paling hina, yaitu menodai kesucian sang gadis. Pelan namun pasti. Dia telah menghancurkan kehormatan yang mati-matian Dara jaga untuk suaminya.
Mata dingin namun sedikit sayu itu terpejam merasakan kepuasan dengan wanita pertamanya. Bukan hanya sekali, dia melakukannya berulang-ulang sebelum akhirnya ia mengakhiri perbuatan bejatnya—dan mengembalikan pakaiannya seperti semula.
“Maafkan aku, Dara. Maafkan aku,” bisiknya kemudian mencium keningnya dalam dan penuh perasaan. “Kita akan bertemu lagi suatu saat nanti dengan keadaan berbeda.”
***
Semua keluarga panik mencari Dara tak terkecuali—apalagi Candra; suaminya.
Perempuan yang baru ia nikahi itu tiba-tiba menghilang entah ke mana. Ada dugaan jika wanita ini diculik karena Razka menjelaskan kepada keluarga bahwa memang sempat ada lelaki yang mencarinya. Namun anak remaja yang masih berusia lima belas tahun itu menggeleng saat ditanyai mengenai ciri-ciri seorang lelaki yang ditemuinya beberapa saat lalu.
“Aku tidak tahu, Mas. Aku tidak menghafalkan mukanya. Tetapi dia pakai pakaian bagus seperti orang kaya,” jawab Razka polos.
“Terus tingginya seberapa? Adek pernah lihat atau tidak sebelumnya? Sama siapa dia datang menemuimu?” tanya Ibu Ratna, ibu dari anak ini.
“Ih, aku tidak tahu! Kenapa masih tanya-tanya juga!” sentak Razka akhirnya merasa kesal, sebab beberapa orang di sana memaksanya untuk membuka mulut. “Aku tidak hafal mukanya! Jangan paksa aku!” ucap Razka lagi merasa kesal.
“Bagaimana ini, Chan?” tanya Ayah Hilman kepada sang menantu.
“Sebaiknya kita tunggu dulu saja sampai nanti. Siapa tahu Dara memang sengaja sedang pergi sebentar,” jawab Chandra meraba-raba kemungkinan yang dirinya sendiri pun tidak tahu kepastiannya.
Ratna kurang setuju dengan pendapat menantunya barusan, “Tapi masalahnya ponselnya di tinggal. Bagaimana cara kita menghubunginya?”
“Bu, jangan panik. Tenangkan diri dulu, tenang.” Hilman menenangkan istrinya yang terlihat semakin tak karu-karuan.
Chandra segera menghubungi orang-orang yang bisa ia mintai tolong untuk mencari ke mana istrinya pergi. Bahkan ia juga sempat keluar untuk menanyakan beberapa orang yang ditemuinya. Seharusnya tidak sulit mereka mengenali Dara yang masih mengenakan kebaya pengantin. Tetapi nyatanya, tidak ada satu pun yang melihat ciri-ciri yang Chandra sebutkan itu.
Sementara di tempat lain, Dara sedang mengerjap-ngerjapkan matanya di tempat yang semula ia duduk bersama keluarganya. Kepalanya terasa berdenyut dan berputar-putar. Dalam keadaan linglung, Dara melihat ke sekeliling. Namun suasana sudah berubah menjadi sepi. Sangat berbeda seperti yang terakhir kali dia lihat. “Ibu, Ayah, Chandra, Razka, ke mana?”
Tak lama kemudian, Dara mendapati seorang pramusaji yang sedang wara-wiri membereskan meja. Ya, hanya ada satu dua orang saja yang tersisa. “Mas, keluarga saya mana?”
Orang itu menghentikan kegiatannya sejenak. “Wah tidak tahu, Kak. Mungkin sudah pada keluar. Ini kan sudah malam sekali, Kak.”
“Ya ampun, kenapa saya ditinggal?” gumamnya tak habis pikir. “Saya tadi tidur di tempat ini?”
“Iya, Kak. Tapi saya tidak berani membangunkannya.”
“Baik, terima kasih.”
“Kembali kasih, Kak. Kalau begitu saya permisi.” Usai berkata demikian, pramusaji itu meninggalkannya. Dara juga berniat seperti itu—meninggalkan tempat ini untuk mencari keluarganya.
Namun pada saat Dara akan beranjak berdiri, ia mendesis merasakan tak nyaman di area kewa nitaannya sehingga wanita itu terhuyung dan terjerembab ke lantai. Bukan hanya daerah V itu saja yang sakit. Namun juga bagian-bagian sensitifnya yang lainnya.
“Ya Allah, aku ini kenapa? Kenapa seluruh tubuhku sakit?” Dara menangis tersedu. “Apa yang terjadi denganku?”
Tepat pada saat itu, Candra mendapatinya dan memekik. “Dara!”
Dara semakin tersedu melihat suaminya datang dalam keadaan panik. Apa yang akan ia jelaskan padanya nanti?
“Hei, are you ok?” Chandra membantunya untuk berdiri. Mengira bahwa Dara menangis karenanya.
“Tenanglah. Maaf aku bukan bermaksud meninggalkanmu. Aku justru mencarimu tadi. Kamu menghilang selama tiga jam dan membuat kami semua khawatir.”
‘Aku bukan menangis karena kamu tinggalkan sendiri. Tapi memang ada orang lain yang menyakitiku ....’
“Kamu lemas? Aku gendong ya?”
Dara masih terdiam. Dia terlalu bingung dari mana cara ia menjelaskan kepada suaminya bahwa dia sudah ternoda di malam pertama mereka.
“Dara!” seru ibu Ratna disusul oleh anggota keluarganya yang lain. Melihatnya dengan tatapan menilai. Apa yang sebenarnya terjadi kepada Dara?
“Alhamdulillah kalau kamu tidak apa-apa, Nduk. Kami khawatir dan mencarimu ke mana-mana. Lain kali kalau pergi itu pamitan dulu,” imbuh beliau seraya membelai lembut pipinya untuk memastikan keadaan putrinya.
“Kamu sakit, Nduk?” tanya Ayah Hilman menduga.
Chandra menyahuti, “Sepertinya begitu, Yah. Makanya Dara diam saja. Kalau begitu biar Chandra bawa ke mobil. Chandra mau bawa Dara langsung pulang ke rumah. Ayah sama Ibu mau ikut?”
Karena khawatir dengan keadaan anaknya, mereka pun mengangguk dan mengikuti ke mana menantunya pergi.
Di dalam perjalanan, Ibu Ratna kembali melayangkan pertanyaan kepada putrinya, kenapa dia bisa pergi sedemikian lamanya tanpa pamit sehingga membuat semua orang menjadi kalang kabut?
Tetapi anehnya, Dara tidak mau menggubrisnya sama sekali dan memilih untuk berpura-pura tidur.
Mereka tidak tahu, beban berat sedang menimpa perempuan ini semenjak hari pertama pernikahannya.
‘Aku sudah hancur hari ini karena sebab yang tidak aku ketahui.’
***
To Be Continued.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Biah Kartika
pasti si alif ini kan orang nya yg menculik dara..
2023-12-27
0
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
Kasihan Dara, mungkin dinodainya sama lelaki yg merasa tersakiti oleh Dara.
Lanjut thor semangat terus dalam berkarya 💪💪💪
2023-03-03
0
Putri Cikal
mampir
2023-01-26
0