"Aku akan berusaha melawan badai yang akan menerpaku kapanpun itu. Aku siap menerima serangan badai yang besar sekalipun. Aku tidak takut kepada besarnya badai, aku tidak gentar terhadap ganasnya badai. Aku juga tidak akan menyerah walau badai itu terus menggulungku. Aku akan berusaha berdiri di atas badai itu. Aku akan menghadapi badai itu. Aku akan melawan badai itu. Aku akan menari diatas badai itu pula. Hingga pada akhirnya, badai itu bisa menyatu dengan diriku. Aku adalah badai dan badai adalah aku."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nnot Senssei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi Murid Sang Legenda
Di dalam goa, setelah tiga hari tak sadarkan diri akhirnya bocah itu pun sadar. Ketika bangun dia terlihat bingung, bocah tersebut berfikir sebelumnya bahwa dia sudah tewas karena serangan harimau merah.
"Di mana aku? Bukannya tadi aku akan dimangsa oleh harimau merah itu? Apa saat ini aku sudah berada di alam kematian?" dia bergumam kebingungan.
Bocah tersebut bangun dari tempat tidurnya, namun ketika dia akan menengok kiri-kanan, dia merasakan sakit di bagian punggungnya. "Ahhhh …" dia mengeluh kesakitan.
"Sebenarnya di mana aku ini? Kalau aku sudah di alam kematian, tidak mungkin aku merasakan sakit seperti ini kan? Rasa sakit ini berasal dari bekas gigitan harimau merah itu," gumamnya sembari menjambak rambutnya karena sangat kebingungan.
Tak lama setelah itu muncul seorang pria tua dengan pakaian serba putih. Tubuhnya dibalut kilatan-kilatan petir. Usianya sekitar 340 tahun, namun karena ilmunya sangat tinggi dia terlihat seperti baru berumur 60 tahun.
Pria tua tersebut berjalan dari arah belakang bocah tadi, dia terus menghampirinya tanpa disadari. Setelah cukup dekat dengan bocah tersebut, pria tua itu langsung berbicara padanya.
"Tenanglah anak muda, kau belum mati. Saat ini kau berada di goa terlarang, goa ini adalah rumahku selama ratusan tahun terakhir," kata pria tua dengan lembut ditambah sebuah senyuman hangat.
"Maaf, senior siapa? Berarti senior yang menyelamatkanku dari harimau merah itu? Kenapa senior menyelamatkanku?" tanya anak itu yang belum memahami situasi saat ini.
"Perkenalkan, aku Lao Yi, orang-orang dulu memanggilku dengan sebutan Pendekar Guntur. Ya benar, yang menyelamatkanmu bisa dibilang adalah aku. Aku menyelamatkanmu karena sudah takdir," Lao Yi menjelaskan siapa dirinya sambil berjalan mendekatinya.
"Pendekar Guntur? Takdir? Maksud senior? Maaf aku belum bisa memahami maksud senior, karena aku hidup di pinggir hutan ini. Jadi tidak banyak yang aku ketahui selain dari hutan ini," bocah itu berusaha menjelaskan siapa dia sebenarnya.
Pria tua itu mengangguk tanda faham, lalu katanya, "Baiklah aku akan menjelaskannya kepadamu. Aku Pendekar Guntur, yang sering disebut oleh masyarakat sebagai salah satu legenda, itu adalah aku. Aku menyelamatkanmu karena kau sudah ditakdirkan untuk meneruskan perjalananku sebagai pendekar yang bertugas menumpas kejahatan di muka bumi ini," pria tua yang menyebut dirinya Pendekar Guntur itu menjelaskan.
Setelah mendengar penjelasan dari Pendekar Guntur, bocah itu langsung ketakutan dan memberi hormat.
"Mohon ampun senior, maafkan diriku ini yang tidak tahu tentang dirimu yang begitu melegenda," dia hendak bersujud tanda meminta maaf, namun Pendekar Guntur segera menahannya. "Tidak usah seperti ini anak muda."
"Siapa namamu? Apakah kamu masih memiliki orang tua?" tanya Pendekar Guntur.
"Perkenalkan namaku Shin Shui, orang tuaku dibunuh oleh anggota sekte Tengkorak Kegelapan," bocah yang bernama Shin Shui itu menjelaskan dengan raut muka yang bersedih diselimuti dendam.
"Hmmm, nama yang bagus. Maaf aku tidak tahu sebelumnya. Apakah kau sudah siap dengan takdirmu? Menjadi pendekar dan menumpas kejahatan," pendekar Guntur bertanya dengan nada serius kepada Shin Shui.
"Jika memang itu adalah takdir yang diberikan langit kepadaku, aku siap senior," jawab Shin Shui dengan penuh hormat.
"Bagus, kalau begitu beristirahatlah dua hari lagi. Nanti aku akan kembali kesini, dua hari lagi lukamu akan pulih sepenuhnya," kata Pendekar Guntur yang langsung menghilang dari pandangan Shin Shui.
"Kemana Pendekar Guntur itu? Cepat sekali perginya." Shin Shui bergumam kebingungan sekaligus kagum dengan Pendekar Guntur.
Karena masih merasa lelah, Shin Shui memutuskan untuk beristirahat kembali. Tak lama dia pun tertidur dengan pulas.
###
Dua hari telah berlalu, Sin Shui sedang menunggu kedatangan Pendekar Guntur didalam goa. Dia duduk sambil memakan buah-buahan yang dibawa oleh Pendekar Guntur waktu dia bertemu beberapa hari lalu.
Tak lama, Pendekar Guntur pun datang. Sesuai janjinya, sekarang dia akan mengangkat Shin Shui menjadi murid untuk meneruskan tugasnya. Luka di bahu Shin Shui sudah hilang sepenuhnya. Jadi, dia sudah bersiap untuk menghadapi ujian dari Pendekar Guntur.
"Apa kamu sudah siap menjadi muridku dan siap menerima latihan keras yang akan aku ajarkan padamu?" tanya Pendekar Guntur kepada Shin Shui.
"Aku sudah siap senior," jawab Shin Shui.
"Bagus, kalau begitu hari ini aku akan mengangkatmu menjadi muridku untuk menumpas kejahatan, semoga langit merestui," ucapnya dengan diiringi senyuman hangat.
"Murid memberi hormat kepada guru." Shin Shui memberikan hormat kepada gurunya dengan bersujud tiga kali.
Setelah Shin Shui diangkat menjadi murid Pendekar Guntur, suara gemuruh guntur dan halilintar menyambar goa sebanyak tiga kali sebagai tanda bahwa Shin Shui resmi jadi muridnya.
"Kemari Shui'er, ikuti aku," kata Lao Yi.
"Baik guru." balas Shin Shui.
Mereka berdua lalu berjalan memasuki goa. Semakin dalam goa itu bukan semakin sempit, tetapi malah semakin luas. Goa itu mirip seperti hutan yang luasnya puluhan kilometer.
Mereka terus berjalan menyusuri hutan dalam goa tersebut, keduanya baru berhenti ketika tiba ditengah hutan yang sangat menyeramkan, disana ada sebuah goa cukup lebar yang dikelilingi pohon-pohon besar.
"Kau akan berlatih disini. Tempat ini bernama 'Hutan Kematian'. Sekarang kita berada pada dimensi lain yang ada di goa larangan," ucap Lao Yi.
"Hu-hutan Kematian guru?" Shin Shui langsung bergidik ngeri mendengarnya.
"Iya, hutan ini bernama Hutan Kematian, apakah ada masalah Shui'er?" tanya Lao Yi.
"Emmm ... tidak guru, hanya saja aku tiba-tiba merinding baru mendengar namanya saja," Shin Shui ketakutan.
"Hahahaha ... tenanglah Shui'er, aku tidak akan membiarkanmu mati," Lao Yi terkekeh melihat Shin Shui begitu ketakutan.
"Ba-baik guru, aku mengerti," ucap Shin Shui dengan gugup. Meskipun sebenarnya dia tidak berani, namun apa boleh buat. Dia takut kepada gurunya, apalagi dia yang menyelamatkan nyawanya.
"Itu baru muridku. Sekarang kau lari kelilingi hutan ini sebanyak lima kali, setelah itu kau angkat batu itu dan kelilingi hutan sebanyak tiga kali. Lalu kau pukuli tiga pohon yang ada didepanmu sampai kau bisa meninggalkan jejak pukulan disana. Jangan berhenti jika jejak pukulanmu tidak ada di pohon itu," Pendekar Guntur menjelaskan latihan yang akan dijalani oleh Shin Shui.
"Guru, kau akan melatihku atau menyiksaku?" tanya Shin Shui, ketakutannya semakin menjadi ketika dia diberitahu metode latihannya.
"Ikuti peraturanku Shui'er. Percayalah, kau tak akan mati. Dan aku juga tidak akan membiarkanmu mati. Sekali lagi kamu bicara seperti ini, hmmm ..." tatapan mata Pendekar Guntur langsung berubah tajam dan dingin kepada Shin Shui.
Melihat ekspresi gurunya berubah drastis langsung membuat Shin Shui berkeringat dingin.
"Baik guru. Aku akan melakukannya, aku tidak akan mengecewakanmu," Shin Shui berpura-pura berani di depan Lao Yi, padahal hatinya sangat bertolak belakang dengan pernyataan barusan.
"Bagus. Kuatkan tekadmu Shui'er. Supaya suatu saat nanti kau bisa membalaskan dendam kedua orang tuamu yang sudah dibunuh oleh sekte Tengkorak Kegelapan," ucap Lao Yi menyemangati Shin Shui.
"Baik guru, murid mohon pamit untuk memulai berlatih." mendengar kata-kata gurunya, Shin Shui langsung terbakar dendam membara. Perasaannya menjadi bergelora ketika mengingat kematian orang tuanya.
Setelah muridnya pergi, Pendekar Guntur juga pergi mencari sumber daya dan permata siluman untuk Shin Shui.
"Harapanku hanyalah kau Shui'er. Semoga kau bisa menjadi penerusku dan bisa melebihi kemampuanku. Aku akan membantumu menaikan kemampuan tenaga dalam dan fisikmu dengan cepat. Semua latihan yang aku berikan mungkin bagimu berat, tapi suatu hari nanti kau akan mengetahui alasannya." Lao Yi bergumam sendiri sambil melihat kepergian Shin Shui.
Setelah Shin Shin sudah tidak terlihat lagi, Lao Yi terbang ke dalam hutan untuk memburu permata siluman dan mencari sumber daya.
Di dalam dimensi goa larangan tepatnya di Hutan Kematian, mencari sumber daya dan permata siluman bukanlah hal sulit. Di dalam hutannya ada sangat banyak siluman dan juga sumber daya langka untuk membantu perkembangan seorang pendekar dengan sangat cepat. Semakin dalam masuk ke hutan, maka semakin banyak pula sumber daya dan permata yang akan didapatkan.
semoga utk cerita2 lain penulis bisa insaf 🤣🤣🤣
kasian Thor membuat cerita seperti ini 🤣🤣🤣