NovelToon NovelToon
Cinta Suami Amnesia

Cinta Suami Amnesia

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami / Suami amnesia
Popularitas:11.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mama eNdut

Anara Bella seorang gadis yang mandiri dan baik hati. Ia tak sengaja di pertemukan dengan seorang pria amnesia yang tengah mengalami kecelakaan, pertemuan itu malah menghantarkan mereka pada suatu ikatan pernikahan yang tidak terduga. Mereka mulai membangun kehidupan bersama, dan Anara mulai mengembangkan perasaan cinta terhadap Alvian.
Di saat rasa cinta tumbuh di hati keduanya, pria itu mengalami kejadian yang membuat ingatan aslinya kembali, melupakan ingatan indah kebersamaannya dengan Anara dan hanya sedikit menyisakan kebencian untuk gadis itu.
Bagaimana bisa ada rasa benci?
Akankah Anara memperjuangkan cintanya?
Berhasil atau berakhir!
Mari kita lanjutkan cerita ini untuk menemukan jawabannya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama eNdut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kedua Kalinya

Andre dan Nara kini tengah memasuki area sebuah gedung hotel di mana pesta ulang tahun perusahaan Kelana Group akan di laksanakan. Dengan sangat hati-hati Nara membawa kue dengan ukuran cukup besar di tangannya, berjalan mengikuti langkah Andre yang membawanya.

"Kau tunggu sebentar disini ya, aku akan menemui salah satu staff untuk menanyakan sesuatu", ucap Andre.

Laki-laki itu beranjak meninggalkan Nara sendiri. Gadis itu berdiri di pinggir, punggungnya menempel dengan dinding, karena banyaknya orang yang berlalu lalang melewatinya. Ia tidak ingin terjadi sesuatu dengan kuenya. Namun apa yang di upayakan oleh Nara ternyata tidak sesuai denga napa yang dia inginkan, semua berakhir sia-sia karena tiba-tiba saja sebuah seruan mengalihkannya.

"Awass”.

Belum sempat kesadaran Nara kembali, sesuatu telah lebih dulu menubruknya hingga akhirnya dirinya beserta kue yang ia bawa terjatuh ke lantai.

Akhhhhh

Brakkk

"Apa-apaan kau ini? Ah ya ampun kue nya".

"Maafkan aku, aku tidak sengaja".

Nara menoleh ia mendapati seorang laki-laki dengan skateboard yang tergeletak disebelahnya.

"Kau bermain skateboard di tempat seperti ini? Memangnya tidak ada tempat yang lain hah! Astaga bagaimana ini, kuenya hancur". Nara meratapi kue tart yang sudah jatuh tercecer di lantai. Kue yang sebelumnya begitu cantik kini sudah menjadi hancur tak berbentuk. "Ini kedua kalinya aku bertemu denganmu dan kedua kalinya pula aku mendapatkan kesialan, ah kau menyebalkan", imbuh Nara.

"Kedua kali", gumam laki-laki itu, seketika ia teringat , gadis yang ia tabrak ini adalah gadis yang menyelamatkannya waktu itu. "Oh astaga kenapa pertemuan kita harus seperti ini?", batinnya. "Ah ya aku ingat, kita belum berkenalan kan, namaku Asraf siapa namamu?", ucapnya sembari mengulurkan tangannya.

Nara menatap tangan yang terulur itu namun taka da niat untuk menyambutnya. "Apa penting sekarang kau mengajakku berkenalan, pikirkan bagaimana nasibku nanti? Bosku pasti akan marah padaku apalagi kue ini pesanan perusahaan besar, bisa saja mereka menuntut ku nantinya. Ah bagaiman ini?".

"Kau tenanglah dulu". Laki-laki yang mulai sekarang kita sapa Asraf itu mulai berpikir, tiba-tiba saja sebuah ide muncul di kepalanya. "Tinggalkan kue itu dan ayo ikutlah denganku", ucapnya sembari meraih tangan Nara dan menariknya.

"Kau mau membawaku kemana?".

"Menyelesaikan masalah", ucap Asraf dengan terus berlari menarik tangan Nara.

Nara di bawa kesebuah ruangan yang penuh dengan alat-alat memasak, tempat itu adalah dapur hotel.

"Kamu bisa membuat kue kan, buatlah disini, kita masih memiliki waktu yang cukup untuk membuatnya".

"Masalahnya aku tidak bisa membuat kue".

"Hah, lalu bagaimana?".

"Kenapa malah bertanya padaku, kau yang menyebabkan kue itu rusak, kau juga yang seharusnya bertanggung jawab".

"Masalahnya aku juga tidak bisa membuat kue".

Nara merasa geram dan kesal terhadap Asraf yang ternyata tidak memiliki solusi untuk menyelesaikan masalah yang telah dia ciptakan. "Apa yang sebenarnya kau pikirkan saat kau membawaku kemari?" tanya Nara dengan nada kesal dan geram, matanya memandang Asraf dengan tajam.

Asraf hanya menggelengkan kepala dan terlihat bingung. "Aku... aku tidak tahu," katanya dengan nada pelan.

Nara merasa semakin geram dan menampakkan kebingungan. "Kau tidak tahu? Kau tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kesalahanmu?" tanya Nara dengan nada tinggi, alisnya terangkat karena kebingungan.

“Aku minta maaf, aku…”.

“Stop, diamlah, aku sedang berpikir”. Nara menutup matanya, otaknya mulai ia pekerjakan, ia berusaha mencari Solusi untuk masalah ini, hingga beberapa saat kemudian, sebuah ide muncul di kepalanya. "Tunggu, aku punya ide!" katanya dengan nada bersemangat, matanya bersinar karena ide baru.

Asraf menoleh ke arah Nara dengan harapan. "Apa itu?" tanyanya.

“Aku memang tidak bisa membuat kue, tetapi aku bisa memasak nasi tumpeng, bukankah kue dan nasi tumpeng memiliki marti yang sama di acara ulang tahun?’

"Itu ide yang bagus", ucap Asraf bersemangat.

"Tetapi bagaimana jika yang..".

"Sudah jangan banyak berpikir, sekarang buatlah. Jangan ragu, jangan takut aku yakin Bos perusahaan itu akan menyukai nasi tumpeng buatanmu".

Nara tersenyum, sebagai pengganti kue ulang tahun Nara akan membuat tumpeng ulang tahun. Sebenarnya jika di pikir-pikir akan lebih baik jika kembali memesan kue tanpa harus repot-repot membuat penggantinya, karena sebenarnya dalam kue yang telah hancur itu tidak ada permintaan khusus seperti bentuk atau tulisan. Namun memang dasarnya saja mereka yang keburu panik hingga hal simpel seperti itu tidak terpikirkan.

"Semua bahan makanan ada di dalam ruangan itu, kau bisa menggunakannya sesuai keinginan, aku akan keluar sebentar".

Setelah memberikan anggukan sebagai respon Nara mulai masuk ke dalam ruangan bahan masakan dan mengambil beras, membawanya ke wastafel dan mencucinya.

Di sisi lain, Asraf memanggil kepala koki di hotel itu, mereka berdiri di depan pintu kaca yang dapat melihat area dapur dengan sangat jelas..

"Kau lihat gadis yang di sana", tunjuk Asraf pada Nara yang sedang mencuci beras.

"Iya Tuan, tetapi siapa gadis itu Tuan? Apa pegawai baru?".

"Bukan, em mungkin saja dia calon istriku", jawab Asraf yang membuat kepala koki itu seketika menatap laki-laki itu dengan membulatkan matanya terkejut. "Ah sudahlah, yang jelas bantu dia dan lakukan apapun yang dia perintahkan".

"Baik Tuan".

Kepala koki lantas memerintahkan tiga bawahannya untuk ikut bersamanya. Sesampainya di tempat Nara, kepala koki itu segera memperkenalkan diri dan mengatakan jika ia di minta seseorang untuk membantunya.

Nara tersenyum mendengarnya, gadis itu sangat berterimakasih. Mengingat tidak banyak waktu yang ia miliki. Nara tidak banyak bertanya walaupun di pikirannya bertanya-tanya tentang siapa yang menyuruh mereka membantunya.

"Jadi Nona, apa yang akan anda buat?", tanya kepala koki itu dengan ramah.

"Aku ingin membuat nasi tumpeng Pak".

Kepala koki mengangguk mengerti, namun yang membuat Nara bingung adalah kepala koki tersebut tidak lekas mengambil pekerjaannya.

"Kenapa anda diam saja, bukankah tadi anda bilang ingin membantuku?".

"Saya menunggu perintah anda Nona".

Awalnya mereka takut jika apa yang mereka akan lakukan malah tidak sesuai dengan keinginan Nara, sehingga kepala koki itu memutuskan untuk menunggu perintah dari gadis yang mereka ketahui adalah calon istri dari Bosnya.

"Anda menjabat sebagai kepala koki di Hotel ini, seharusnya membuat nasi tumpeng adalah hal mudah bagi anda. Lakukan apapun yang kalian mengerti tidak usah menungguku".

"Ah baiklah jika begitu".

Kepala koki itu lantas meminta ketiga anak buahnya untuk mengerjakan tugasnya masing-masing, menyiapkan bahan dan bumbu, memasak lauk dan sebagainya. Sementara Nara sendiri sibuk dengan beras yang kini sudah ia campur dengan kunyit. Sembari menunggu nasi itu matang, Nara juga membantu yang lainnya, gadis itu sangat cekatan melakukan pekerjaannya.

"Apa ada yang bisa membuat hiasan?".

Semua orang hanya saling pandang saat mendengar pertanyaan Nara.

"Maaf Nona, dari kami berempat tidak ada yang bisa membuatnya, sepertinya orang yang biasanya membuat garnish sedang mengerjakannya di lokasi pesta".

"Ah begitu ya, bagaimana ini? Masa iya, timunnya hanya aku potong serong seperti ini?", ucap Nara sembari menunjukkan irisan timun yang sudah ia potong.

Asraf yang sejak tadi memperhatikan dari balik pintu kaca akhirnya memutuskan untuk masuk saat melihat Nara kebingungan.

"Kamu datang, dari mana saja? Bukannya membantuku malah menghilang".

Para koki yang melihat kedatangan Asraf segera menyingkir dan kembali meneruskan pekerjaan mereka masing-masing.

"Siapa bilang aku tidak membantumu? Dari jauh aku berdoa untukmu".

"Aishh, sudahlah, sekarang jika tujuanmu kemari hanya ingin melihat-lihat maka keluarlah, kau menghalangi jalanku". Asraf tersenyum, segera ia bergeser dari jalan yang hendak Nara lalui.

"Cantik tapi galak sekali gadis ini", batin Asraf. "Lalu apa yang bisa aku lakukan untuk membantumu?", ucap laki-laki itu sembari meminta sebuah apron kepada salah satu bawahan kepala koki melalui gerakan tangan.

"Apa kau bisa membuat garnis dari bahan-bahan ini?", tunjuk Nara pada keranjang berisi sayuran seperti timun, wortel, sawi putih, tomat dan beberapa sayur lainnya. "Jika tidak maka kamu tidak di perlukan", ucap Nara cepat saat melihat Asraf hanya menatap sayur-sayur tersebut. Gadis itu masih merasa kesal dengannya.

"Tentu saja aku bisa".

Asraf meminta pisau garnis kepada kepala koki, setelah beberapa set pisau garnis berada di tangannya, Asraf mengambil sawi putih dan mulai menggarapnya. Nara cukup terkesima melihat gerakan tangan Asraf yang lincah, meliuk-liukkan pisau untuk memotong, mengiris dan mengukir sayuran tersebut.

Sesaat kemudian nasi kuning telah masak, Nara segera mengambil cetakan wadah berbentuk kerucut dan memasukkan nasi yang masih panas itu ke dalam cetakan.

"Tolong siapkan alasnya, nampan juga tidak masalah jika tidak ada".

"Kita punya alas kotak dari anyaman bambu Nona".

"Itu malah bagus, letakkan disini", titah Nara yang langsung di lakukan oleh salah satu koki.

"Kita tidak memiliki daun pisang Nona".

"Kita bisa menggantinya dengan kertas, apa kalian punya?".

"Ada Nona".

Setelah masalah alas selesai di siapkan, dengan hati-hati Nara mengeluarkan nasi yang telah ia cetak dan ya berhasil, bentuk kerucut yang sempurna kini telah berdiri di bagian tengah. Kemudian Nara mulai menata lauk pauk di sekelilingnya. Tempe orek, telur balado, ayam goreng, lalapan, dan beberapa lauk lainnya. Tak lupa Nara juga meletakkan garnish buatan Asraf di beberapa bagian. Garnish yang Asraf buat begitu cantik, bunga berwarna-warni yang terbuat dari sayuran itu memperindah tampilan nasi tumpeng yang mereka buat. Nara benar-benar kagum melihatnya.

1
WiwikAgus
bagus /Good/
Antok Antok
kelomang lukis jadi inget mainan jaman kecil dulu
Antok Antok
Menarik
Antok Antok
Semakin menarik... semoga novel ini berlanjut sampai tamat. dan banyak p mbacanya yang suka.... lanjut torrrrr
Antok Antok
Awal yang bagus, lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!