Kyara harus menerima ujian pahit dalam hidupnya ketika dihadapkan dengan kenyataan harus menerima tawaran menjadi istri dari Bos tempat ia bekerja demi permintaan pria tua yang sangat ia sayangi. Membuat Kyara harus berada di posisi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Bagaimana nasib pernikahan yang Kyara jalani tanpa ada satu orang pun yang tahu jika dirinya sudah menikah bahkan tidak dianggap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengerjai Kyara
Kyara mengelap peluh yang bercucuran memenuhi dahinya. Tepat seperti biasanya, jika Kyara terlihat diantara mereka, mereka akan memberhentikan pekerjaan dan melimpahkannya kepada Kyara. Kyara tidak mempermasalahkannya. Menurutnya itu lebih baik dibandingkan mereka mencaci maki dirinya.
Kyara mengambil sapu tangan yang selalu ia bawa ketika bekerja. Bajunya yang tidak terlalu menyerap keringat itu semakin membuat tubuhnya gerah. Tubuhnya serasa bermandikan keringat saat ini. Kyara memandang sekeliling ruangan untuk memastikan tidak ada lagi yang harus dibereskan. Ruangan nampak rapi, bersih dan harum.
Dirasa ruangan sudah siap digunakan, Kyara bergegas keluar dari dalam ruangan setelah para OB yang lainnya sudah keluar meninggalkannya seorang diri.
"Apa semuanya sudah beres, Kyara?" kedatangan Bu Retno secara tiba-tiba berhasil membuat Kyara terlonjak kaget.
"Astaga," Kyara mengelus dadanya yang tiba-tiba berdetak kencang. "Agh, Ibu. Ma-maaf, Ibu bicara apa tadi?" tanyanya sungkan dengan ekspresi kaget dan masih mengulus dada.
Bu Retno mendengkus. "Kau memang tidak bisa menggunakan telinga dengan benar, Kyara! Saya bertanya, apakah semuanya sudah beres?" ketusnya. Matanya yang sipit semakin tak terlihat ketika menatap tajam Kyara.
Dengan gaya dua tangan di pinggang, Bu Retno semakin membuat jantung Kyara berlari meraton. Kyara sungguh takut jika ada satu hal saja yang lupa ia bersihkan tadi. Mengingat teman-temannya hanya fokus menyuruhnya ini-itu tanpa berniat membantu.
"Su-sudah, Bu. Ruangan sudah bisa digunakan."
"Baguslah! Awas saja jika kamu melakukan kesalahan kali ini, Kyara."
Kyara mengangguk ragu-ragu.
"Saya sudah menyuruh beberapa OB untuk menyiapkan kopi untuk para dewan direksi. Dan tugas untuk kamu adalah menyiapkan kopi hitam tanpa gula untuk Pak Presdir. Pak presdir tidak menyukai kopi buatan karyawan di sini. Jadi, kamu harus membelinya di kafe seberang jalan perusahaan tempat biasa Pak Presdir memesan kopi jika berada di sini." tuturnya panjang lebar. "Apa kamu mengerti, Kyara?" lanjutnya.
"Saya mengerti, Bu."
"Bagus jika seperti itu. Kamu bisa pergi sekarang juga karena sebentar lagi pak Presdir akan tiba. Jangan membuatnya menunggu!"
Kyara mengangguk paham, "Akan saya laksanakan, Bu. Kalau begitu, saya pamit."
Bu Retno menarik salah satu sudut bibirnya ketika merasa akan berhasil mengerjai Kyara kali ini. Bu Retno tahu, jika kafe yang berada di seberang perusahaan tidak buka hari ini. Jadi dia sengaja mengerjai Kyara agar Kyara menjadi bahan amukan Pak Presdir kali ini.
"Itulah akibat jika kamu mencoba menjadi pesaing saya, Kyara!" gumamnya seraya menyeringai licik.
Ketidaksukaan Bu Retno pada Kyara bermulai pada saat Bu Retno melihat Pak Hadi, devisi keuangan yang sedang dikejar-kejarnya memberikan Kyara paper bag di saat jam pulang kantor. Sebenarnya Bu Retno sendiri tidak tahu apa isinya. Tetapi, melihat Kyara menerima paper bag dari Pak Hadi membuat Bu Retno begitu murka. Semenjak itu Bu Retno sudah menetapkan Kyara sebagai rivalnya. Tanpa tahu kejadian sebenarnya.
Kyara berjalan keluar gedung perusahaan dengan disambut teriknya sinar matahari. Kyara menghela nafasnya yang mulai memberat. Jujur saja tubuhnya sudah membutuhkan istirahat. Terlebih, Kyara tidak sarapan dulu sebelum berangkat ke kantor karena kekhawatirannya melihat hujan lebat.
Melirik pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 09.25 Wib. Sebentar lagi rapat akan dimulai. Dan sepertinya para dewan direksi yang berada di kantor sudah masuk ke dalam ruangan rapat. Kyara mempercepat langkahnya untuk menyeberangi jalan tanpa melihat palang tutup pada cafe yang akan ditujunya.
***
*Happy reading!:)
Jangan lupa like, komen, vote dan rate bintang 5 supaya author makin semangat nulisnya. Dukungan teman-teman sangat berarti untuk kinerja jari author dalam menulis😉
bab ini kata Calvin wajah Cilla mirip dengan Bianca
Eeeeee...ini masalah Citra juga lamban dalam mengatasi kecurigaan Rania. Bahkan sudah ada peristiwa berani pegang atau mau betulin dasi juga masih lamban mengatasi Citra. Tapi bukan William kalau tidak heboh dulu wkwkwk
Ato bumil...hajar tuh pelakor tanpa ampun