Wilda Sugandi adalah seorang istri yang baik hati dan menurut pada sang suami, Arya Dwipangga. Mereka sudah menikah selama 5 tahun namun sayang sampai saat ini Wilda dan Arya belum dikaruniai keturunan. Hal mengejutkan sekaligus menyakitkan adalah saat Wilda mengetahui bahwa Arya dan sahabat baiknya, Agustine Wulandari memiliki hubungan spesial di belakangnya selama ini. Agustine membuat Arya menceraikan Wilda dan membuat Wilda hancur berkeping-keping, saat ia pikir dunianya sudah hancur, ia bertemu dengan Mikael Parovisk, seorang CEO dari negara Serbia yang jatuh cinta padanya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saya Suka Dia
Dengan tekad yang kuat, Mikael menjelajahi berbagai sudut kota, mencari rumah yang layak untuk dihuni oleh Wilda dan Nurjannah. Ia tidak ingin kedua wanita itu terus hidup dalam ketidakpastian dan kesusahan. Mikael ingin memberikan tempat yang aman dan nyaman bagi mereka untuk memulai kembali kehidupan yang baru.
Setelah berhari-hari mencari, akhirnya Mikael menemukan sebuah rumah sederhana namun asri di pinggiran kota. Rumah itu tidak terlalu besar, namun cukup untuk menampung keluarga kecil seperti Wilda dan Nurjannah. Halaman rumah yang luas dengan pepohonan rindang juga akan memberikan ketenangan dan kesejukan bagi mereka.
Mikael segera menghubungi pemilik rumah dan menyampaikan niatnya untuk menyewa rumah tersebut. Pemilik rumah yang terharu dengan niat baik Mikael, langsung setuju dan memberikan harga sewa yang terjangkau. Mikael pun merasa sangat senang dan lega. Ia tahu, rumah ini akan menjadi tempat yang sempurna bagi Wilda dan Nurjannah untuk memulai kembali hidup mereka.
Keesokan harinya, Mikael dengan penuh semangat menjemput Wilda dan Nurjannah di rumah Juwita. Ia ingin memberikan kejutan kepada kedua wanita itu.
"Saya punya kabar baik untuk kalian," kata Mikael dengan senyum lebar. "Saya sudah menemukan rumah baru untuk kalian."
Mata Wilda dan Nurjannah berbinar mendengar perkataan Mikael. Mereka tidak menyangka Mikael akan secepat ini menemukan rumah untuk mereka.
"Yang benar, Mikael?" tanya Wilda dengan nada tidak percaya.
"Iya, Wilda," jawab Mikael. "Saya sudah menyewa rumah yang cukup besar dan nyaman untuk kalian. Rumah itu ada di pinggiran kota, tidak terlalu jauh dari sini."
Nurjannah dan Wilda saling berpandangan. Mereka berdua merasa sangat terharu dan bahagia.
"Terima kasih banyak, Mikael," kata Nurjannah dengan nada terharu. "Kamu sudah banyak membantu kami."
"Iya, Mikael. Kami tidak tahu harus membalas kebaikan kamu seperti apa," timpal Wilda.
"Sudah, jangan dipikirkan," kata Mikael. "Saya ikhlas membantu kalian. Saya ingin kalian bisa segera pindah dan memulai hidup baru."
Mikael kemudian mengajak Wilda dan Nurjannah untuk melihat rumah baru mereka. Keduanya sangat terkejut dan senang melihat rumah yang begitu indah dan nyaman.
"Ini rumah kita?" tanya Wilda dengan nada tidak percaya.
"Iya, ini rumah kalian," jawab Mikael. "Mulai sekarang, kalian akan tinggal di sini."
Nurjannah dan Wilda memeluk Mikael erat. Mereka berdua sangat berterima kasih atas kebaikan pria itu.
"Terima kasih, Mikael," kata Nurjannah sambil menangis haru. "Kamu sudah seperti malaikat bagi kami."
"Iya, Mikael. Kami tidak akan pernah melupakan kebaikan kamu," timpal Wilda.
"Sudah, jangan menangis," kata Mikael. "Yang penting, sekarang kalian sudah punya tempat tinggal yang layak."
Mikael kemudian membantu Wilda dan Nurjannah memindahkan barang-barang mereka ke rumah baru. Ia juga membantu mereka membersihkan dan menata rumah tersebut.
"Mulai sekarang, kalian akan tinggal di sini dengan tenang dan nyaman," kata Mikael. "Saya akan selalu ada untuk kalian."
"Mulai sekarang, kalian akan tinggal di sini dengan tenang dan nyaman," kata Mikael. "Saya akan selalu ada untuk kalian."
Nurjannah dan Wilda mengangguk setuju. Mereka percaya pada Mikael. Mereka yakin, pria itu akan selalu ada untuk mereka.
"Terima kasih, Mikael," kata Nurjannah dan Wilda serempak. "Kami sangat menyayangi kamu."
Mikael tersenyum. Ia merasa bahagia bisa membantu kedua wanita yang telah banyak menderita itu.
"Saya juga sangat menyayangi kalian," kata Mikael. "Kalian sudah seperti keluarga saya sendiri."
Mereka bertiga kemudian berpelukan erat. Mereka merasa sangat bahagia dan bersyukur atas kebaikan yang telah diberikan oleh Allah SWT.
****
Dengan mata penuh dendam, Agustine diam-diam mengikuti mobil yang membawa Wilda dan Nurjannah. Ia ingin memastikan bahwa ia mengetahui tempat tinggal baru kedua wanita itu. Agustine yakin, informasi ini akan sangat berguna untuk melancarkan rencana balas dendamnya yang keji.
Setelah beberapa saat mengikuti mobil tersebut, Agustine akhirnya sampai di sebuah rumah sederhana namun asri di pinggiran kota. Ia melihat Wilda dan Nurjannah turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah itu. Agustine menyeringai puas. Ia telah menemukan tempat tinggal mereka.
"Akhirnya aku tahu di mana kalian bersembunyi," gumam Agustine dalam hati. "Kalian tidak akan bisa lari dariku."
Agustine kemudian mencatat alamat rumah tersebut. Ia tidak ingin kehilangan jejak Wilda dan Nurjannah. Ia akan memastikan bahwa mereka tidak akan pernah bisa hidup tenang dan bahagia.
"Kalian akan menderita seumur hidup kalian," kata Agustine dengan nada geram. "Aku akan membuat kalian menyesal telah berurusan denganku."
Agustine kemudian pergi dari tempat itu dengan hati yang penuh dendam. Ia sudah tidak sabar ingin melaksanakan rencana balas dendamnya yang keji.
"Tunggu saja pembalasan dariku," kata Agustine sambil menyeringai sinis. "Kalian akan merasakan akibatnya."
Agustine kemudian merencanakan dengan matang setiap langkah yang akan ia ambil. Ia tidak ingin ada satu pun kesalahan yang bisa menggagalkan rencananya.
****
Mikael, dengan kecerdasan dan ketelitiannya, akhirnya berhasil mengetahui dalang di balik semua kesengsaraan yang menimpa Wilda dan Nurjannah. Ia tidak menyangka bahwa Agustine, wanita yang terlihat anggun dan berkelas itu, ternyata memiliki hati yang penuh dengan dendam dan kebencian.
Mikael tidak tinggal diam. Ia segera mencari cara untuk menghadapi Agustine dan membongkar semua kejahatannya. Ia tahu, Agustine adalah wanita yang licik dan berbahaya. Ia harus berhati-hati dalam bertindak.
Suatu hari, Mikael mendapat informasi bahwa Agustine memiliki sebuah salon kecantikan yang cukup terkenal. Ia pun memutuskan untuk mengunjungi salon tersebut. Ia ingin melihat sendiri bagaimana Agustine menjalankan bisnisnya dan mencari tahu lebih banyak tentang wanita itu.
Mikael datang ke salon Agustine dengan penampilan yang rapi dan menarik. Ia langsung menjadi pusat perhatian para pegawai salon yang kebanyakan adalah wanita muda. Mereka terpesona dengan ketampanan pria bule itu.
"Selamat siang, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" sapa salah seorang pegawai salon dengan nada ramah.
"Saya ingin bertemu dengan Ibu Agustine," kata Mikael dengan nada sopan.
"Ibu Agustine sedang ada di ruangannya, Tuan. Mari saya antar," kata pegawai salon itu sambil tersenyum manis.
Pegawai salon itu kemudian mengantar Mikael ke ruangan Agustine. Ia mengetuk pintu ruangan Agustine dan memberitahukan bahwa ada tamu yang ingin bertemu dengannya.
Pegawai salon itu kemudian mengantar Mikael ke ruangan Agustine. Ia mengetuk pintu ruangan Agustine dan memberitahukan bahwa ada tamu yang ingin bertemu dengannya.
"Silakan masuk," kata Agustine dari dalam ruangan.
Mikael pun masuk ke dalam ruangan Agustine. Ia melihat Agustine sedang duduk di kursi kerjanya sambil membaca beberapa dokumen.
"Selamat siang, Ibu Agustine," sapa Mikael dengan nada sopan.
Agustine mendongak dan terkejut melihat siapa yang datang ke ruangannya.
"Mikael?" kata Agustine dengan nada terkejut.
"Ya, ini saya," kata Mikael sambil tersenyum. "Saya datang ke sini untuk berbicara dengan Ibu tentang Wilda dan bu Nurjannah."
Agustine, yang merasa terancam dengan kehadiran Mikael di sekitar Wilda dan Nurjannah, tidak tinggal diam. Ia tidak ingin pria bule itu ikut campur dalam urusannya.
"Mikael, sebaiknya kamu tidak perlu ikut campur dalam masalahku dengan Wilda dan Bu Nurjannah," kata Agustine dengan nada sinis. "Ini adalah urusan pribadi saya dengan mereka."
"Saya tidak setuju," jawab Mikael dengan nada tegas. "Saya tidak akan membiarkan Ibu menyakiti mereka lagi."
"Kamu tidak berhak ikut campur," kata Agustine dengan nada marah. "Ini bukan urusanmu."
"Ini juga menjadi urusan saya," kata Mikael. "Saya menyukai Wilda."