Alika Khumairoh gadis berjilbab nan tangguh yang berubah menjadi gadis diam seribu bahasa karena kecelakaan yang menimpa adiknya. Kesedihan yang mendalam ia rasakan ketika adik satu-satunya terbaring koma karena kecelakaan tersebut.
Dan ketika dia harus bertemu dengan Farel Adiputra Wijaya, manusia menyebalkan menurut Alika.
Farel sendiri adalah putra dari pemilik perusahaan Wijaya Group.
Kehidupan mereka yang berubah drastis karena sifat di antara keduanya yang bertolak belakang.
Sampai akhirnya mereka memulai untuk melakukan kerjasama di perusahaan ayah Farel agar mengetahui siapa dalang di balik runtuhnya perusahaan Wijaya Group.
Akankah mereka dapat memahami satu sama lain?
Dan bisakah keduanya mengungkap siapa yang berkhianat pada perusahaan Wijaya Group?
IG : miena_checil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan dua manusia
Selesai melaksanakan sholat subuh Alika beranjak menghampiri pembaringan Abizar. Melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an sudah kebiasaan dari Alika selepas menunaikan sholat, namun kali ini sedikit berbeda lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an tersebut dibumbui dengan isak tangis Alika.
Dadanya serasa sesak ketika melihat Abizar yang terbaring lemah tak berdaya. Dengan sisa-sisa tenaganya Alika berusaha meyakinkan dirinya bahwa Abizar pasti baik-baik saja.
Waktu menunjukkan pukul tujuh, perlahan Alika membungkuk dan membisikkan sesuatu ke Abizar. "Kakak berangkat kerja dulu ya, kamu baik-baik disini. Assalamualaikum.." lalu iapun mengecup kening adiknya.
"Saya titip Abizar ya suster, jika ada apa-apa tolong segera hubungi saya." Kata Alika seraya tersenyum.
"Baik mbak, saya pasti menjaga adik mbak Alika." Ucap perawat yang ditunjuk Alika agar menjaga adiknya selama Alika bekerja itupun dengan bayaran yang sudah mereka sepakati.
"Kalau begitu saya berangkat kerja dulu ya suster, assalamualaikum..." ucap Alika sambil melangkah keluar dari kamar rawat inap Abizar.
"Wa'alaikumsalam..." jawab perawat yang diketahui bernama Rani itu.
Biasanya Alika berangkat kerja dengan di jemput oleh Desi menggunakan mobil, teman Alika yang memang dari kalangan berada. Ayahnya saja mempunyai perusahaan tapi Desi memang anak yang mandiri dia tidak ingin bergantung pada harta orangtuanya.
Dengan bekerja di Wijaya Group, Desi berkata bahwa itu merupakan pengalaman kerja yang sangat Desi inginkan.
Desi memang tidak menjemput Alika di rumah sakit karena memang kemarin malam Alika bilang dia akan mengambil cuti selama beberapa hari untuk menjaga Abizar, namun keadaan yang memaksa agar dirinya bekerja agar dapat membiayai pengobatan Abizar.
Alika memutuskan untuk berjalan karena memang jarak rumah sakit dan kantornya berselang empat puluh lima menit, jangan tanya kenapa dia berjalan kaki pasti untuk menghemat biaya. Dia bahkan rela berjalan empat lima menit dengan menggunakan high heels nya demi uang tiga puluh ribu rupiah jika naik angkutan umum.
Saat sedang berjalan dengan langkah pasti di seberang sana Alika mendapati seorang anak kecil yang mengejar bolanya ke tengah jalan raya, disaat ibu dari anak kecil tersebut tidak memperhatikan buah hatinya.
Alika berusaha berteriak memanggil-manggil ibu dari anak kecil tersebut namun padatnya jalan raya ketika sebagian orang tengah disibukkan dengan aktifitas masing-masing membuat mereka tidak menyadari dengan teriakan Alika.
Ketika Alika melihat dari arah berlawanan sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi yang membuat Alika teringat akan kecelakaan yang menimpa Abizar. Dengan langkah sedikit berlari Alika menyeberang tanpa melihat ke kanan dan ke kiri, sesaat setelah sampai di samping anak kecil tersebut Alika segera menarik kedalam pelukannya.
"Sayang...." teriak seorang wanita yang diketahui adalah ibu anak kecil tersebut. Decitan rem mobil yang tiba-tiba berhenti mendadak dan teriakan ibu tersebut seperti memekik gendang telinga sehingga banyak orang yang langsung melihat kejadian itu.
Terlihat laki-laki dengan wajah tampan turun dari mobil. "Lu cari mati ya?" ucap laki-laki tersebut tanpa merasa bersalah.
Ya, dia Farel Adiputra Wijaya putra dari pemilik perusahaan Wijaya Group sifatnya yang arogan dan selalu ingin menang sendiri membuat semua orang takut padanya.
Perlahan Alika membuka matanya dan menatap lekat anak kecil yang ada di dekapannya. "Adek gak pa-pa?" tanya Alika cemas dan di tanggapi dengan gelengan kepala oleh anak kecil itu. Saat itu pula ibunya menghampiri Alika dan berkali-kali mengucapkan terimakasih padanya, dengan isyarat tangan Alika menyuruh pergi adik kecil yang di selamatkan nya beserta ibunya.
"Hei gue bicara ama lu," lanjut Farel dengan nada emosi.
Perlahan Alika membalikkan badannya dan berhadapan dengan Farel. "Bisakah anda pelan-pelan jika sedang menyetir?" ucap Alika yang masih bisa menguasai hatinya untuk tidak tersulut emosi juga. Bahkan Alika tidak tau siapa sebenarnya Farel karena sang Direktur perusahaan memang tidak pernah mempublikasikan keluarganya.
"Wah benar-benar nih anak, bukannya lu yang salah ya tiba-tiba aja lu datang dan menghalangi jalan gue," jawab Farel dengan nada berapi-api.
"Tidakkah anda melihat ada anak kecil tadi di tengah jalan?" jawab Alika sesantai mungkin.
"Wah baru kali ini gue liat ada wanita berjilbab tapi kelakuannya minus," sambil tersenyum mengejek. Terlihat ketiga temen Farel keluar dari mobil yakni Dimas, Andre dan Riko yang menghampiri Farel karena entah mengapa percakapan antara Alika yang tak kunjung usai.
"Apa maksud anda mengatakan saya berperilaku minus?" kali ini Alika sudah benar-benar dibuat marah oleh Farel.
"Anda dan teman-teman anda bahkan tidak berniat meminta maaf pada anak kecil tersebut, ternyata benar kata sebagian orang bahwa orang kaya seperti anda hanya bisa memanfaatkan kekayaan dari orang tua anda." Alika berbicara dengan tersenyum getir.
Tidak tau sudah perubahan wajah Farel yang makin menahan amarah. "Asal lu tau aja ya, gue gak pernah sekalipun memakai fasilitas dari keluarga gue meskipun keluarga gue kaya raya," kini amarah Farel benar-benar sudah berada di ubun-ubun.
Senyum ejekan pun keluar dari mulut Alika. "Benarkah? saya jadi penasaran ibu mana yang sudah mendidik anda sampai anda bisa bersikap arogan seperti ini."
"Lu..." sambil menuding Alika. "Jangan sekali-kali bawa-bawa ibu gue..." Farel sudah tidak bisa menahan emosinya lagi, ingin sekali dia memukul wanita yang ada di depannya itu kalau ketiga temennya tidak menghalanginya.
"Sudahlah bahkan ini sudah siang," Alika berkata sambil melihat jam tangannya. "Saya harus berangkat kerja, lain kali berhati-hatilah saat anda sedang menyetir karena sikap ugal-ugalan anda, anda bisa saja menabrak anak kecil tadi. Assalamualaikum..." Lalu Alika pergi tanpa menoleh sedikitpun ke arah Farel yang sudah tidak bisa menahan amarahnya.
Bersambung
secara ga langsung, ia mengungkapkan cinta buat Alika🤭
.