NovelToon NovelToon
Dendam & Cinta Tuan Mafia

Dendam & Cinta Tuan Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Caesarikai

Lima tahun lalu, Liliane Lakovelli kehilangan segalanya ketika Kian Marchetti—pria yang dicintainya—menembak mati ayahnya. Dikhianati, ia melarikan diri ke Jepang, mengganti identitas, dan diam-diam membesarkan putra mereka, Kin.

Kini, takdir mempertemukan mereka kembali. Kian tak menyadari bahwa wanita di balik restoran Italia yang menarik perhatiannya adalah Liliane. Namun, pertemuan mereka bukan hanya tentang cinta yang tersisa, tetapi juga dendam dan rahasia kelam yang belum terungkap.

Saat kebenaran terkuak, masa lalu menuntut balas. Di antara cinta dan bahaya, Kian dan Liliane harus memilih: saling menghancurkan atau bertahan bersama dalam permainan yang bisa membinasakan mereka berdua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caesarikai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kelahiran Generasi Baru

Tokyo, Japan

Sejak tadi malam, Liliane sudah merasakan sakit di perutnya. Tetapi Liliane tak ingin terkecoh. Sebelumnya, dokter Sakuya mengatakan itu hanyalah kontraksi palsu. Namun, jika dirasakan saat ini intensitas kontraksinya semakin sempit.

Liliane sudah berada di rumah sakit sejak pagi tadi. Dokter Sakuya yang akan membantu persalinannya bersama dengan tim dokter lainnya. Ternyata kontraksinya betulan, bukan lagi kontraksi palsu. Dirinya sudah memasuki pembukaan ketiga saat tiba di rumah sakit.

Sembari menunggu pembukaan, Liliane membuka tabloid yang menampilkan berita tentang pebisnis muda yang sukses. Sosok pria tampan yang pernah menaklukan hatinya, siapa lagi kalau bukan Kian Marchetti ayah si jabang bayi. Dilihatnya lamat-lamat sosok itu dalam foto jepretan media, tak banyak yang berubah darinya, kecuali bulu-bulu jambang yang tumbuh menutupi rahang tegasnya. Oh, dan mungkin sorot matanya yang makin tegas tak berperasaan.

Ada rasa rindu, namun Liliane menolak sadar. Kian sudah membunuh ayahnya, tentu saja ia harus membenci lelaki itu, bukan merindukannya. Ia terus denial¹ dengan perasaannya sendiri dan terus menekannya agar kebencian itu semakin menjadi dalam dirinya.

Tak sadar gelombang kontraksinya sudah semakin berat. Liliane meletakkan tabloid-nya dan mulai mengatur pernapasannya untuk mengurangi rasa mulas yang mengambil seluruh atensinya.

Hana datang bersama Takeshi, menyusul Liliane yang sudah datang lebih dulu dengan Nanami. "Cucuku, bagaimana kondisimu? Sudah pembukaan berapa? Tidakkah kamu ingin persalinan dengan operasi saja?" Hana sungguh cemas, terlebih lagi melihat wajah Liliane yang sudah pucat pasi, keringat membasahi kening dan seluruh tubuh cucunya itu.

Liliane menggelengkan kepalanya. "Tidak, Obaasan. Aku akan mencoba persalinan normal. Aku ingin anakku tahu bahwa aku selalu mengusahakan kehadirannya. Aku ingin menyambutnya dengan sukacita."

Kedua mata Hana memancarkan kecemasan. Wanita paruh baya itu mengusap dahi Liliane yang berkeringat dengan tisu wajah. "Baiklah kalau itu sudah menjadi keputusanmu. Aku rasa baby boy juga tidak akan menyusahkanmu, ia anak baik yang sangat mencintai ibunya."

Liliane tersenyum seraya mengusap perutnya yang besar. "Tentu saja, dia anak yang baik."

Tiba saatnya, pembukaan Liliane sudah lengkap. Ia dipindahkan ke ruang persalinan, Nanami mewakili Takeshi dan Hana untuk menemani Liliane di dalam. Bukan Takeshi tak ingin menemani, tetapi ia harus menjaga Hana yang juga sedang mencemaskan Liliane. Sementara Hana tak bisa masuk ke ruangan karena kesehatannya, terlebih lagi ia juga harus selalu duduk di kursi roda.

Liliane memilin jemarinya, dia pun merasa cemas. Untuk pertama kalinya ia berharap Kian hadir di sini, menemaninya menyambut bayi mereka. Namun, semua itu hanyalah angan. Kian tak akan pernah datang menemaninya, ia saja tidak tahu bahwa akan menjadi seorang ayah.

Persalinan dimulai, Liliane berusaha sekuat tenaganya untuk melahirkan bayinya. Liliane menggigit bibirnya, keringat bercucuran di dahinya. Nanami menggenggam erat tangan Liliane yang bertautan dengannya, dia ikut dibuat cemas dengan keadaan nonanya. Dokter dan perawat terus memberikan semangat, tetapi rasa sakit yang luar biasa mulai mengalahkan kesadaran Liliane.

"Nona Yuri, kau harus tetap bertahan! Tarik napas dalam dan dorong lagi!" suara dokter Sakuya terdengar tegas. Peluh ikut membasahi dahinya.

Liliane terengah-engah, dan berkata dengan suara lirih. "Aku... aku tidak bisa..." matanya setengah tertutup, tubuhnya mulai melemah.

Perawat terlihat cemas. "Tekanan darahnya turun drastis! Jika dia berhenti sekarang, dia dan bayinya bisa dalam bahaya!" ucapnya pada dokter Sakuya.

Mesin di sekitarnya mulai berbunyi lebih cepat. Napas Liliane tersengal, pandangannya kabur. Ia mulai kehilangan kesadaran sedikit demi sedikit.

Di luar, Takeshi dan Hana yang mendengar alarm berbunyi dan wajah dokter yang keluar dari ruangan semakin tegang. Ia langsung melangkah maju dan menahan lengan dokter.

Takeshi bertanya dengan suara dingin tapi penuh ancaman. "Apa yang terjadi pada cucuku?"

Dokter tersebut berusaha untuk tetap tenang. "Dia kehilangan banyak darah, tubuhnya kelelahan. Jika dia tidak bisa mendorong dalam beberapa menit ke depan, kami mungkin harus mengambil tindakan lain—"

Belum selesai dokter tersebut berbicara, Takeshi sudah menyambarnya. "Tidak ada pilihan lain. Selamatkan dia!" rahangnya terlihat mengeras, tanda bahwa pria tua itu pun mulai emosi.

Untuk pertama kalinya, Takeshi yang selalu tenang, kehilangan kendali. Pria yang dikenal sebagai salah satu yakuza paling berbahaya itu sekarang berdiri di ambang kehancuran, ketakutan akan kehilangan salah satu keluarganya yang tersisa.

Hana menggenggam erat tangan Takeshi untuk membantu meredakan amarah Takeshi yang dapat meledak sewaktu-waktu. "Mari kita doakan saja, suamiku. Yuri pasti akan selamat, begitu juga dengan anaknya."

Di dalam ruangan, Liliane menggigil, matanya semakin sulit untuk tetap terbuka. Dalam kepalanya, ia memikirkan satu hal—Kian. Andai pria itu ada di sini, mungkinkah ia akan tetap bertahan?

Suara Liliane melemah, air matanya terjatuh. "Kian ... kau dimana?"

Tapi yang ada hanyalah keheningan. Ia ingin mendengar suaranya, ingin merasa aman dalam pelukannya, tapi yang ada hanya rasa sakit yang semakin menyiksa. Perlahan, kelopak matanya mulai menutup.

Sakuya yang melihat itu mulai panik. "Detak jantung nona Yuri semakin melemah! Kita harus bertindak sekarang!"

Perawat mencoba mengguncang tubuh Liliane, tetapi tubuhnya hampir tak memberikan respons.

Di luar, Takeshi mengepalkan tangannya. Ia melihat ke dalam ruangan, melihat Liliane yang hampir tak bergerak, wajahnya sepucat kertas. Lalu, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Takeshi menundukkan kepalanya—berdoa untuk keselamatan Liliane.

Takeshi berbisik. "Jika Tuhan ada, tolong dengarkan permintaanku. Cucuku tak memiliki apapun lagi selain diriku dan istriku, semuanya hilang. Namun, cucuku tak pernah menyalahkan takdirnya. Tolong, untuk kali ini saja berikan ia kesempatan hidup lagi. Jangan biarkan Liliane meninggalkanku dan istriku ..."

Setelah berdoa, Takeshi menatap tajam dokter tadi dengan penuh tekad. "Gunakan semua yang kalian punya. Aku tidak peduli biayanya. Selamatkan dia dan cucuku."

Dokter itu mengangguk cepat dan kembali masuk, bergabung dengan dokter Sakuya dan tim lainnya. Di dalam, mereka memutuskan untuk menggunakan semua cara yang memungkinkan untuk membuat Liliane bertahan.

Dalam kesadarannya yang samar, Liliane mendengar suara samar seorang bayi menangis. Tangisan itu menusuk langsung ke hatinya, menariknya kembali dari kegelapan.

Liliane berbisik lirih "Bayiku ..."

Akhirnya dokter Sakuya tersenyum lega, meskipun masih khawatir. "Bayi nona selamat, tapi nona harus tetap bertahan!"

Liliane menutup matanya sejenak, merasakan air mata jatuh dari sudut matanya. Ia tidak bisa menyerah. Ia tidak bisa meninggalkan anaknya sendiri. Dengan sisa tenaga terakhir, ia menggenggam kain di bawahnya dan menarik napas dalam.

"Aku akan bertahan..." Liliane berkata dengan suara lemah tapi penuh tekad.

Dan akhirnya, ia melahirkan dengan selamat. Bayi laki-laki yang menangis kencang. Liliane akhirnya tersenyum sebelum tubuhnya benar-benar kelelahan dan ia jatuh pingsan.

"Nona!"[]

***

¹Denial : sikap menolak untuk menerima kenyataan atau fakta yang tidak sesuai dengan harapan.

1
kalea rizuky
q ksih hadiah bunga
Caesarikai: Halo, Teman Kai! Terimakasih untuk hadiahnya ya🫶🏻 Have a good day✨
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donkk bagus bgt loh novel mu
Caesarikai: Halo! Terimakasih telah ikut serta dalam keseruan kisah Kian dan Liliane, ya🙌🏻✨ Mohon ditunggu untuk update selanjutnya, karena cerita akan update setiap harinya😉
total 1 replies
kalea rizuky
novel keren kok g ada like
kalea rizuky
seru
kalea rizuky
penulisannya rapi
Erma Wati
ceritanya menarik
Caesarikai: Halo! Terimakasih telah ikut serta dalam keseruan kisah Kian dan Liliane, ya🙌🏻✨
total 1 replies
putrie_07
y ampunnnn kasihannn
seruny......
putrie_07
huaaa😭😭😭😭
nyesel klo g baca karya ini
Caesarikai: Halo! Terimakasih sudah mampir untuk ikut serta dalam keseruan kisah Kian dan Liliane🙌🏻✨
total 1 replies
putrie_07
/Cry/😭😭😭😭😭😭😭😭sesak
putrie_07
pnasaran/Tongue//Tongue//Tongue/
putrie_07
👍👍👍👍
Gadiscantik27
Siang, kak. Boleh minta support baliknya ke ceritaku☺☺ Cinta Terlarang 🚫
Caesarikai: Halo, siang juga cantik! Tentu saja boleh ...🙌🏻
total 1 replies
Mưa buồn
Ga sabar buat kelanjutannya!
Caesarikai: Haloo ... terimakasih ya sudah membaca cerita ini! Dendam & Cinta Tuan Mafia akan update setiap harinya, mohon ditunggu ya ...😉✨
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!