" Maaf Al, kita nggak bisa lanjutin hubungan kita ini."
Sakit hati Alna, tiba-tiba diputuskan oleh sang tunangan yang merupakan seorang tentara. Tanpa ada alasan yang jelas, hubungan yang sudah berjalan 3 tahun itu pupus begitu saja.
Sebenarnya Alna bukan lah korban "Hallo Dek!", karena dia juga merupakan seorang tentara. Ia dan Bimo berada di kesatuan yang sama.
Untuk mengobati sakit hatinya, Alna mengusulkan dirinya sendiri untuk pergi melakukan tugas sebagai seorang dokter di sarang mafia besar yang disinyalir mendanai perang. Tapi siapa sangka sang mafia malah jatuh cinta kepada Alna.
" Aku akan terus mengejarmu meskipun kau menolak ku. Aku bahkan rela membuang semua ini asalkan kau mau menerimaku." Ahmed Yusuf Subrata.
" Tapi aku adalah orang yang ingin menangkap mu." Alna Gyantika Kalingga
Bagaimana kisah cinta Mayor Alna?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentara dam Mafia 02
" Halo, kamu lagi apa?"
" Halo A' Bim, aku lagi ngerjain pesenan buat besok nih."
" Ini udah larut lho, kok masih belum istirahat."
" Dikit lagi aja kok."
Bimo tersenyum saat melihat wajah ayu milik seroang wanita yang sekarang ini tengah melakukan panggilan video dengannya. Meskipun wanita itu sedang sibuk, tapi Bimo suka saja melihatnya.
Tangan yang memecahkan telur, mengocok adonan, lalu hingga menjadikannya sebuah kue yang lezat. Bimo suka setiap proses yang dilakukan oleh wanita itu.
" A' aku ini lagi baking lho. Aa' ngelihatnya kayak lagi lihatin orang atraksi."
" Mila meuni geulis pisan, Aa' jadi betah lihatin Mila begini."
Mila kusuma, seorang wanita berusia 25 tahun itu adalah seorang pengusaha muda yang bergerak dalam bidang kuliner. Entah sejak kapan Bimo mengenal Mila, namun Bimo merasakan hal lain di hatinya saat bersama wanita itu.
Tepatnya saat dia diajak oleh seorang teman untuk datang ke sebuah kafe yang juga ada di kota itu. Awalnya biasa saja, tapi seringnya bertemu terlebih karena mereka berasal dari kota yang sama, membuat pembicaraan mereka berjalan dengan sangat lancar.
Ya Bimo dan Mila sama-sama berasal dari kota kembang, meskipun tidak dari satu wilayah. Namun karena mereka memiliki banyak kesamaan, maka banyak hal juga yang mereka berdua bisa bicarakan.
Pertemuan itu menjadi sangat intens, dan hal tersebut membuat cinta Bimo kepada Alina berkurang karena ia mulai menaruh hati kepada Mila.
" Ya udah atuh Bim, kalau gitu lah mending sama Mila aja. Lagian Alna itu kelihatannya kayak yang kasar gitu. Beda jauh sama Neng Mila yang lembut, keibuan. Dan lagi nya, pangkat Alna lebih tinggi dari kamu. Ibu teh khawatir kalau kalian nikan nanti kamu nya teu dihormati."
Bimo tentu bercerita mengenai kedekatannya dengan Mila kepada sang ibu, dan siapa sangka bahwa ibunya mendukung dirinya dengan Mila. Itu bagai angin segar untuk Bimo.
Sebenarnya ucapan sang ibu tentang perbedaan pangkat itu lah yang sudah beberapa waktu Bimo pikirkan.
Bimo seroang Letnan dan Alna adalah seorang Mayor. Jelas pangkat Alna lebih tinggi, dia sering merasa minder akan hal itu.
Dia juga bisa merasakan perbedaan antara saat bersama dengan Mila dan Alna. Bersama Mila, Bimo merasa nyaman dan bebas bicara apapun. Sedangkan bersama Alna, ia merasa terbatas. Apalagi saat Alna tengah bicara tentang pekerjaannya.
Memang benar selagi belum menikah, bebas bagi siapapun untuk memilih yang terbaik dari semua yang baik. Namun juga bukan sepeti itu caranya. Memutuskan pertunangan tanpa alasan yang jelas. Bukankan tunangan juga kesepakatan dua belah pihak?
" A' Bim, kapan balik lagi ke kampusnya?"
" Sebenernya udah selesai, aku tinggal tugas akhir aja. Kenapa?"
Mila hanya menggelengkan kepala, mereka sudah menjalin hubungan selama 4 bulan ini, namun sebenarnya Bimo belum membuat hubungan mereka memiliki status.
" Ada yang ingin aku bicarain, kalau nggak sibuk, besok bisa ketemu?"
" Tentu saja, di tempat mu aja ya?"
Mila mengangguk, memang lebih nyaman untu bertemu di kafe miliknya. Meskipun tidak besar namun tempatnya lumayan ramai. Banyak pelanggan yang hanya sekedar makan dan minum serta nongkrong, atau membeli kue dan dibawa pulang.
Panggilan video diakhiri dengan Mila yang menyelesaikan pekerjaannya. Jam sudah menunjukkan pukul 02.00, sudah termasuk dini hari dan hanya tinggal beberapa jam lagi menuju pagi.
Mila dan Bimo berjanji bertemu saat sore hari, karena paginya Bimo harus melapor dan bekerja di kantor kesatuan. Ketika Bimo bertemu Alna, ada perasaan canggung yang dirasakan oleh pria itu. Apalagi saat dia melihat wajah Alna yang sembab, ia yakin itu karena Alna menangis.
" Al, aku sungguh minta maaf."
" Emangnya kalau minta maaf semua bisa selesai dan kembali lagi seperti nggak terjadi apa-apa hah?"
Alna bicara tepat di telinga Bimo. Ia sungguh kesal dan rasanya ingin menghantam wajah pria itu.
Beruntung mereka belum mengurus untuk pernikahan mereka, karena proses menikah di kesatuan tentara itu tidak lah mudah. Ada proses yang panjang dan lama.
Jika itu sudah dilakukan, pasti akan banyak hal yang benar-benar membuat Alna sendiri kesulitan.
" Emang bener kata Ayah, aku seharusnya nggak buru-buru tunangan sama kamu. Kamu nggak jauh beda sama ABG labil. Haah, bisa-bisanya kebersamaan kita 3 tahun kamu anggap cuma mainan gini. Mutusin pertunangan tanpa alasan yang jelas. Gila gila gila, kau beneran gila Bim. Kalau sekarang aku tanya lagi apa alesan kamu mutusin aku, aku yakin kamu nggak akan bisa jawab kan? Heh, looser."
Drap drap drap
Alna pergi meninggalkan Bimo dengan kemarahan yang luar biasa. Sorot mata Alna sungguh berapi-api. Jika saat ini mereka tidak ada di markas, Bimo yakin Alna pasti akan melancarkan bogem mentah ke dirinya.
Haaaah
Bimo membuang nafasnya kasar. Setiap di depan Alna dia merasa sangat terintimidasi. Maka inilah yang membuatnya ragu untuk menikahi wanita itu. Ia merasa dirinya sepanjang hidup akan selalu berada di bawah tekanan Alna. Terlebih keluarga Alna juga memiliki jabatan tinggi.
Pertanyaannya, mengapa dulu Bimo berani mendekati dan mencintai Alna jika dia memang takut dengan background keluarga dari Alna? Mengapa baru sekarang dia merasa begitu?
Jam bergulir dengan lambat, Bimo segera ingin pulang dan menemui Mila. Dia sudah tidak sabar dengan apa yang ingin Mila sampaikan.
Memikirkan Mila ternyata dapat sedikit mengaburkan tentang Alna.
" Naah siip, udah waktunya ternyata." Bimo bangkit dari duduknya, dia kemudian bergegas untuk pulang. Dengan langkah yang ringan dan full senyuman, Bimo mengendarakan mobilnya menuju ke kafe milik Mila.
Sesampainya di sana, kondisi kafe yang belum rame membuat Bimo lega karena dia bisa bicara lama dan leluasa.
" Assalamualaikum, Mila."
" Wa alikumsalam A' , udah sampai ternyata. Aku pikir masih nanti. Duduk, aku ambilkan minum, seperti biasa kan?"
Bimo mengangguk, hal kecil seperti inilah yang membuat Bimo tertarik pada Mila.
Tak!
" Nah ini A' diminum dulu."
Srupuuut
Kopi hitam dengan gula sedikit dan ditambah krimer, itulah yang disukai Bimo. Dimana panasnya pun pas.
" Nah, sekarang apa yang ingin Mila bicarakan sama Aa'?"
" Ini, sebelumnya maaf kalau terkesan kayak nggak pantes. Cuma Mila mau nanya ke Aa', sebenarnya hubungan kita teh apa ya A'? Kita udah 4 bulan kayak gini, tapi A' Bimo belum sekalipun membuat hubungan kita jadi jelas."
Bimo tersenyum mendengar pertanyaan Mila, dia sebenarnya juga ingin mengatakan tentang hal itu. Dari kemarin Bimo mencoba untuk menahannya karena dia masih memiliki sebuah ikatan dengan Alna. Namun sekarang sudah tidak lagi, jadi dia merasa bebas untuk mengutarakan maksudnya.
" Mila, Aa' suka sama Mila. Ini serius, Aa' ngerasa nyaman dengan Mila ada di sisi Aa'!"
" Oooh jadi gitu! Hahaha bajingan sampah ini ternyata punya wanita lain ya? Good, is very good. Ternyata Bim, kau benar-benar pria paling sampah yang pernah kutemui. Woaaah luaaar biasa."
Plok plok plok
TBC
semangat ya