Greyna Joivandex, gadis berusia 18 tahun, dipaksa menikah dengan Sebastian Ferederick, direktur kaya berusia 28 tahun, oleh ibunya. Pernikahan yang terpaksa ini membawa Greyna ke dalam dunia yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Dengan kekayaan dan kekuasaan yang melimpah, Sebastian tampaknya memiliki segalanya, tetapi di balik penampilannya yang sempurna, terdapat rahasia dan konflik yang dapat menghancurkan pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ameliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tian Selingkuh?
Tian bersandar di dinding dengan kedua tangan dilipat di dada, menatap Grey yang belum tidur semalaman. Wajah Grey bengkak, seperti habis menangis. Matanya terlihat seperti panda.
"Grey, kamu sebenarnya kenapa?" tanya Tian. "Ada yang bully kamu di sekolah atau kenapa? Ngomong, saya enggak bakalan ngerti kalau kamu cuma diam sambil nangis dengerin lagu galau semalaman."
Grey mengatup mulutnya, menatap ke arah jendela, enggan menatap Tian. Tian tersenyum dalam hati, memikirkan betapa sulitnya memahami hati wanita.
Tian menatap ponselnya, melihat pesan dari mamanya yang akan datang berkunjung ke rumahnya hari ini. "Mama mau datang berkunjung, gimana ekspresi mama ngeliat keadaan kamu kayak gini, pasti khawatir. Pergi mandi terus turun ke bawah, saya mau masak."
Grey mengerutkan alisnya dengan wajah cemberut. "Terserah untuk sekarang, saya minta kerja sama sama kamu, tolong jangan kayak gini di depan mama."
Setelah Tian keluar dari kamar, Grey melempar bantal ke arah pintu dengan kesal. "Manusia batu dasar enggak peka!" Grey bangkit dari kasurnya dengan malas, menuju kamar mandi.
Setelah mandi dan berdandan sedikit, Grey kini sedang menatap Tian dari tangga. Tian sedang memasak di dapur, dan aroma makanan yang lezat memenuhi udara.
"Apakah ayah ikut?" tanya Grey dengan nada penasaran.
Tian tidak menjawab. Dia malah membalikkan badan dan menghadap ke arah kompor.
"Tanyakan saja pertanyaan lain, saya akan menjawab," kata Tian dengan nada dingin. "Dan jangan menyebutnya ayah. Dia tidak pantas disebut sebagai ayah."
Grey menggelengkan kepala. Dia tidak mengerti mengapa Tian membenci ayahnya dengan begitu dalam.
Sampai sekarang, Tian masih membenci ayahnya karena satu hal fatal yang dilakukan ayahnya. Grey tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tetapi dia tahu bahwa Tian sangat terluka.
Sudah 7 bulan sejak Grey dan Tian menikah. Awalnya, semuanya kacau. Grey sama sekali tidak bisa menerima kehadiran Tian. Namun, seiring berjalannya waktu, ia malah nyaman berada di samping Tian.
Tian menoleh ke arah Grey yang ada di tangga
"Apakah dia sudah selesai marah?" batin Tian.
Tian kembali menatap kompor, "Turun sini, makannya sudah siap!"
Grey duduk rapi di meja makan, menunggu masakan suaminya. Asal kalian tahu saja, Grey sama sekali tidak bisa memasak. Ia bahkan tidak bisa menyalakan kompor. Entah apa yang membuat Tian menerima semua kelakuan unik yang Grey punya, mulai dari tidak bisa memasak, suka mengigau, mendengkur, dan membuat Tian malu.
Setelah makan siang, keduanya sedang duduk di sofa menonton film kesukaan Grey, yaitu Cocomelon. Tian sedari tadi menghela napas, menatap TV dengan pikiran yang terganggu.
"Jadi......" ucap Tian, memulai pembicaraan.
Grey menoleh sejenak, lalu kembali menonton.
"Kenapa kamu menangis semalam?" tanya Tian.
Grey enggan menjawab.
"Ayolah, jawab saya," desak Tian. "Sore mama datang, kalau gini terus, bisa-bisa saya kena omel lagi. Ayo, kasih tahu saya, dimana letak kesalahan saya."
Grey menggigit bibir bagian bawahnya, mengingat kejadian malam sebelumnya yang membuatnya sakit hati.
Malam sebelumnya
Tian berkata, "Nanti, kalau sampai sana, kamu jangan kemana-mana, ikut sama saya aja. Nanti hilang kalau kamu keliaran sendirian."
Grey mendengus, "Om, memangnya saya anak kecil umur 10 tahun? Saya ini sudah besar, bahkan sekarang saya sudah nikah sama om. Jangan cerewet."
Tian menjelaskan, "Bukan gitu, masalahnya ini acara besar, isinya orang-orang berpendidikan semua."
Grey menggembungkan pipinya, "Terus saya bodo gitu? Ih, jahat. Bunda... Grey dibilang bodoh!" Ucap Grey, mengelap air mata palsunya.
Tian segera menenangkan, "Enggak gitu, astaga! Pokoknya, jangan jauh-jauh dari saya."
Tidak lama kemudian, mereka sudah sampai di gedung tempat acaranya. Tian turun duluan, diikuti oleh Grey. Mereka menjadi pusat perhatian karena ini kali kedua Tian membawa wanita ke pesta.
Grey mengandeng lengan Tian sambil berjalan di atas red karpet.
"Anjir, ini acara fashion show kali ya? Mana cakep-cakep semua. Untung tadi gue enggak pake baju kaos, bisa mati gara-gara malu gue," batin Grey.
Tian mengambil dua gelas minuman dan memberikannya kepada Grey. Grey menelan saliva dengan susah payah.
"Halo, Sebastian! Akhirnya, sekian lama kamu sendirian, sekarang sudah punya pasangan ya, haha!" sapa salah satu pria dengan jas biru, menjabat Tian.
"Halo, Pak Alex! Perkenalkan, ini Greyna Yoivandex, pasangan saya. Iya, lama kita enggak ketemu, terakhir 2 bulan lalu," jawab Tian.
"Oh, halo Greyna! Saya Alexander Jayatama, pemilik Grup Tama," ucapnya, mengulurkan tangan. Grey tersenyum kikuk sambil menerima jabatan tangan dari Alex.
"Selera kamu emang enggak pernah mengecewakan," ucap Alex, menepuk bahu Tian.
"Sebastian!!" Tian menoleh tersenyum menatap beberapa orang tua yang sedang duduk di sofa, berbincang-bincang. "Kemari!" pintanya, dan Grey pun mengekori Tian.
"Halo, Pak Zean, Pak Ian, Pak Vino," ucap Tian, duduk di sofa, diikuti Grey yang duduk di sampingnya.
"Wah, akhirnya pria lajang kita sekarang sudah ada gandengan, haha," ucap Zean.
"Yeah, biasanya saat datang ke pesta, dia selalu murung. Kini, tersenyum lebar," ucap Ian.
"Astaga, kalian ini berhenti menggoda! Lihat wajahnya sudah merah padam," ucap Vino.
Grey menatap sekeliling, ada begitu banyak orang dari berbagai kalangan yang pasti merupakan kalangan orang berada.
"Jadi... siapa?" tanya Zean.
"Ah, perkenalkan, saya Greyna Yoivandex, pasangan Sebastian," ucap Grey sambil tersenyum.
"Nama yang bagus, seperti parasnya," puji Vino.
"Permisi sebentar, saya mau ke toilet," ucap Grey, langsung pergi dan membuat Tian tidak bisa berbuat apa-apa.
Saat berada di toilet, Grey menatap dirinya di cermin dengan gaun hitamnya yang membalut lekuk tubuhnya. "Sesak banget pakai baju beginian, mana susah jalan lagi," batin Grey, menatap high heels miliknya.
Setelah 3 menit, Grey sudah berada di luar toilet dan mencari keberadaan Tian, yang sudah tidak berkumpul lagi dengan para orang tua di sofa itu. "Aduh, itu om-om ninggalin gue sendirian di sini, kali ya? Kurang ajar," ucap Grey, berjalan melewati kerumunan orang-orang dan mencari suaminya.
Ia melihat Alex sedang berbincang dengan bartender, langsung mendatanginya. "Pak," panggil Grey, Alex menoleh dan tersenyum melihat Grey. "Hai, ada apa?" tanyanya.
"Lihat Sebastian?" tanya Grey.
"Tadi Sebastian ke toilet, tunggulah sebentar," ucap Alex.
Grey melihat Xander dan berjalan mendekatinya. "Om," panggil Grey. Xander menoleh menatap Grey. "Ada apa?"
"Lihat Sebastian?" tanya Grey.
"Bisa-bisanya dia meninggalkanmu sendirian, astaga! Ayo," Xander menuntun Grey menuju tangga lantai 2. "Dia ada di atas, pergilah, saya harus mengurus sesuatu."
Betapa terkejutnya Grey saat sampai di lantai 2 dan melihat Tian sedang berpelukan dengan seorang wanita.
Setelah itu, Grey kembali ke lantai satu dan duduk di kursi pelanggan bar.
"Ada yang ingin Nona pesan?" tanya bartender.
"Air mineral satu," ucap Grey.
Bartender mengusap kepalanya dengan bingung, lalu memberikan air mineral kepada Grey. "Ini, Nona, silakan."
Grey menghabiskan sebotol air mineral tersebut dan menghela napas. Ya, setelah itu, ia pun berusaha beradaptasi dan berbincang-bincang dengan beberapa wanita.
semangat
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩