Safira di jebak oleh teman-teman yang merasa iri padanya, hingga ia hamil dan memiliki tiga anak sekaligus dari pria yang pernah menodainya.
Perjalanan sulit untuk membesarkan ke tiga anaknya seorang diri, membuatnya melupakan tentang rasa cinta. Sulit baginya untuk bisa mempercayai kaum lelaki, dan ia hanya menganggap laki-laki itu teman.
Sampai saat ayah dari ke tiga anaknya datang memohon ampun atas apa yang ia lakukan dulu, barulah Safira bisa menerima seseorang yang selalu mengatakan cinta untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sun_flower95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 3
Sejak kejadian itu, Safira memutuskan untuk pindah ke apartemen yang di sewakan Arselo untuknya karena dia di usir oleh ibu kost tempat tinggal dia sebelumnya, dia juga di pecat oleh bos tempatnya bekerja. Kini ia memilih untuk tinggal di apartemen itu untuk sementara waktu.
Sebulan telah berlalu, Safira merasa sedang tidak enak badan, sudah tiga hari ia mengalami mual setiap pagi, dan itu cukup mengganggu kegiatannya, dia pun mulai curiga karena sudah telat datang bulan selama seminggu, jadi dia ingin memastikan apa yang tengah ia alami.
Dengan gugup, ia pun memberanikan diri untuk membeli sebuah testpek di apotik terdekat, dan segera pulang. Sesampainya di unit itu, dia segera mencobanya, dengan rasa takut yang mendera, setelah menunggu beberapa saat, akhirnya terpampanglah dua garis merah yang sangat jelas, bukan samar-samar lagi. Luruh'lah sudah tangis yang ia coba tahan, amarah dan sakit hatinya kini semakin meluap ia merasa sudah sangat mengecewakan ke dua orang tuanya yang sudah tiada.
Setelah puas dan lelah menangis, akhirnya ia pun tertidur di sudut kamar unit itu.
****
Hari sudah beranjak siang, cuaca di luar sudah sangat terang. Dengan sisa tenaga yang ada Safira melangkah kan kakinya dengan gontai menuju dapur dan memasak mie untuk mengganjal rasa lapar perutnya yang sedari pagi belum ia isi.
Sambil memakan makanannya ia menangis dalam diam teringat mimpi yang baru ia alami.
Sebuah tangan mengusap sayang pucuk kepalanya, Safira merasakan tubuhnya tengah di peluk seseorang. Dengan nyamannya ia menyandarkan tubuh lelahnya pada sosok itu, dan sosok itu pun berkata "Fira anak ibu yang baik, jaga baik-baik cucu ibu dan ayah, kami yakin Fira mampu menghadapi ini semua." Dan kemudian sosok itu pun hilang bersama hembusan angin yang menerpa tubuhnya.
"Ayah, ibu, maafkan aku yang tidak bisa menjaga diriku sendiri. Seperti yang ibu minta, aku tidak akan menggugurkan janin ini, karena janin ini juga cucu ibu dan ayah. Tolong lindungi aku dari alam sana bu, yah," batin Safira.
Esok harinya Safira pun memutuskan untuk keluar dari apartemen itu dan pergi jauh ke daerah lain, dengan bermodalkan tekad dan sisa tabungannya ia akan pergi ke desa terpencil dan menetap di sana nantinya.
Saat ia hendak menaiki bus yang akan membawa Safira ketempat tujuannya, ia tak sengaja di tabrak seseorang hingga tasnya terjatuh. Pria itu pun meminta maaf dan membantu membawakan tas Safira.
"Maaf mbak, saya gak sengaja," kata pria itu.
"Iya gak apa-apa mas, lain kali hati," ujar Safira. Setelah itu Safira pun langsung mencari tempat duduk yang kosong. Dan laki-laki itu mengikuti Safira karena kebetulan sudah tak ada lagi tempat yang kosong.
"Boleh kenalan mbak? nama saya Abizar" ucap laki-laki yang ikut duduk di samping Safira, dan mengangsur'kan tangannya untuk berjabat tangan.
"Saya Safira" ucap Safira sambil menjabat tangan Abizar sebentar. Safira merasa sedikit takut karena pria itu terus menerus menatapnya. Safira hanya memalingkan wajahnya untuk menghadap jendela kaca yang menampakan jalan kota yang masih ramai.
"Tujuan mbak mau kemana?" tanya laki-laki itu.
"Saya mau ke daerah Tasik," jawab Safira
"Oh, searah dong ya?" tanya Abizar.
Safira hanya tersenyum tipis tak berniat memperpanjang obrolannya, Dia merasa lelah fisik maupun batinnya. Ia pun tertidur karena perjalanan pun masih sangat jauh.
Kurang lebih memerlukan waktu selama hampir delapan jam waktu yang Safira tempuh menggunakan bus itu, ia pun bergegas mencari penginapan murah yang berada dekat terminal itu karena waktu pun sudah sore, tak akan sempat jika memaksakan langsung berangkat ke perkampungan yang ia tuju karena masih memerlukan waktu sekitar empat jam menaiki mobil metromini itu dan mobil itu pun sudah berangkat dua jam yang lalu.
Setelah mendapatkan penginapan di wisma terdekat Safira pun segera membersihkan tubuhnya dan beristirahat. Saat makan malam ia memilih untuk mencari makanan di luar.
Saat sedang menunggu pesanan tiba-tiba ada seorang laki-laki yang duduk di bangku depannya.
"Lho Safira, kan?"
"Iya," kata Safira menganggukkan kepalanya.
"Kamu nginap dimana?" tanya Abizar.
"Di wisma XY" jawab safira.
"Oh, kalau aku nginap di rumah paman yang dekat sekitaran sini, biar besok subuh bisa langsung berangkat ke kampung halaman ku," ujar Abizar.
"Kalau boleh tau kamu tujuannya mau ke mana?" tanya nya pada Safira.
"Aku mau pergi jauh, ke pelosok, ke tempat yang sulit di jangkau oleh kendaraan maupun internet," jawab Safira.
Sesaat Abizar merasa aneh dengan jawaban yang di ucapkan safira.
"Maaf sebelumnya, apa kamu sedang ada masalah?"
"Hmmm, hanya ingin suasana baru," jawab Safira.
Abizar pun merasa iba dan kasihan pada Safira.
"Aku memang tidak tahu apa masalah yang tengah menimpa mu, tapi aku berdoa semoga masalah mu cepat selesai ya," ucapnya pada Safira "Dan jika kamu tidak keberatan bagaimana kalau kamu ikut ke kampung halaman ku saja?" tanya Abizar.
"Maaf, tapi aku gak mau buat kamu repot. Apa lagi kita baru kenal pagi tadi," jawab Safira.
"Jangan sungkan, aku senang jika bisa membantumu".
Dan mereka pun makan malam bersama di angkringan itu sembari mengobrol ringan.