Kirana kembali ke kampung halamannya dengan tekad bulat—menuntut balas atas kematian ibunya yang tragis. Kampung yang dulunya penuh kenangan kini telah dikuasai oleh orang-orang yang mengabdi pada kekuatan gelap, para penyembah jin yang melakukan ritual mengerikan. Ibunya, yang menjadi tumbal bagi kepercayaan jahat mereka, meninggalkan luka mendalam di hati Kirana.
Apakah Kirana akan berhasil membalaskan dendam ibunya, ataukah ia akan terjerat dalam kutukan yang lebih dalam? Bagaimana ia menghadapi rintangan yang menghadang niat balas dendamnya? Temukan jawaban dari pertanyaan ini dalam perjalanan penuh ketegangan, misteri, dan kekuatan gelap yang tak terduga.
Apakah Kirana akan keluar sebagai pemenang, atau malah menjadi bagian dari kegelapan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurulina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4
Bu Sari hanya mengangguk sambil tersenyum, menatap Kirana yang mulai bangkit untuk menunaikan salat Isya. Dalam keheningan malam, suara jangkrik terdengar samar dari luar rumah, berpadu dengan desir angin yang menyelinap melalui celah jendela. Kirana melangkah dengan tenang menuju kamar kecilnya, mengambil mukena yang tergantung rapi di belakang pintu.
Sementara itu, Nisa sudah berada di kamar, sibuk memainkan handphone setelah lebih dulu menunaikan salat Isya.
Usai menunaikan salat Isya, Kirana melangkah menuju kamar Nisa—kamar yang dulu pernah menjadi miliknya.
Kirana baru saja mengecek handphonenya setelah sekian lama. Sebelumnya, di dalam bus, baterainya habis, dan baru sekarang perangkat itu menyala kembali setelah cukup lama diisi daya.
Saat layar menyala, sebuah notifikasi WhatsApp dari Azka langsung muncul, menarik perhatian Kirana.
"Udah sampai, Kirana?" demikian bunyi pesan WhatsApp dari Azka yang muncul di layar, menunggu balasan.
"Udah, Az. Jam setengah 6 sore tadi," balas Kirana sambil mengetik cepat di layar handphonenya.
Namun, tidak ada balasan dari Azka. Terlihat terakhir kali WhatsApp-nya aktif pada pukul 16.30 tadi.
Kirana pun membuka aplikasi video pendek, lalu asyik menonton di handphonenya, membiarkan waktu berlalu begitu saja.
Begitu juga dengan Nisa, yang sibuk memainkan handphonenya sambil sesekali menulis di buku pelajaran. Mungkin ia sedang mengerjakan tugas sekolahnya.
Sreeekk... Sreeekk...
Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki dari samping kamar mereka. Kirana yang tengah asyik menonton langsung terdiam, tubuhnya kaku, mencoba mencerna suara itu. Jantungnya berdegup sedikit lebih kencang, sementara matanya melirik ke arah Nisa, mencari tahu apakah adiknya juga mendengar hal yang sama.
Nisa yang tadinya sibuk mencatat di bukunya ikut terdiam, lalu menatap kakaknya dengan raut wajah bingung. Tatapan mereka saling bertemu, seolah menanyakan hal yang sama tanpa perlu mengucapkan sepatah kata pun.
Sreeekk.... Sreekkk.. Sreeekk...
Suara itu terdengar lagi semakin mendekat kamar mereka.....
Kirana dan Nisa kini saling menatap, keduanya merasakan ketegangan yang sama. Kirana perlahan mengangkat tangannya, menyilangkan telunjuk di bibirnya sebagai isyarat agar Nisa tetap diam. Nisa menelan ludah, matanya melebar, sementara suara langkah kaki tadi masih terngiang di telinga mereka.
Sreeekk.. Sreeekk... Suara daun kering yang dipijak itu tepat berhenti di jendela kamar mereka...
Suasana terasa begitu tegang. Nisa tetap diam di tempatnya, nyaris tak berani bergerak. Sementara itu, Kirana perlahan bangkit, menahan napas saat ia melangkah mendekati jendela dengan hati-hati. Dengan jemarinya, ia membuka sedikit celah di jendela papan itu, lalu mengintip ke luar, mencoba mencari tahu sumber suara langkah kaki yang mereka dengar tadi.
Mata Kirana perlahan memicing, mencoba memfokuskan penglihatannya melalui celah kecil di jendela.
Di luar, dua sosok pria berpakaian serba hitam berdiri tak jauh dari kamar mereka. Golok terselip di pinggang masing-masing, menambah kesan mencurigakan. Salah satu dari mereka tampak berjaga, sementara yang satunya lagi sibuk mencari celah untuk mengintip ke dalam kamar.
Jantung Kirana berdegup kencang. Napasnya tercekat saat menyadari bahaya yang mengintai. Dengan hati-hati, ia mundur perlahan, berusaha tak menimbulkan suara sedikit pun. Tatapannya penuh ketakutan saat ia melirik ke arah Nisa, memberi isyarat bahwa sesuatu yang buruk sedang terjadi.
Dia menatap Nisa dan berbisik
"Nisa, ada orang di luar pakai pakaian hitam, bawa golok," bisik Kirana dengan suara gemetar. "Ayo, kita ke kamar Ibu."
Nisa menegang, matanya membesar mendengar ucapan kakaknya. Kirana segera memberi kode dengan tangannya, mengisyaratkan agar Nisa bergerak pelan dan keluar kamar tanpa suara. Dengan hati-hati, mereka mulai melangkah, berharap tak menarik perhatian sosok mencurigakan di luar jendela.
Tok tok tok...
Tiba-tiba, terdengar tiga ketukan di jendela. Tok... tok... tok...
Kirana dan Nisa tersentak, jantung mereka seolah berhenti sejenak. Tanpa pikir panjang, mereka buru-buru keluar kamar, berniat menuju kamar Bu Sari.
Derrttt...
Sialnya, pintu kamar Nisa berdecit saat dibuka. Suara itu terdengar begitu jelas di tengah keheningan malam. Kirana dan Nisa saling berpandangan dengan napas tertahan, tapi tak mau mengambil risiko. Tanpa peduli lagi, mereka langsung berlari keluar dari kamar itu, menuju tempat yang lebih aman.
Hampir saja mereka bertabrakan dengan Bu Sari yang ternyata sudah berdiri di depan kamar. Wajah wanita itu tampak tegang, jelas ia juga menyadari sesuatu yang tidak beres.
"Kalian kenapa?" bisik Bu Sari dengan nada waspada.
Namun, sebelum Kirana atau Nisa sempat menjawab, ketukan di jendela kembali terdengar, kali ini lebih keras. Tanpa membuang waktu, Bu Sari segera menggenggam tangan kedua anaknya, menarik mereka masuk ke dalam kamarnya dengan cepat.
"Bu ada orang diluar" bisik Kirana
"Iya ibu tau, ini gak beres, sekarang ayo kekamar ibu" pungkasnya sambil menarik tangan kedua anaknya.
Braakkk!!!!!!
Tiba tiba terdengar suara dari pintu depan sepertinya di tendang, seperti akan di dobrak.
Braakkk!!!
Terdengar lagi suara dobrakan itu..
Mereka yang sudah dikamar buk Sari langsung mengunci pintu dan memblok pintu kamar itu menggunakan lemari..
Gubraakkkk!!!
Terdengar pintu depan berhasil sepertinya di buka oleh dua orang berpakaian hitam itu.
Mereka terdengar melangkah ke kamar Kirana dan tak lama kemudian menuju kamar buk Sari..
Ck lek ck lek...!
Tiba-tiba, gagang pintu mulai bergerak, seolah seseorang di luar mencoba membukanya.
Klek… klek…
Mereka bertiga membeku, napas tertahan. Sekejap kemudian, terdengar suara lebih keras—seseorang mencoba mendobrak pintu.
Brakk!
Namun, pintu itu tak bisa terbuka. Mereka sudah lebih dulu mengganjalnya dengan lemari. Bu Sari, Kirana, dan Nisa saling berpandangan, ketakutan semakin menyelimuti mereka. Di luar, orang itu masih berusaha masuk, membuat suasana semakin mencekam.
Bu Sari yang panik memeluk Kirana dan Nisa. Untungnya jendela di kamar buk Sari di palang kayu jadi aman.
Tiba tiba suasana menjadi hening....
Tidak ada suara dobrakan mau pun langkah kaki lagi. Namun mereka memutuskan untuk tidak keluar sampai pagi hari.
yang semangat dong yang semangat dong
aku penasaran nih
semangat terus pokoknya author saya tunggu lanjutan eps nya👍🔥🔥🔥