Novel ini adalah Sequel dari Novel ANTARA LETNAN TAMVAN DAN CEO GANTENG, cinta segitiga yang tiada akhir antara Cindra, Hafiz dan Marcelino.
Cinta Marcel pada Cindra boleh dikatakan cinta mati, namum cintanya harus terhempas karena kekuatan Cinta Cindra dan Hafiz. Akhirnya Marcel mengaku kalah dan mundur dalam permainan cinta segitiga tersebut.
Karena memenuhi keinginan anak-anaknya, Marcel dijodohkan dengan Namira (Mira) yang berprofesi sebagai Ballerina dan pengajar bahasa Francis.
Kehidupan Namira penuh misteri, dia yang berprofesi sebagai Ballerina namun hidup serba kekurangan dan tinggal di sebuah pemukiman kumuh dan di kolong jembatan, rumahnya pun terbuat dari triplek dan asbes bekas. Namira yang berusia 28 tahun sudah memiliki dua orang anak.
Apakah akan ada cinta yang tumbuh di hati Marcel untuk Namira, atau Namira hanya dijadikan pelampias gairahnya saja?
Yuk, ikuti kisah Cinta Marcel dan Namira.
Jangan lupa untuk Like, share, komen dan subscribe ya..Happy Reading🩷🩷
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendadak Nikah
Mereka digelandang masuk ke dalam mushola di sana sudah disiapkan seorang pemuka agama yang biasa menikahkan pasangan yang akan menikah. Marcel sendiri tidak mengerti sejak kapan orang-orang ini menyiapkan semua itu, ditambah lagi Marcel harus menyiapkan uang 5 juta rupiah untuk biaya keamanan.
Adu mulut dengan mereka pun percuma karena warga sudah terprovokasi dan melakukan kekerasan dengan masif.
Dengan latihan tiga kali ucapan akhirnya Marcel lancar mengucapkan Kata-kata sakral yaitu ijab kabul.
"Nami, siapa nama bapakmu, cepat" tanya Marcel panik
"Aku tidak tahu, Tuan. sejak bayi aku tinggal di panti asuhan" jawab Mira dengan wajah takut
"Aargkk gimana sih!!" Marcel kesal dengan keadaan ini, dimana orang-orang saling berbicara keras dan kasar menyudutkannya
"Udeh pake binti Fulan aje!" seorang yang berlogat Betawi ikut memberi saran
"Ayo cepet udah malam ini, lelet banget sih Lo!" lelaki yang meminta uang keamanan lima juta sudah tidak sabaran.
"Ikuti saya pak Marcel" Pak penghulu juga dalam tekanan dan meminta Marcel mempercepat proses ijab kabul
"Saya terima nikah dan kawinnya Namira binti Fulan dengan mas kawin dua ratus ribu dibayar tunai" dengan tegas dan lantang Marcel mengucapkan kalimat sakral tersebut
"Sah?" tanya penghulu
"Sah!!" semua serempak menjawab
Para warga berangsur bubar, Pak penghulu memberikan sebuah kertas catatan pernikahan yang dilakukan secara agama dengan dibubuhi materai dan tanda tangan kedua mempelai
"Semoga pernikahannya langgeng sampe akhir hayat" Penghulu yang sudah tua renta memakai kain sarung lusuh dan bergigi ompong memberikan doa setelah menyalami Marcel dan Namira
Marcel hanya menggaruk tengkuknya dengan gelisah. "Ayo kita pulang!" Marcel menarik Mira yang masih melamun tak percaya dengan kejadian barusan.
"Nami! Masuk mobil!" bentaknya. Mira terkesiap dengan panggilan Marcel, "Nami?" gumam Mira
Mobil Marcel keluar dari pelataran mushola, sepanjang perjalanan Marcel hanya diam hingga menghentikan kendaraannya di sebuah gang.
"Turun!" Mira segera turun tanpa berkata apapun
Setelah pintu mobil ditutup Mira, Marcel memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dengan langkah gontai Mira berjalan melewati gang demi gang hingga sampai di rumahnya.
Sepanjang malam Mira tidak bisa memejamkan mata mengingat kejadian demi kejadian saat dirinya ditarik paksa oleh warga dan digelandang ke jalan. Tubuhnya kembali menggigil saat mengingat bagaimana tangan dan tatapan lelaki hidung belang yang memanfaatkan keadaan ingin menelanjanginya.
Mira duduk kembali dari tidurnya, dia menatap wajah anak-anaknya yang terlelap. Dia mengingat wajah marah Marcel saat tadi menurunkannya di jalan.
"Ya Tuhan, kenapa seperti ini. Aku kembali menikah dengan orang yang tidak mencintaiku dan karena kesalahpahaman" Mitha menepuk keningnya berkali-kali, "Bodoh! Bodoh! Bodoh!" kali ini pelipis jadi sasaran pukulan tangannya.
Ditempat lain, Marcel larut dengan pikirannya. Sesekali tangannya mengepal seakan menyesali kejadian tadi.
"Apa dia masih satu komplotan dengan orang-orang tadi"
"Tapi wajah ketakutannya begitu nyata, tidak dibuat-buat"
"Tapi selama ini dia bisa berlagak seperti Putri bangsawan padahal kehidupannya sangat miskin"
"Apa ini masih jebakannya dan aku sudah masuk perangkapnya!"
"Baiklah Nami, Sampai mana kamu akan menjebak ku. Sepintar dan se-licik apa kamu, Nami"
Marcel terus bermonolog dengan dirinya sendiri.
Pagi Hari
Karena berpikir dan bergadang semalaman, Mira bangun kesiangan, anak-anaknya sudah bersiap ke sekolah.
"Mama, bangun. Wulan mau berangkat sekolah" Wulan menggoyangkan bahu Mira
"Eh..Wulan kamu belum sarapan sayang" Mira memaksakan tubuhnya duduk di tepi ranjangnya yang sudah lusuh dan busanya makin menipis.
"Engga apa-apa ma, nanti Wulan beli nasi uduk di bude Sri aja ma" Mira memberi uang 10 ribuan.
"5000 untuk Wulan beli nasi uduk, 5000 lagi untuk beli jajan ya" Namira mengelus rambut Wulan yang masih setengah basah. Wulan mengambil tangan Mira dan mengecup punggung tangannya.
"Yang pinter sekolahnya ya sayang" Wulan pergi dari rumah dengan melambaikan tangan.
Sementara Ilyas sudah siap dengan kotak bekal dan air minumnya yang akan dimasukan ke tas kecil bergambar Hotweels.
"Ilyas, mama kurang enak badan. Ilyas tidak usah ke paud dulu ya, mama engga bisa mengantarkan Ilyas" Rayu Mira
"Iyas tetep mau cekolah mama, Ndak apa iyas jalan sendiri ke paud mama" Mira dengan berat hati membiarkan anaknya berangkat sekolah sendiri
"Cayang mama, maafin mama ya Nak" Mira mengecup pipi anaknya yang putih dengan kasih sayang. Balita yang baru berusia 4 tahun itu sangat mandiri dan tidak cengeng.
"Nanti nyebrang jalan minta tolong Bang Boa ya cayang mama"
"Iya mama, cepet cembuh ya mama" Ilyas keluar rumah dan menutup kembali pintunya
Mira meraih ponselnya dan menelpon adik angkatnya, Boa.
"Bo, tolong bantuin anak gue nyebrang jalan. Dia mau sekolah, gue lagi gak enak badan jadi gak bisa anter" titah Mira pada boa
"Lo sakit apa Mira, Perlu berobat gak. Ayo gue anter ke puskesmas" tanya Boa panik
"Engga usah, Bo. Gue kurang tidur aja"
Setelah mengantar Ilyas ke Paud, boa datang ke rumah Mira untuk memeriksa orang yang sudah dia anggap kakanya, karena selisih umur mereka 4tahun.
"Mir, Mira!" Teriaknya di depan pintu
"Masuk Bo" Jawab Mira lemah
Boa masuk ke dalam rumah Mira yang hanya berisi tempat tidur dari kayu bekas peti telor dijejer dan dilapisi kasur busa yang sudah tipis, namun bersih. Juga ada meja untuk meletakkan makanan dan galon air mineral.
Boa memeriksa kening Mira, "Kepalamu hangat Mir" Boa sedikit cemas
"Engga apa-apa Bo, aku kurang tidur aja"
"Nih aku belikan bubur biar kamu bisa sarapan lalu minum Paracetamol" Boa mengambilkan sendok dan air minum
Mira memakan buburnya tanpa semangat, saat ini dia hanya butuh tidur yang cukup agar tubuhnya kembali Fit. Boa terus menatapnya dengan intens menunggu Mira menghabiskan buburnya hingga suapan terakhir.
"Mir, semalam ada wanita malam di gelandang warga karena mau berbuat tidak senonoh di mushola. Kalau dilihat dari videonya, kenapa wanita itu mirip kamu Mir" pertanyaan Boa membuat Mira tersedak
"Uhuukk..uhukk" Boa menyodorkan gelas plastik yang sudah berisi air.
"Video apa?" Boa langsung menyodorkan ponselnya
Mitha menganga melihat video saat orang-orang sedang mengaraknya ke jalan.
"Kamu dapat video ini dari mana?" tanya Mira gemetar
"Dari langganan urutku, dia semalam ikut menggiring wanita ini ke jalan. Kenapa wajahnya mirip kamu Mira" Tanya Boa dengan wajah menyelidik
"Boa, Lo percaya gue kan? Kejadiannya engga seperti itu, Bo. Gue abis dapat panggilan nemenin tuan Marcel ke pesta, gue kan gak mungkin pake baju pesta dari sini. Gue ganti baju di mushola itu. Pas mau pulang tas yang gue sembunyikan di mushola sudah raib Boa. Terus tau-tau warga semua kumpul untuk Ngarak gue ke jalan"
"Ya ampun Mira, jadi bener orang itu Lo?" Seru Boa dengan suara keras
"Sssttt..." Mitha menempelkan jari di depan bibirnya
"Jadi Lo udah nikah sama cowo yang di video ini?" tanya Boa
Mira mengangguk dan mereka akhirnya tertawa terbahak-bahak. Boa menarik Mira untuk berjoget, mereka berjoget dan berdansa ringan sambil tertawa dan bercanda
Tanpa mereka ketahui, ada beberapa orang yang mengabadikan aktifitas mereka dengan foto dan video atas perintah Marcel.
TRiinngg!!
Suara pesan masuk di ponsel Marcel, Lelaki dewasa yang sedang melakukan rapat dengan beberapa perusahaan melirik layar ponselnya.
Setelah keluar dari ruang rapat, Marcel membuka video dan foto yang baru saja dia terima.
"Bahagia sekali kamu sudah menipuku, hmm. Akan kubuat kamu menyesalinya, Nona!" gumamnya
"Beri mereka pelajaran" Perintah Marcel pada seseorang.
...💃🩰💃🩰...