(Cerita dewasa🌶️)
Kisah ini, berawal dari kejadian di mana Silvia di kepun dan buru oleh keluarga besar seorang ketua Mafia, lalu mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya....
Kemudian ia diberih kesempatan kedua untuk hidup kembali, merasuki tubuh seorang menantu yang tak diinginkan....
Mau tau kisah selanjutnya?
yuk...silahkan mampir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22¹
...Mobil yang dikemudikan Antonio terus melaju tanpa tujuan yang jelas, sebelum akhirnya ia membelokkan stir menuju apartemen Silvia. Di sisi lain, menjelang sore, Silvia menanti kehadiran Antonio di perusahaan. Namun, waktu berlalu dan Antonio tak kunjung tampak. Kecewa dan dengan tubuh yang terasa remuk akibat seharian memimpin berbagai pertemuan seorang diri, Silvia akhirnya memutuskan untuk pulang....
"Aduh... capeknya, seperti semua tulang ini mau lepas," gumam Silvia lirih sambil berjalan terhuyung-huyung ke arah pintu apartemennya.
...Ketika Silvia hendak meraih pintu apartemennya, ia mendapati pintu itu terbuka sedikit dan tidak terkunci. Perasaan aneh bercampur khawatir langsung menyeruak, membuatnya buru-buru masuk ke dalam....
...Kegelapan menyelimuti seluruh ruangan. Silvia mengamati sekeliling, mencari tanda-tanda kejanggalan, namun tidak ada. Dengan langkah pelan dan waspada, ia menyusuri dinding hingga menemukan saklar lampu. Begitu lampu menyala......
"Antonio!" pekik Silvia tertahan. Pemandangan di depannya membuatnya membeku: Antonio terbaring meringkuk di lantai.
...Tanpa ragu, Silvia menghampiri Antonio. Ia mengangkat kepala pria itu dan meletakkannya dengan lembut di pangkuannya....
"Apa yang terjadi padamu?" tanya Silvia lirih sambil mengusap wajah Antonio.
...Kening Silvia berkerut merasakan panas di dahi Antonio. Dengan sigap, Silvia membantu Antonio berdiri dari lantai, meskipun dengan susah payah, lalu membimbingnya menuju kamar....
Bruk.
...Kelelahan dan tak mampu menopang beban tubuh Antonio, Silvia ikut terjatuh di atas kasur bersamanya....
"Ya ampun, Antonio... beratnya! Apa kamu menelan batu?" desah Silvia, berusaha mengatur napas yang tersengal sambil berbaring di samping Antonio.
...Setelah beberapa menit, Silvia bangkit perlahan. Ia membuka kancing kemeja Antonio, lalu melepaskan jasnya. Jam tangan dan ikat pinggang pun ikut ia tanggalkan. Namun, saat matanya menyusuri jari-jari Antonio, Silvia tertegun. Di jari manisnya, tempat biasa cincin melingkar, kini hanya tampak jejak samar....
"Astaga! Cincinnya hilang! Apakah tadi jatuh sewaktu aku membantunya berbaring?" Silvia merasakan jantungnya berdebar kencang. Dengan panik, ia bergegas keluar kamar dan mulai mencari di setiap penjuru apartemen, berharap cincin itu segera ditemukan.
...Namun, setelah satu jam berlalu, rasa lelah menguasai Silvia. Ia terduduk lunglai di sudut ruangan, air mata hampir menetes di wajahnya yang lesu....
"Ini gawat... Itu kan cincin nikah Antonio dan istrinya. Bagaimana kalau aku benar-benar menghilangkannya?" bisik Silvia cemas, pikirannya berkecamuk.
...Silvia tidak terlalu khawatir dengan kemungkinan Antonio marah. Yang membuatnya semakin panik adalah cincin pernikahan itu. Terlihat jelas betapa mahalnya cincin tersebut, dan Silvia yakin Antonio telah membuatnya secara khusus. Berlian merah menyala di tengahnya, menambah rasa bersalah dan frustrasi di hati Silvia....
"Aku harus masak sesuatu yang benar-benar enak," gumam Silvia. "Mungkin dengan begitu, kalau Antonio marah, tidak akan terlalu buruk." Ia segera berdiri dan bergegas ke dapur untuk menyiapkan masakan.
...Silvia mencurahkan seluruh kemampuannya untuk memasak hidangan-hidangan favorit Antonio, berharap aromanya dan rasanya bisa meredakan amarah pria itu. Setelah selesai, ia mandi kilat, mengenakan pakaian tidur tipis, lalu dengan handuk basah di tangan, ia menghampiri Antonio dan meletakkan kompres itu di dahinya....
"Ugh... Silviana..." suara Antonio terdengar sangat lemah.
"Aku di sini," sahut Silvia cepat. Melihat betapa tak berdayanya Antonio saat ini, hatinya mencelos. Ia mengelus lembut pipi pria itu.
...Benar, ia ingin membalas perbuatan Deviana, Tamara, dan Leon. Antonio tidak termasuk dalam rencananya. Meskipun begitu, Silvia berusaha keras mengabaikan rasa bersalah yang mulai menggerogoti hatinya, dan tetap teguh pada tujuannya....
Aku tidak boleh lemah, batin Silvia, berusaha menguatkan diri.
"Jangan tinggalkan aku, Silviana," lirih Antonio, matanya masih terpejam, menikmati sentuhan lembut di wajahnya.
"I-iya, aku di sini," jawab Silvia terbata, keraguan tersirat dalam suaranya.
...Mendengar jawaban Silvia, perlahan Antonio membuka matanya dan menatap lekat wajah cantik wanita di hadapannya....
"Aku mencintaimu, Silviana," bisik Antonio tulus. Silvia membalasnya dengan anggukan kecil dan senyum manis yang membuat hati Antonio menghangat.
...Tanpa menunggu, Antonio bangkit dan meraih wajah Silvia, melumat bibirnya dengan lembut. Ciuman itu semakin intens, penuh kerinduan dan gairah. Jemari Antonio dengan lembut menyentuh dan membuka ikatan pada baju tidur Silvia, membawa mereka pada keintiman yang mendalam....
...(1 jam kemudian)...
...Usai momen mesra itu, Antonio tampak pulih dan segera mandi air panas di kamar mandi. Sementara itu, Silvia dengan cepat mengambil kesempatan untuk keluar sebentar. Tujuannya adalah apotek, di mana ia akan membeli obat pencegah kehamilan. Pil terakhir yang dimilikinya sudah ia konsumsi sebelumnya....
...🔥🔥🔥🔥🔥...
...(Di sisi lain)...
...Stres berat membuat Devian mencari ketenangan di sebuah bar. Tanpa disangka, seorang teman Tamara mengenali Devian dan langsung menelepon Tamara. Dalam waktu singkat, Tamara sudah tiba di sana, amarahnya terlihat jelas di wajahnya....
"Mana dia?!" tanya Tamara dengan suara penuh geram.
"Di sana," jawab teman Tamara sambil menunjuk ke arah Devian yang sedang menikmati minumannya sambil tertawa sendiri.
"Perempuan sialan itu! Setelah dia menyakitiku tanpa sebab yang jelas, sekarang dia malah minum dan tertawa riang," umpat Tamara dengan nada penuh kebencian, tanpa tahu penderitaan yang baru saja dialami Devian.
"Jadi, apa rencanamu sekarang?" tanya teman Tamara dengan nada khawatir.
"Aku akan menghabisinya," jawab Tamara dengan dingin, lalu berbalik dan berjalan cepat menjauhi tempat itu.
"Hei, Tamara! Kamu sungguhan?" tanya teman Tamara sambil mempercepat langkahnya mengikuti Tamara dari belakang.
...(1 jam kemudian)...
...Dengan langkah gontai dan tubuh limbung, Devian yang sudah teler berat berjalan menelusuri lorong remang bar menuju parkiran. Ia bernyanyi dan tertawa sendiri dengan nada yang sumbang....
"Cintaku terbagi dua... ugh... Sayangku terbagi dua, tapi kok sama si udik, hahahaha." Tawa hambar Devian menggema saat ia menghampiri mobilnya.
"Ya Tuhan... ugh... Suamiku, kenapa kamu lebih memilih perempuan udik itu?" Devian meracau tak karuan sambil meraba-raba tasnya, mencari kunci mobil. Setelah menemukannya, ia membuka pintu dan masuk ke dalam mobil.
"Kau akan menyesal, udik!" desis Devian sambil menghidupkan mesin mobilnya dan tancap gas.
...Tamara yang melihat mobil Devian menjauh dengan cepat, segera masuk ke mobilnya dan mengejar dengan amarah yang membara....
...Aksi kejar-kejaran di jalan raya yang padat itu semakin menegangkan. Hampir saja mobil Devian dan Tamara menabrak mobil Silvia yang sedang melaju kencang menuju apartemennya, setelah menyelesaikan urusan di apotek dan membeli jus jeruk. ...
"Astaga! Ada apa ini?" Silvia terkejut dan segera menginjak rem, menepi saat sebuah mobil melaju kencang melewatinya, diikuti oleh mobil lain yang ternyata dikendarai Tamara.
"Tamara? Kenapa dia mengejar Devian?" pikir Silvia cemas. Spontan, ia memutar kemudi dan ikut memacu kendaraannya, berusaha mengikuti jejak kedua mobil itu dengan kecepatan yang sama tingginya.
...Kejar-kejaran sengit itu berlanjut hingga mereka tiba di jalanan yang lebih sunyi. Tiba-tiba, suara benturan keras memecah keheningan saat mobil Tamara menghantam bagian belakang mobil Devian yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi....
Swos.
Brak!
Brak!
...Mobil Devian melayang ke atas, berputar-putar tak terkendali sebelum akhirnya membentur aspal dengan bunyi mengerikan dan hancur berkeping-keping. Silvia yang menyaksikan adegan mengerikan itu dengan mata terbelalak segera menghentikan mobilnya di tepi jalan, mematikan lampu, dan dengan gemetar mengeluarkan ponsel untuk merekam kejadian naas itu tanpa diketahui....
...Tak lama berselang, Tamara keluar dari mobilnya dengan tenang. Ia berjalan mendekati sisa-sisa mobil Devian, mengeluarkan korek api, menyalakannya, dan tanpa ragu melemparkannya ke arah tangki bahan bakar yang jelas bocor. Seketika, api berkobar, melahap seluruh bagian mobil Devian. Setelah melihat kobaran api yang besar, Tamara bergegas meninggalkan tempat itu dengan mobilnya....
"Ini jelas pembunuhan dingin. Aku harus keluar dari sini sebelum ada yang melihatku," bisik Silvia panik. Ia segera memundurkan mobilnya perlahan, tetap membiarkan lampu mobil mati.
...Warna hitam mobil Silvia menjadi keuntungannya malam itu, membuatnya nyaris tak terlihat. Ia berhasil meninggalkan tempat kejadian dengan rekaman video di ponselnya, bukti keji pembunuhan yang dilakukan Tamara terhadap calon ibu mertuanya sendiri. ...
(Bersambung)
lain x dicek ulang deh tulisannya biar reader gg bingung menafsirkannya
klo ada masukan jgn marah ya thor semangat 💪💪
aku suka Antonio semoga jadian Ama silvia
pakek pengaman Ndak...?