NovelToon NovelToon
Ancient Slayer

Ancient Slayer

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan
Popularitas:104.7k
Nilai: 5
Nama Author: Wahyu Kusuma

Full Remake, New Edition 🔥🔥

Ini adalah perjalanan Iramura Tenzo, seorang pejuang yang dipanggil ke dunia baru sebagai seorang pahlawan untuk mengalahkan raja iblis.

Namun, dia gugur dalam suatu insiden yang memilukan dan dinyatakan sebagai pahlawan yang gugur sebelum selesai melaksanakan tugasnya.

Akan tetapi dia tidak sepenuhnya gugur.

Bertahun-tahun kemudian, ia kembali muncul, menginjak kembali daratan dengan membawa banyak misteri melebihi pedang dan sihir.

Ia memulai lagi perjalanan baru dengan sebuah identitas baru mengarungi daratan sekali lagi.

Akankah kali ini dia masih memegang sumpahnya sebagai seorang pahlawan atau mempunyai tujuan lain?

Ini adalah kisah tentang jatuhnya seorang pahlawan, bangkitnya seorang legenda, dan perang yang akan mengguncang dunia.

Cerita epik akan ditulis kembali dan dituangkan ke dalam kisah ini. Saksikan Petualangan dari Iramura Tenzo menuju ke jalur puncak dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Kusuma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 Sambutan dari Pemimpin Demon

Beberapa menit setelah memasuki kamp Demon, kedua tim menghadapi berbagai rintangan. Namun, tantangan terbesar dihadapi oleh tim Ares.

Di jalur yang mereka lalui, udara terasa berat, dipenuhi aroma darah dan asap pekat yang menyelimuti reruntuhan gua. Cahaya merah dari obor di sepanjang jalan berkedip-kedip, seakan mencoba bertahan dari hembusan angin malam yang dingin. Di antara bayangan yang bergerak, makhluk-makhluk bertaring dengan mata berkilau menunggu dalam kegelapan.

Demon-Demon itu tidak memberikan kesempatan sedikit pun bagi tim Ares untuk bernapas. Mereka muncul dari setiap sudut, menyerang dengan kecepatan dan kekejaman yang luar biasa. Pedang beradu, sihir meledak di udara, dan teriakan perang bercampur dengan raungan makhluk buas.

Ares mengayunkan pedangnya dengan gerakan cepat, menebas Demon yang mencoba menerkamnya. Darah hitam menyembur ke tanah, menguarkan bau busuk yang membuat perut mual. Di sekelilingnya, anggota timnya bertarung mati-matian. Napas mereka memburu, peluh bercucuran di dahi, namun mereka tidak bisa berhenti. Jika lengah sedikit saja, mereka akan terkoyak dalam sekejap.

Di kejauhan, seorang pria berbalut jubah gelap berdiri di atas reruntuhan. Tenzo, seperti biasa, hanya mengamati dari kejauhan. Matanya tajam, memindai medan pertempuran dengan tenang. Namun, tak jarang beberapa Demon menyadari kehadirannya dan mencoba mendekatinya.

Dengan satu gerakan, Tenzo menghilang dari tempatnya, lalu muncul kembali di belakang Demon yang mendekat. Sebelum makhluk itu sempat bereaksi, pedangnya sudah menusuk tepat di jantungnya. Demon itu hanya sempat mengeluarkan suara menggeram sebelum tubuhnya melemah dan jatuh ke tanah.

Sementara itu, jauh di dalam markas Demon, keadaan mulai berubah.

Di dalam ruangan yang remang-remang, pemimpin Demon duduk di singgasananya yang terbuat dari tulang belulang. Matanya menyipit saat mendengar laporan dari bawahannya.

“Manusia telah memasuki wilayah kita. Mereka membantai pasukan kita dengan cepat,” ucap salah satu Demon dengan nada cemas.

Pemimpin itu tidak segera merespons. Ia hanya menyandarkan tubuhnya ke kursi dan menghela napas panjang. Ada kemarahan dalam dirinya, tetapi juga rasa senang. Bibirnya melengkung ke atas dalam senyum penuh arti.

"Perintahkan semua pasukan untuk mundur ke pusat markas," katanya dengan suara rendah namun penuh otoritas.

Bawahan itu terkejut. “Tuan, apakah kita akan menyerah?”

Pemimpin itu tertawa pelan. “Menyerah? Tentu tidak. Aku hanya ingin menjamu tamu kita dengan sesuatu yang lebih... istimewa.”

Demon bertipe Mage yang berdiri di sampingnya mengangguk pelan. “Apa rencana Anda, Tuan?”

Pemimpin itu berdiri, melangkah turun dari singgasananya dengan langkah pelan namun penuh wibawa. “Sudah saatnya kita menguji hasil eksperimen kita.” Ia menoleh dengan senyum menyeramkan. “Lepaskan monster-monster itu. Aku ingin melihat apakah para manusia-manusia itu bisa bertahan.”

Bawahannya menelan ludah, lalu membungkuk sebelum bergegas pergi untuk melaksanakan perintah.

Setelah melalui berbagai pertarungan, akhirnya tim Ares berhasil mencapai titik pertemuan dengan tim William. Namun, kondisi mereka jauh dari kata baik. Beberapa anggota tim terlihat penuh luka, napas mereka tersengal, dan pakaian mereka berlumuran darah—baik darah mereka sendiri maupun darah para Demon yang telah mereka lawan.

Saat melihat keadaan Ares, William hanya tertawa lepas. “Hahaha! Ares, apa yang terjadi padamu? Kau terlihat seperti baru saja melewati neraka!” katanya dengan nada menggoda.

Ares, yang masih mencoba mengatur napas, menatap William dengan tatapan tajam. “Berhenti tertawa, dasar brengsek! Kami hampir tidak selamat di sana. Demon-demon itu datang tanpa henti!”

William mengangkat bahu dengan santai. “Yah, yang penting kalian masih hidup. Sekarang kita sudah berkumpul lagi, jadi biarkan timmu beristirahat di belakang. Kami yang akan berada di garis depan.”

Ares menghela napas panjang sebelum mengangguk. “Baiklah.”

Setelah itu, ia segera mengatur ulang formasi. Timnya yang kelelahan ditempatkan di barisan belakang agar mereka bisa pulih, sementara tim William bersiap di depan untuk menghadapi kemungkinan serangan berikutnya.

Namun, setelah beberapa saat berjalan, mereka mulai menyadari sesuatu yang aneh.

Jalur yang mereka lalui kini begitu sunyi. Tidak ada tanda-tanda Demon di mana pun. Tidak ada suara langkah makhluk buas, tidak ada mata merah bersinar di dalam kegelapan, tidak ada dentingan senjata yang biasanya menyambut mereka.

William menoleh ke Ares. “Hei, Ares, cuma aku yang merasa ada yang aneh, atau kau juga merasakannya? Sejak kita berkumpul, tidak ada satu pun Demon yang muncul.”

Ares mengangguk, ekspresinya serius. “Ya, jalur ini terasa terlalu sepi... Apa mungkin sebagian besar Demon memang berkumpul di jalurku tadi?”

William mengangkat alis. “Tunggu, memang sebanyak apa jumlah Demon yang kau hadapi?”

“Sangat banyak, sampai kami hampir tidak bisa bergerak.”

William terkekeh. “Hah! Mana mungkin sebanyak itu. Kita lanjut saja dan lihat sendiri.”

Namun, jauh di belakang mereka, Tenzo menghentikan langkahnya. Matanya menyipit tajam.

[Ada sesuatu di depan…]

Ia bisa merasakan keberadaan banyak makhluk berkumpul di satu titik. Jumlahnya luar biasa besar, lebih dari yang mereka hadapi sebelumnya.

[Jadi, mereka semua sudah menunggu di sana…]

Tenzo menatap ke depan dengan ekspresi waspada. Ia tahu, apa pun yang menanti mereka di depan sana, itu bukan sesuatu yang bisa dianggap remeh.

Dan pertempuran sesungguhnya baru akan dimulai.

**

Langkah mereka bergema di dalam gua yang semakin lama terasa semakin sempit dan gelap. Dinding-dinding batu yang dingin menjulang di sekeliling mereka, menciptakan bayangan yang menari-nari di antara temaram obor yang dibawa oleh para petualang. Setiap tarikan napas terasa berat, bercampur dengan udara lembap dan aroma khas bebatuan tua yang seakan menyimpan rahasia kelam.

Namun, di tengah kegelapan itu, salah seorang petualang yang berjalan di depan tiba-tiba berseru, suaranya penuh harapan.

"Ada cahaya di depan! Sepertinya itu jalan keluar!"

Mendengar hal itu, Ares dan William segera bergerak ke depan untuk memastikan. Mata mereka menyipit, mencoba menembus kegelapan yang mulai tergantikan oleh cahaya samar. Benar saja—di ujung jalur berbatu itu, ada celah besar yang memancarkan sinar terang, seperti pintu yang mengundang mereka menuju kebebasan.

Mereka mempercepat langkah. Semakin dekat dengan cahaya, harapan mulai tumbuh dalam hati mereka. Namun, begitu mereka melewati celah itu dan benar-benar keluar dari lorong gua, apa yang menanti mereka di sisi lain membuat darah mereka membeku.

Mereka tidak berdiri di luar gua seperti yang mereka harapkan. Sebaliknya, mereka tiba di sebuah ruang bawah tanah raksasa—sebuah lapangan luas yang berada di dalam gua, cukup besar untuk menampung seluruh kota kecil. Langit-langitnya tinggi, dihiasi stalaktit tajam yang menggantung seperti taring raksasa. Cahaya dari kristal-kristal berpendar di dinding, menerangi tempat itu dengan cahaya kehijauan yang membuat suasana terasa semakin suram.

Namun yang benar-benar membuat mereka terdiam bukanlah keindahan tempat ini, melainkan makhluk-makhluk yang menunggu di sana.

Di sekeliling lapangan, ratusan Demon berdiri dalam barisan yang ketat, membentuk lingkaran sempurna di sekitar mereka. Makhluk-makhluk itu memiliki berbagai bentuk—ada yang tinggi dengan kulit bersisik, ada yang bertubuh besar dengan otot-otot menggelembung, dan ada pula yang memiliki sayap gelap yang mengepak pelan.

Suasana begitu mencekam hingga waktu seakan berhenti. Namun, dalam hitungan detik, keheningan itu hancur.

"GRAAAAAAH!!"

Seruan Demon pertama meledak di udara, diikuti oleh pekikan dan sorakan dari ratusan lainnya. Suara mereka menggema keras di seluruh gua, membuat tanah bergetar dan udara bergetar seperti badai kematian yang baru saja dilepaskan.

Ares menelan ludah, matanya membesar melihat pemandangan yang begitu buruk. "William..." katanya dengan suara rendah, hampir berbisik.

William masih terdiam, ekspresinya tegang. Namun, Ares melanjutkan dengan nada lebih keras.

"Ini buruk. Sangat buruk. Kita dikelilingi oleh ratusan Demon. Kita tidak mungkin bisa melawan mereka semua!"

William mengangguk cepat, pikirannya bekerja keras. "Kau benar. Tidak ada gunanya bertahan di sini. Kita harus mundur—"

Namun, sebelum William bisa memberikan perintah kepada pasukannya, suara berat dan bergema menggema dari tengah kerumunan Demon.

"Selamat datang, para petualang! Kalian telah memasuki markas kebanggaanku!"

Sebuah tawa kasar mengikuti ucapan itu. Dari barisan Demon, seorang sosok maju ke depan—Demon bertubuh besar dengan kulit merah tua, tanduk melengkung di kepalanya, dan jubah hitam panjang yang berkibar saat ia melangkah. Ia mengangkat kedua tangannya.

"Semuanya! Sambutlah tamu-tamu kita dengan sorakan!"

Sorakan Demon semakin keras. Beberapa menginjak-injak tanah, membuat getaran seperti gempa kecil, sementara yang lain menepukkan senjata mereka ke perisai, menciptakan suara gemuruh yang semakin menambah ketegangan.

Lalu, tiba-tiba—BOOM!!

Dari belakang, suara dentuman keras terdengar. William dan Ares menoleh cepat, dan yang mereka lihat membuat dada mereka terasa sesak.

Lorong yang baru saja mereka lewati kini tertutup oleh reruntuhan batu.

Jalan keluar telah lenyap.

William mendesah panjang, lalu menatap Ares dengan ekspresi pasrah. "Yah... sepertinya kita tidak punya pilihan lain."

Ares hanya bisa menelan ludah.

Sang Pemimpin Demon

Dengan langkah perlahan, mereka bergerak ke tengah lapangan, dikelilingi oleh tatapan tajam para Demon. William mengamati area itu dengan saksama, hingga akhirnya matanya tertuju pada sebuah singgasana besar di ujung lapangan.

Di sana, duduk dengan penuh wibawa, adalah sosok Demon yang jelas berbeda dari yang lain.

Kulitnya berwarna ungu tua dengan mata kuning menyala. Jubah hitam panjang dengan bordiran emas melingkupi tubuhnya, dan di tangannya, sebuah tongkat berukir berbentuk tengkorak berkilau dalam cahaya hijau samar. Dialah pemimpin dari tempat ini.

Demon itu—Rezgar—memandang mereka dengan seringai lebar.

"Sekali lagi, aku ucapkan selamat datang," katanya dengan suara dalam yang mengandung nada keangkuhan. "Aku, Rezgar, Pemimpin dari tempat ini, menyambut kalian dengan sepenuh hati."

Kemudian, dengan santai, ia menyandarkan tubuhnya ke singgasana dan berbicara dengan nada yang lebih rendah.

"Sebenarnya kedatangan kalian ke sini cukup mengganggu... terutama ketika kalian membunuh banyak sekali pasukanku. Itu benar-benar membuatku kesal."

Sorakan dari Demon lain mulai melemah, berganti dengan gumaman rendah yang mengandung kemarahan.

Rezgar mengangkat tangannya, dan seketika, keheningan melingkupi tempat itu.

"Namun..." lanjutnya, kali ini dengan seringai yang lebih lebar, "Aku juga merasa sangat berterima kasih kepada kalian."

William menyipitkan matanya. "Apa maksudmu...?"

Rezgar tertawa kecil. "Karena kalian telah memberikanku sebuah ide yang luar biasa."

Ares dan William saling berpandangan. Ada sesuatu yang tidak beres.

Rezgar kemudian berdiri, mengangkat tangannya tinggi ke udara.

"Baiklah, semua! Lepaskan mereka! Mari kita mulai permainannya!!"

---

Sementara Itu – Tenzo

Jauh dari sana, di tempat Tenzo berada, suasana mendadak berubah. Saat ia menunggu rombongan itu melangkah lebih jauh, tiba-tiba—

BOOM!!

Tanah bergetar saat jalan di depannya runtuh, tertutup oleh reruntuhan batu yang jatuh dengan cepat. Asap dan debu beterbangan, memenuhi udara.

Tenzo menyipitkan mata, lalu mendekati batuan yang menutupi jalur. Ia menyentuh permukaannya yang masih hangat, kemudian menatap ke depan dengan ekspresi tajam.

"Hmph. Mereka menutup jalan ini... Jadi ini memang jebakan."

Ia menghela napas pelan, lalu menyatukan informasi yang ia miliki. Dari jumlah aura kehidupan yang begitu besar di depan, ditambah dengan penutupan jalur ini, hanya ada satu kesimpulan.

"Yah... Tidak salah lagi. Mereka sedang dijebak."

Tatapannya mengeras.

"Tapi apakah mereka sadar?"

1
F~~
Kayaknya aku punya firasat soal Zerath ini
F~~
hahahaha, masih ada neraka lain menunggu. Kasian banget nasibmu Ramez
angin kelana
bagus thorr,lanjutkan..
Reza Orien
cihuyyy
F~~
Pelatihannya tidak main main
F~~
Oke Thor gkpp, yang penting rajin update aja
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: sip, tenang aja bakalan rajin kalau kagak ada halangan. stok bab masih banyak
total 1 replies
angin kelana
siaaaap yg penting rutin update thorrr...
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: oke akan diusahakan ritun soalnya sudah punya stok sampai bulan depan, doakan agar tidak terputus-putus 🙏 updatenya.
total 1 replies
angin kelana
satu tebasan..
angin kelana
lanjutkan duelnya...
F~~
lanjutkan
F~~
sheshhh sasuga Tenzo
F~~
Nooo Ramezzz
Kyurles Suga
Jejak
Kyurles Suga
menikmati
Ora Ora
.
F~~
Nah, sudah saya kira, rupanya emang si Diomas. Tapi mantap sekali update langsung 3 bab sekaligus. Bagus Thor pertahanin udpet beginian.
F~~
Ah, aku dah tebak siapa ini. pasti ... bacaselengkapnya
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: husst, sebaiknya tidak usah diberitahu
total 1 replies
F~~
laki laki kalau sudah berbincang semalaman pasti bakal kemana mana tuh tema pembicaraannya
F~~
Gas lanjut thor
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: Oke sebentar lagi bakalan update bab baru
total 1 replies
angin kelana
lanjuuut
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: Okeee sebentar lagi bakalan update, ditunggu yah
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!