Buku Merah Maroon seolah menebar kutukan kebencian bagi siapapun yang membacanya. Kali ini buku itu menginspirasi kasus kejahatan yang terjadi di sebuah kegiatan perkemahan yang dilakukan oleh komunitas pecinta alam.
Kisah lanjutan dari Rumah Tepi Sungai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bung Kus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buku Penuh Dendam
Rana dan Rina merupakan saudara kembar. Meski berbeda gender, tetapi penampilan mereka cukup mirip. Postur tubuh, warna kulit, juga bentuk wajah yang serupa. Kembar identik lazimnya terjadi pada gender yang sama. Akan tetapi hal yang cukup langka dialami oleh Rana dan Rina sehingga keduanya sulit untuk dibedakan. Apalagi potongan rambut mereka juga serupa.
Secara fisik memang nyaris sama, hanya saja sikap, juga sifat Rana dan Rina berbeda jauh. Rana si laki-laki selalu terlihat malas, pendiam dan susah bergaul. Sedangkan Rina adalah gadis enerjik, pintar, ramah dan sangat terkenal seantero sekolah.
Tidak berlebihan saat ada yang mengatakan jika seluruh siswa laki-laki mengidolakan sosok Rina. Anggoro pun tidak bisa membantah hal itu. Namun pada akhirnya, Rina jatuh di dekapan Aldo. Laki-laki itu memang tampan, aura dan persona kuat, sayangnya memiliki tabiat yang minus.
Entah apa alasan Rina menolak ikut serta dalam kegiatan perkemahan. Yang pasti penolakan itu bisa saja berimbas pada Anggoro. Aldo akan menyalurkan amarah dan rasa kecewanya secara membabi buta.
Saudara kembar Rina yakni Rana tampak berjalan ke minibus dengan langkah gontai. Wajahnya terlihat basah, mungkin baru selesai mencuci muka. Meski demikian ekspresi malasnya tetap terlihat.
"Cepatlah naik, jangan lelet Rana!" bentak Pak Nafi' kesal.
Setelah Rana masuk ke dalam mobil, Pak Nafi' menoleh pada Aldo, kemudian tersenyum lebar.
"Sekarang kita berangkat ke tempat perkemahan, Nak Aldo," ucap Pak Nafi' memberi laporan seolah Aldo adalah majikannya.
Mobil melaju perlahan. Kini Anggoro duduk bersebelahan dengan Rana. Sedangkan Aldo memilih duduk di samping Gery. Sang Bos Muda mengunci mulutnya, tetapi kemarahannya menguar di udara. Menciptakan suasana tidak nyaman di dalam mobil minibus.
Rana menyentuh bahu Anggoro. Kemudian, menunjukkan layar handphone nya. Disana tertulis 'Rina tidak ikut karena sedang tidak enak badan. Aldo kelihatannya marah. Bukankah kita berada dalam kesulitan?'
Setelah membaca tulisan itu Anggoro termenung. Dia menyadari, di dalam minibus itu hanya ada dua mangsa empuk untuk Aldo. Hanya Anggoro dan Rana lah yang bukan circle pertemanan Aldo.
Handphone di saku Anggoro bergetar. Dia melihat sebuah pesan dari Rana. Meskipun duduk berdekatan tentu tidak mudah untuk mengobrol dengan nyaman. Apalagi jika percakapan itu untuk menggunjing Aldo. Saling mengirim pesan adalah satu-satunya jalan yang bisa dilakukan.
'Kita perlu bekerjasama untuk terhindar dari kemarahan Aldo'
Belum sempat Anggoro mengetik balasan, sebuah pesan kembali masuk. Kali ini nama Aldo yang muncul.
'Saat di perkemahan nanti, tugasmu adalah mengalihkan perhatian Pak Nafi'. Bahas pelajaran atau olimpiade tahi kucing itu. Jauhi Rana, aku akan memberinya pelajaran'
Anggoro terdiam. Rupanya Aldo kali ini mengincar Rana. Di sudut hatinya dia merasa lega. Namun dia kemudian teringat, aman untuk kali ini belum tentu selamat untuk esok hari.
Haruskah Anggoro menjalani kehidupan sekolahnya di bawah bayang rasa takut? Tentu tidak. Anggoro sudah membulatkan tekad. Anggoro sudah menyiapkan semuanya.
Mobil minibus mulai bergerak memasuki jalanan yang tak rata. Sesekali roda terantuk lubang sehingga seluruh penumpang merasakan goncangan. Sebuah tas ransel di bagian kursi depan terjatuh. Beberapa isinya berhamburan.
Sebuah buku bersampul merah maroon terlempar ke lantai minibus. Putra memungutnya. Dia mengernyit, merasa familiar dengan buku itu.
"Bukankah buku ini. . ." seru Putra tertahan.
Laki-laki asing yang mengenakan topi di sebelah Pak Nafi' menoleh ke belakang. Kemudian dia tersenyum simpul.
"Itu novel karya Zainul Rich Man," jelas laki-laki asing.
Anggoro nyaris berdiri mendengar ada orang yang menyebut novel Zainul Rich Man.
"Maaf, siapa Anda sebenarnya?" tanya Anggoro spontan. Dia tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya.
"Oh, ya aku lupa untuk memperkenalkan nya pada kalian," sela Pak Nafi' sembari mengemudi.
"Beliau adalah Pak Dolah. Kalian pernah melihat channel YouTube Dolah The Explorer? Beliau adalah orang yang sudah melakukan perkemahan dan penjelajahan di hutan-hutan besar Indonesia. Sang petualang, penjelajah dan survivor sejati," terang Pak Nafi'.
Anggoro akhirnya teringat dengan channel YouTube yang sering dia tonton. Pak Dolah merupakan manusia super bagi Anggoro. Reptil apapun sudah ditaklukkannya. Ular, biawak, buaya berhasil dijinakkan.
"Pantas saja aku merasa familiar dengan orang itu," gumam Anggoro kemudian.
"Jadi, hari ini kita akan berkemah di wilayah hutan yang dimiliki oleh keluarga dari Zainul Rich Man. Aku cukup menyukai tulisan karya-karyanya, jadi aku membawa salah satu karya Zainul Rich Man ke perkemahan sebagai penghargaan untuk sosoknya yang telah tiada. Bagaimanapun dalam kehidupan kita tidak bisa dilepaskan dari keberadaan orang-orang yang sudah tiada," jelas Pak Dolah.
"Jadi Anda orang yang mempercayai soal hantu?" sergah Bastian tiba-tiba.
"Apakah Anda pernah bertemu dengan hantu dalam petualangan yang selama ini sudah Anda lakukan?" Nana menimpali antusias. Pak Dolah tersenyum. Dia berdehem sejenak. Suaranya terdengar berwibawa, serak dan berat. Sang YouTuber lokal yang diidolakan oleh siswa SMA.
"Tentu saja banyak cerita mistis yang pernah kutemui. Meski sebagiannya ada penjelasan ilmiah, tetapi tetap saja menghargai lingkungan, antara yang ada dan tiada itu adalah kewajiban untuk survivor profesional. Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung," jawab Pak Dolah bijak. Anggoro nyaris bertepuk tangan mendengarnya.
"Tapi Pak Dolah, bukankah tulisan karya Zainul Rich Man penuh dengan dendam? Cerita yang membawa pikiran kita ke sisi negatif," sergah Rana tiba-tiba. Sepertinya dia cukup tertarik dengan pembahasan soal Zainul Rich Man.
"Aku selalu meyakini dalam kegelapan pekat sekalipun akan selalu ada secercah cahaya. Begitupun tulisan Zainul Rich Man. Maha Karya yang diciptakan berdasar inspirasi dendam, konon katanya begitu. Maka yang perlu kita garis bawahi adalah kita harus berbuat baik pada siapapun, pada orang yang kita kenal kuat juga pada orang yang terlihat lemah. Kenapa demikian? Karena dendam akan sangat menakutkan meski itu dimiliki oleh orang yang kita anggap lemah sekalipun. Bagaikan bara api yang membakar kayu kering, dendam hanya akan menyisakan abu hitam. Begitu salah satu kutipan yang kudapat dari buku Zainul Rich Man," jelas Pak Dolah menggebu-gebu.
Anggoro mengangguk mengerti, karena dia pernah membaca judul yang dimaksud oleh Pak Dolah. Anggoro pernah meminjam satu judul tulisan Zainul Rich Man di persewaan buku. Sejujurnya dia kagum dengan cara Zainul menuliskan suasana cerita. Anggoro dapat menyelami bagaimana rasa dendam sang penulis, sakit hati dan keinginan untuk membalas. Semua detail yang membuatnya merasa bersimpati, bahkan seolah Anggoro sendirilah yang menjadi pemeran utama dalam cerita.
"Halah, omong kosong!"
Suara Aldo tiba-tiba terdengar membantah. Pak Dolah cukup terkejut tetapi Pak Nafi' segera menepuk lengan Sang Survivor. Tentu Pak Nafi' ingin menyampaikan kegiatan perkemahan itu bisa terlaksana karena permintaan Aldo.
"Tidak ada cerita di dunia nyata yang lemah bisa melawan. Dunia ini hanya milik yang kuat. Aku memang masih bocah, tetapi sepanjang hidupku aku dibesarkan dengan melihat punggung orang yang kuat. Tidak ada yang bisa menjatuhkan kekuatan dan kekuasaan," ucap Aldo mengejek Pak Dolah.
Anggoro menggenggam erat ujung bajunya. Semua orang tidak menyadari jika mata bocah kurus itu mengkilat seperti petir. Ucapan penuh kesombongan dari Aldo semakin memantik bara api yang selama ini menyala kecil di sudut hati.
Wah, ada kuku? Kuku siapa yah 🤔🤔🤔
Mak Ijah kali ya yang grubak-grubuk mutusin kabel..