"Jamunya Mas," Suara merdu mendayu berjalan lenggak lenggok menawarkan Jamu yang Ia gendong setiap pagi. "Halo Sayang, biasa ya! Buat Mas. Jamu Kuat!" "Eits, Mr, Abang juga dong! Udah ga sabar nih! Jamunya satu ya!" "Marni Sayang, jadi Istri Aa aja ya Neng! Ga usah jualan jamu lagi!" Marni hanya membalas dengan senyuman setiap ratuan dan gombalan para pelanggannya yang setiap hari tak pernah absen menunggu kedatangan dirinya. "Ini, jamunya Mas, Abang, Aa, diminum cepet! Selagi hangat!" Tak lupa senyuman manis Marni yang menggoda membuat setiap pelanggannya yang mayoritas kaum berjakun dibuat meriang atas bawah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelecehan Verbal
"Suit! Suit! Marni, sini Sayang, ga kangen sama Abang! Sombong bener dah ah! Astaga naga! Tuh Bokong Bahenol banget!"
"Marni, Marni, usah ga usah jualan Jamu! Mending sini aja Abang kelonin!"
"Duh ileh! Tuh semangka bulet amat! Jadi pengen Enen!"
Marni tak menggubris celotehan yang menjurus pelecehan secara verbal. Sudah kebal telinga Marni setiap hari aaat ia mendatangi pasar untuk berbelanja bahan-bahan membuat jamu.
Meladeni? Marah! Buat Marni buang-buang energi!
Selama Mereka cuma mau menggoda saja tanpa menyentuh silahkan. Mau berfantasi senam lima jari pake bayangan dirinya, ra urus!
Yang penting jangan noel apalagi grapa grepe, Marni ga segan nendang manuke jadi manuk cucak rowo.
"Loh Mar, tumben masih siang sudah kesini? Wes habis toh jamumu?" Bude Sri langganan Marni membeli kunyit dan kawan-kawannya menatap heran belum tengah hari Marni sudah belanja.
"Alhamdulillah laris manis Bude. Biasa ada Bude?" Marni duduk selonjoran meletakkan bakul jamu dari gendongannya. Memilih duduk menemani si Bude yang tengah menyortir pinang.
"Lengkap pool. Lah ini pinang pesananmu lagi Bide pilihan yang bagus-bagus. Lah wong Kamu kan pesen ke Bude maunya yang besar dan begini toh?" Bude Sri menyodorkan sebutir pinang yang sesuai kriteria Marni.
"Mantep ini Bude! Soalnya banyak yang pesen Ramuan Pamungkas Bude. Katanya Jamu Marni yang satu ini Jamu Anti Pelakor dan Anti Ani-Ani." Marni membantu Bude Sri agar lebih cepat menyortir pinang-pinang dalam tampah besar itu.
"Anak sekarang lah yo macem-macem ae bahasanya Ndok. Yo Ani-Ani dulu setahu Bude buat panen Padi di sawah. Lah sekarang opo meneh Ani-Ani nyambung ke pinang sama Jamu."
Marni tertawa melihat raut wajah serius Bude Sri yang belum paham istilah Ani-Ani.
"Jadi yang dimaksud Ani-Nai itu Bude, bukan Ani-Ani yang dipake buat panen Padi. Lah kalau itu Abi-Aninya bermanfaat. Lah Ani-Ani yang Marni maksud malah bikin Istri-Istri SAH melarat!"
"Loh kok iso ngono toh Ndok? Lah Ani-Ani ne sejenis opo? Tuyul?"
Marni semakin terbahak-bahak. Ada-ada saja ya Bude Sri menyamakan Ani-Ani dengan tuyul. Eits, ada kesamaan deh.
"Loh yo Kamu malah ketawa! Yo Bude makin ruwet urusan si Ani-Ani itu. Moso sekarang bisa bikin melarat, yo apa ya podo karo tuyul! Ya duite kalo diambil tuyul iso bikin melarat! Ngono?"
"Hehehe. Iya Bude. Ani-Ani itu ibarat tuyul! Bener Bude. Sama-sama morotin duite. Tapi Duite lanange wong."
"Sek, Sek, loh jadi Ani-Ani itu podo karo Gundik yo?" Bude Sri memisahkan pinang yang sudah menjadi pilihan terbaik ke dalam kantong plastik hitam yang akan dibawa Marni.
"100 buat Bude! 1000 buat Aku!" Tawa Marni semakin ceria sambil membantu memasukkan bahan yang sudah ia beli dari Bude Sri.
"Oalah. Yo namanya saja ya berubah. Tapi kelakuannya podo koyo Demit!"
Marni bisa melihat bagaimana rona wajah Bude Sri yang berubah. Sejak lama Marni mengenal Bude Sri, sejak jaman Si Mbah Marni masih hidup hingga kini, Marni yang terus meneruskan jualan Jamu Bude Sri yang Marni kenal begitu ceria dan senang guyon menyimpan pengalaman pahit di hidupnya.
Marni tahu dari Almarhumah Si Mbah, kalau Bude Sri dulu pernah dimadu oleh sang Suami. Karena Bude Sri tak kunjung punya anak dan Mertua dari Bude Sri sering mengatakan kalau Bude Sri Gabuk. Gabuk itu artinya tidak beranak atau mandul. Kejam sekali bukan?
Hingga tanpa sepengatahuan Bude Sri, Suaminya dinikahkan lagi dengan perempuan pilihan Mertua Bude Sri. Dan setelah setahun diketahui bahwa yang sebetulnya Gabuk bukan Bude Sri tetapi sang Suami. Padahal Istri Muda Suami Bude Sri sempat hamil namun ketahuan kalau sang Madu hamil dengan pria lain.
Sekitar 15 tahun yang lalu, Suami Bude Sri berpulang. Sakit kencing manis dan selama ini sebetulnya sang Suami sudah mengalami disfungsi ereksi yang membuat selama ini itulah penyebab Istri-Istrinya termasuk Bude Sri tidak hamil-hamil.
"Bude," Marni melihat sorot menerawang Bude Sri.
"Eh, yo Bude malah ngelamun, ada lagi Ndok?" Bude Sri melihat kantong-kantong pesanan Marni apakah sudah komplit semua.
"Sudah komplit. Makasi yo Bude. Sudah nemeni dan dukung Marni. Kalau ga ada Bude Marni ga tahu apalagi sejak Si Mbah wes mulih."
"Sama-sama Cah Ayu. Mugi-mugi Gusti Allah paringi Kita sehat ya. Bude yo pingin lihat Kamu jadi Manten. Pasti cuantek pol!"
"Marni ga harap banyak Bude. Tapi tak aamiinkan saja.
"Ndok, Kamu ra mau kerja lain? Maksud Bude, Kamu masih muda. Masa depanmu masih panjang. Siapa tahu Kamu bisa kerja di pabrik. Lah Kamu kan lulusan SMK."
Marni tersenyum, meraih jemari keriput yang menjadi saksi kerasnya perjuangan seorang wanita bernama Bude Sri.
"Marni seneng nerusin dagagannya si Mbah. Banyak orang susah-susah cari kerja, lah si Mbak malah mewarisi pekerjaan yang jelas dapat duite Bude. Walau ga banyak tapi muter. Bisa hidup dari Jualan Jamu."
"Ya sudah. Kalo Kamu nyaman Jualan Jamu Ndok. Tapi Bude kesel sama itu omongan lanang ya ngece ke Kamu. Mana genit begitu. Tapi Kamu gapapa kan Ndok? Ga diusili Mereka?" Rasa sayangnya Bude Sri kepada Marni telah menganggap Marni layaknya anaknya sendiri.
"Ndak Bude. Mereka masih sebatas ucapan saja. Kalau berani pegang wes tak selengkat selangkinya. Biar manuke ambyar!"
Bude Sri dan Marni tertawa, masing-masing kepikiran bagaimana kalau Manuk pria-pria genit itu beneran Ambyar, bisa-bisa di demo bojone neng Omah.
"Bude, ini uangnya." Marni menyerahkan uang pesanan rempah-rempah Jamunya kepada Bude Sri.
"Matur suwon yo Ndok. Semoga laris terus Jamumu. Cepet dapat jodoh!"
"Aamiin."
Marni pamit oada Bude Sri dengan iringan tatapan penuh cinta dan doa dari sosok paruh baya yang begitu tulus menyayanginya.
Bakul jamu milik Marni bertambah berat kembali karena terisi bahan-bahan membuat Jamu.
Marni sekalian berbelanja kebutuhan sehari-harinya. Sederhana saja membeli beras yang kebetulan stoknya habis dirumah dan sekilo telur ayam. Perbawang-bawang dan cabe.
"Besok sebelum keliling bikin nasi goreng terasi yo kayaknya enak." Marni yang sedang memilih ketimun membayangkan membuat sarapan Nasi Goreng terasi dengan telur mata sapi begitu menggugah selera ditambah lalap ketimun.
"Neng yang milih ketimun, Abang yang ngilu!" Salah satu penjual sayur menggoda Marni saat Marni sedang serius memilih ketimun.
"Tuh ada terong Neng! Siapa tahu butuh! Apa mau yang asli! Hehehe!"
Marni tak menggubris, biarkan saja. Toh cuma ngucap. Kecuali megang bahkan sampe anggur-anggur wes tak potong buar jadi Manuk Goreng.
Pakaian yang dipakai Marni tidak bagus. Sederhana. Tidak juga terbuka hanya saja tubuh sintal Marni kerap membuat laki-laki berpikiran kotor begitu senang menjadikannya fantasi.
Marni masa bodo. Bagi Marni yang terpenting ia tidak murahan. Kalo ada yang tergoda itu urusan Anda.