Krystal Berliana Zourist, si badgirl bermasalah dengan sejuta kejutan dalam hidupnya yang ia sebut dengan istilah kesialan. Salah satu kesialan yang paling mengejutkan dalam hidupnya adalah terpaksa menikah di usia 18 tahun dengan laki-laki yang sama sekali belum pernah ia temui sebelumnya.
Kesialan dalam hidupnya berlanjut ketika ia juga harus di tendang masuk ke Cakrawala High School - sekolah dengan asrama di dalamnya. Dan di tempat itu lah, kisah Krystal yang sesungguhnya baru di mulai.
Bersama cowok tampan berwajah triplek, si kulkas berjalan, si ketua osis menyebalkan. Namun dengan sejuta pesona yang memikat. Dan yang lucunya adalah suami sah Krystal. Devano Sebastian Harvey, putra tunggal dari seorang mafia blasteran Italia.
Wah, bagaimana kisah selanjutnya antara Krystal dan Devano.
Yuk ikuti kisahnya.
Jangan lupa Like, Komen, Subscribe, Vote, dan Hadiah biar Author tambah semangat.
Salam dari Author. 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 15 : MARAHNYA DEVANO
Krystal benar-benar membuktikannya ucapannya. Tepat saat kelas dibubarkan. Gadis cantik itu mengganti seragamnya dengan t-shirt crop berwarna putih, dipadukan dengan legging hitam panjang.
Krystal sudah berdiri di tengah lapangan, begitupun dengan Metta. Dan lapangan indoor basket sudah mulai dipenuhi oleh siswa-siswi yang berbondong-bondong ingin menyaksikan duel basket antara Metta VS Krystal itu. Mereka penasaran siapa yang akan menang.
"Metta sih. Secara dia jago banget main basketnya."
"Belum tentu."
"Lah kenapa?"
"Nih, Krystal itu ternyata juga jago banget. Ini waktu dia lagi tanding basket dan ngebawa nama Panca Dharma. Lawannya kalah telah dengan skor 69 37."
"Skillnya juga oke. Teknik yang dia pakai bisa banget ngecoh lawan."
"Gue sih tetap dukung Metta."
"Gue Krystal sih."
"Sama, gue pegang Krystal."
"Oke."
"Oke."
Suara supporter dari masing-masing juga terdengar meneriaki nama Krystal dan Metta, saling bersahut-sahutan. Suatu pencapaian yang oke untuk Krystal. Kenapa? Karena notabenenya ia anak baru di sekolah ini tapi belum apa-apa ternyata fansnya sudah sebanyak ini.
Mata Krystal tanpa sengaja melirik kehadiran Devano yang berjalan ke salah satu bagian tribun yang memang sengaja dikosongkan untuk dia dan teman-temannya. Lagi-lagi mata elang Devano tertuju kepadanya. Krystal tidak mengerti kenapa selalu terintimidasi dengan tatapan itu.
Fyi, yang menjadi wasit dalam duel one by one ini adalah Iqbal, sahabat Devano---salah satu anggota osis dan tim basket putra. Permainan dimulai ketika Iqbal meniupkan peluit, melemparkan bola oranye garis-garis hitam tersebut diantara Krystal dan Metta. Dengan gesit Metta menggapai bola itu, mendribble nya dengan lincah lalu berlari ke arah ring dengan cepat, lantas menyunting bola tersebut hingga masuk dengan mulus ke dalam ring.
Suara supporter untuk Metta bergemuruh di lapangan indoor tersebut. Namun, tidak menyurutkan para supporter Krystal.
"KRYSTALLL SEMANGAT!! LO PASTI BISA!! MANA SUARANYA GUYSS!!" Itu suara Zoey. Ia lah pemandu sorak untuk supporter Krystal.
Sungguh, Krystal tidak menyuruhnya. Bahkan Krystal cukup kaget karena gadis tomboi itu bisa se-toa itu.
Pertandingan terus berlanjut. Poin di antara kedua nya terus kejar-kejaran seakan tidak ada yang mau kalah.
Poin sekarang adalah 10:8 untuk Metta yang unggul 2 poin dari Krystal.
"Segitu doang kemampuan lo, hm? Gue pikir lo nantangin gue karena emang bisa main. Ternyata bukan lawan gue." Menyeringai sinis ke arah Krystal.
"Gue udah bilang nggak usah ngebacot, kan? Main aja udah." Krystal melempar bola basket di tangannya ke arah Metta yang langsung ditangkap dengan sigap oleh gadis itu.
Metta semakin gencar mencetak point. Bahkan sekarang Krystal tertinggal cukup jauh dengan skort 30:8.
Metta yang tidak berhenti menyerang dengan Krystal yang seakan tidak akan memberikan perlawanan. Sehingga membuat para supporter Krystal cukup khawatir melihat ketinggalan angka yang cukup jauh itu.
Sampai sesuatu yang tidak terduga terjadi, ketika bola di tangan Metta hilang lenyap dalam sekejap karena gerakan cepat Krystal yang merebutnya. Metta sampai terperangah karen begitu tiba-tibanya, Krystal menjadi sangat cepat. Gerakan Krystal tadi tidak bisa dibacanya.
Shoot pertama masuk.
Shoot kedua masuk.
Shoot ketiga, lalu shoot keempat dan kelima setelahnya. Krystal melakukannya dengan begitu cepat. Bukan kah sudah dikatakan jika pergerakan Krystal itu santai tapi tepat sasaran.
30:12
Suara sorak supporter Krystal terdengar menyoraki nama bintang lapangan mereka.
Pertandingan berlanjut, kali ini Metta seperti tidak diberikan celah sedikitpun oleh Krystal untuk merebut bola. Bahkan terlihat tidak bisa mengimbangi kecepatan permainan Krystal. Dalam hitungan beberapa menit saja, skor berubah drastis.
Jadi, 30:45
Krystal memasukkan bola secara terus-menerus, membuat para penonton terperangah. Lain dengan Metta yang dadanya mulai terbakar emosi. Bayang-bayang ia akan kehilangan jabatan kapten nya mulai menghantui dirinya.
Metta mulai terintimidasi dengan permainan Krystal yang sungguh diluar dugaannya. Sekuat apapun ia menyerang sekarang, seakan tidak berarti apapun untuk Krystal.
Priiiittt
Suara peluit wasit terdengar bertepatan dengan Krystal menyelesaikan shoot terakhirnya dari jarak jauh, melewati atas kepala Metta yang terdiam di sana dengan nafas memburu.
Skor akhir...
30:68, Krystal keluar dari pemenang, di sambut tepuk tangan heboh semua penonton, bahkan supporter Metta pun juga ikut heboh.
Permainan Krystal hari ini sungguh mempesona. Dan sukses menyita perhatian semua pasang mata, tak terkecuali cowok yang berdiri dan ikut bertepuk tangan itu. Tak lain dan tak bukan adalah Devano.
"See? Udah siap nyium kaki gue dan menyerahkan jabatan kapten lo, hm?" Krystal mengulas seringaian tipis di wajah cantiknya. Berjalan mendekat ke arah Metta yang masih menikmati serpihan-serpihan kekalahannya.
Lapangan indoor Cakrawala berubah hening. Mereka yang ada di dalam sini antusias melihat adegan menarik apalagi yang akan terjadi. Pasalnya, Metta baru saja menyenggol orang yang salah. Orang yang pro di atasnya, bahkan jauh.
"Gue akan sujud di kaki lo. Tapi nggak untuk menyerahkan jabatan kapten gue." Ujar Metta mencoba untuk tenang.
"Ternyata selain gede bacot. Lo ternyata nggak fair, ya. Cuma pecundang yang nggak mau nepatin janjinya." Krystal tertawa sarkas.
Metta diam.
"Ini ngejatuhin harga diri lo, bukan? Maka dari itu buat ini berakhir dengan cepat sebelum kekalahan lo yang layaknya pecundang ini semakin membuat lo kayaknya sampah." Krystal menatap Metta dengan seringaian.
Kedua tangan Metta berada di sisi kanan dan kiri tubuhnya terkepal. Matanya berubah menatap tajam Krystal. Minta maaf sembari bersujud mungkin ia rela, meski harga dirinya taruhannya. Tapi menyerahkan jabatan kaptennya, itu yang tidak bisa Metta lakukan. Dan tidak akan ia biarkan Krystal semakin mempermalukannya.
Mengejutkan semua orang, ketika Metta meludah kecil tepat ke dekat kaki Krystal menunjukkan keangkuhannya bahwa ia tidak akan pernah melakukan apapun yang Krystal perintahkan.
"Hanya dalam mimpi lo." Ujar Metta dingin setelah itu.
Lalu berjalan melewati Krystal. Tepat ketika pundak Metta bersisian dengan pundak Krystal. Tangan Krystal mencekal lengan Metta. Percayalah, ekspresi wajah Krystal tenang, tapi dengan cengkraman di lengan Metta yang sangat kuat hingga ringisan kesakitan tidak lagi bisa Metta kontrol di wajahnya.
Dalam sekali hentakan, tubuh Metta tertarik kembali ke hadapan Krystal. Sembari tangan kanannya menyentuh lengan kirinya yang tadi di cengkram oleh Krystal. Ditatapnya Krystal semakin tajam dengan nafas memburu.
"APA-APAAN SIH LO?! LO UDAH BUAT KESABARAN GUE HABIS TAHU NGGAK!" Bentak Metta.
Suasana semakin terasa menegangkan ketika Metta bergerak menjambak rambut Krystal, yang masih berdiri tenang dengan ekspresi yang sulit diartikan. Semua orang yang menyaksikan lantas saja mejerit heboh, Zoey sudah akan maju menolong Krystal, begitupun dengan Lenna yang bermaksud ingin memisahkan Metta. Namun, tangan Krystal terangkat, menghentikan keduanya.
"Bukan kayak gini cara gue berantem. Lo mau tahu seperti apa?" Krystal menatap Metta datar.
Hanya dalam hitungan detik, semua orang yang dibuat menahan nafas ketika Krystal menarik tangan Metta yang menjambak rambutnya, lantas memelintirnya sejenak lalu kembali menariknya ke depan dengan gerakan cepat sehingga tubuh Metta terbanting ke lantai lapangan.
Sembari Metta meringis, Krystal berjongkok di depan gadis itu lantas mencengkram dagu Metta kuat. Mata Metta tetap tajam menatap Krystal, namun kali ini terlihat memerah.
"Berharaplah setelah ini lo nggak akan berurusan lagi dengan gue. Karena kalau sampai kita berurusan lagi, gue akan pastikan bukan hanya ngebanting badan lo. Tapi akan gue pastikan lo menyesal seumur hidup. Karena nyatanya, belum ada dalam sejarah hidup Krystal Berliana Zourist untuk tidak mendapatkan apa yang dia inginkan." Ujar Krystal dengan suara rendah. Lantas menyentak dagu Metta kasar.
Menandakan cengkraman Krystal kuat, terlihat jejak tangan serta kuku-kuku gadis itu tertinggal di pipi mulus Metta.
Dengan santai, Krystal berjalan melangkahi tubuh Metta dalam posisi terlentang di lantai. Sorot mata Krystal datar ke depan, tanpa melirik sekitar.
Krystal kok dilawan! Sudah tahu bukan jika sifat Krystal itu bunglon. Ia bisa baik, bisa juga manja atau cengeng, bisa menjadi trouble maker, tapi juga bisa sadis di waktu lain.
Hanya tinggal bagaimana orang bersikap padanya saja. Ingin melihat sisi Krystal yang mana.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di Cakrawala High School ini bukan hanya fasilitas nya saja yang bagus dan lengkap. Melainkan dari segi makan makam juga sudah disiapkan oleh para juru masak. Jadi siswa-siswi hanya tinggal makan saja, tanpa harus memasak lebih dulu. Dan itu cukup menguntungkan untuk Krystal yang tidak pernah ke dapur selama 18 tahun hidupnya. Jangankan memasak, bumbu-bumbu dapur saja dia banyak yang tidak tahu.
Jam makan malam di Cakrawala pukul 19.00 malam sampai 20.00, jadi selama rentang waktu satu jam tersebut siswa-siswi sudah harus turun ke bawah untuk makan. Karena setelah lewat jam 8, semua siswa-siswi harus kembali ke kamar asrama masing-masing. Tidak diperkenankan lagi untuk berkeliaran di lingkungan sekolah.
Dan sekarang, Krystal bersama Zoey sudah berada di area kantin. Dengan satu catatan dengan semua mata tertuju pada mereka. Mungkin lebih tepatnya pada Krystal. Terutama para kaum adam yang sama sekali tidak berkedip memandangi Krystal sejak gadis itu melangkahkan kaki memasuki kantin.
"Ni orang-orang pada kenapa, sih? Harus banget tiap gue datang dilihatin terus?" Tanya Krystal sedikit risih.
Di Panca Dharma memang Krystal termasuk popular girl. Kalau tidak, mana mungkin Alma---pacar Justin mantannya itu selalu merasa tersaingi jika ada Krystal di sekitar. Selain cantik Krystal juga anak konglomerat. Jadi sudah terbiasa juga menjadi pusat perhatian, namun masalahnya di sini Krystal adalah anak baru yang belum mengenal siapapun disekolah ini.
Bayangkan saja sekarang ia berjalan ke salah satu meja kantin dan ditatap seintens itu oleh orang-orang yang ia tidak kenal.
"Kan gue udah bilang lo itu cantik, mata lo bagus, style lo juga kece punya. Lenna aja visualnya kepental sama lo. Yang paling penting lo berhasil ngalahin si Metta pas basket tadi sore. Ya iyalah, sekarang lo jadi jajaran cewek famous di sini. Paling sebentar lagi lo akan menggeser posisi Lenna jadi primadona Cakrawala." Ujar Zoey.
"Gue? Ck! Nggak salah? Malaikat mau diganti iblis kayak gini?"
"Jangan salah Krys. Justru iblis lebih menarik daripada malaikat. Good girl emang mempesona, tapi bad girl lebih menarik."
Krystal hanya membalasnya dengan senyuman miring yang tipis. Mereka sudah siap dengan nampan masing-masing dan tinggal mencari meja kosong saja.
"Ni orang-orang kelaperan nya pada serentak apa gimana, sih? Penuh banget." Keluh Zoey kesal. Cacing di perutnya sudah meronta-ronta soalnya.
"Tuh ada yang kosong." Seru Krystal saat melihat dua kursi kosong di bagian pojok. Ya mau tidak mau mereka harus sharing dengan yang sudah duduk duluan di sana.
"Nggak papa lah. Daripada nggak ada." Ujar Zoey.
BRUK!
Di tengah perjalanan menuju meja tersebut, Krystal tanpa sengaja bertabrakan dengan seseorang. Karena terlalu kaget, nampan bawaannya terlepas begitu saja ke lantai.
PRANG!
Suara pecahan tersebut langsung saja mencuri atensi semua penghuni kantin. Yang semakin membuat mereka shock adalah siapa yang baru saja Krystal tabrak hingga baju siempunya kotor terkena makanan yang Krystal bawa.
Krystal mendongak ingin melihat siapa yang ditabraknya hingga semua penghuni kantin memasang wajah tegang seperti itu. Dan ini mah bukan mereka saja yang kaget. Krystal pun juga ikut kaget bukan main. Karena orang yang ditabraknya adalah Devano Sebastian Harvey. Manusia yang paling Krystal hindari di sekolah ini atau bahkan dimuka bumi ini.
Tuh kan, lagi-lagi sorot mata cowok itu membuat Krystal mati kutu, bahkan saat hanya sekedar menatapnya saja. Kenapa, ya? Entahlah aura Devano ini sungguh gelap, meski tampan paripurna.
"Sorry, gue nggak sengaja." Kata Krystal meminta maaf dengan datar.
Bermaksud akan berjongkok untuk membersihkan bekas kekacaun yang sudah ia perbuat. Namun, tiba-tiba tangannya dicekal seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Devano. Sehingga Krystal kembali berdiri tegang.
"Lo pikir maaf aja cukup?!" Kata Devano tak kalah datar.
Krystal berusaha menghempaskan cekalan tangan Devano.
"Gue nggak sengaja! Dan gue udah minta maaf! Lo mau gue ngapain lagi?!" Sentak Krystal emosi.
Meski mencoba sekuat tenaga, cekalan cowok itu justru semakin kuat dan Krystal mulai merasakan sakit di pergelangan tangannya.
Yang membuat Krystal kian tidak mengerti kenapa rahang Devano harus sekeras ini? Bahkan sorot mata cowok itu juga sangat tajam, dan seakan-akan ingin memakan Krystal hidup-hidup. Aura yang dipancarkan juga semakin menyeramkan.
Dan Krystal akui, tenaga Devano bukan tandingannya.
"Ikut gue!" Desis Devano dan langsung menyeret Krystal pergi meninggalkan kantin.
Melihat bagaimana Krystal meronta membuat Zoey panik. Ia akan berlari mengejar, namun langkahnya justru ditahan oleh tiga teman Devano yang lain.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara itu di sepanjang koridor Cakrawala High School, Krystal terus berusaha memberontak. Ia bahkan memukuli lengan kekar Devano dengan brutal. Tapi seperti tidak ada pengaruh di cowok itu.
Di kala Krystal mencoba melepaskan diri. Otak Krystal juga mulai bekerja serta peperangan batin mulai melanda. Krystal baru sadar jika sekarang ia di tarik menuju asrama perempuan, tepatnya menuju ke arah kamarnya. Otaknya langsung menginterupsi nya untuk segera melepaskan diri. Panik, sungguh Krystal panik.
Kenapa Devano membawanya ke kamar?
"Lepas!!" Krystal berusaha melepaskan genggaman laki-laki itu. Tapi genggaman itu justru semakin menguat.
Tidak habis akal, Krystal menendang kaki Devano cukup kuat. Pegangan tangan itu terlepas dan Krystal langsung memanfaatkan keadaan dengan berlari cepat. Namun, belum apa-apa pinggangnya sudah direngkuh dan diangkat oleh cowok itu dengan entengnya.
Krystal jelas memberontak dan menendang-nendang kan kakinya di udara. Devano mengeluarkan sebuah kunci dari dalam saku celananya. Lantas membuka pintu. Krystal yang melihat itu sangat kaget. Bagaimana mungkin Devano bisa memiliki kunci kamarnya? Sementara itu Krystal tetap sibuk dengan pemberontakan nya yang memegang pinggiran pintu saat Devano membawanya masuk ke dalam ruangan tersebut. Pemberontakan Krystal ini persis seperti orang yang akan mendapatkan tindakan pelecehan seksual.
"LEPASIN GUE!!! LEPASIN!!" Teriak Krystal sekencang mungkin, dan memukul-mukuli lengan Devano yang berada di perutnya.
"LEPASIN GUE!!!"
BRUK!
Krystal bukan main ketika tubuhnya dilemparkan begitu saja oleh Devano ke atas ranjang.
Panik!
Krystal langsung saja bangkit. Nafasnya memburu hebat. Ia berlari ke arah pintu, namun terlambat karena Devano sudah lebih dulu menguncinya. Krystal meronta, dengan mudah Devano kembali menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Saat Krystal mengambil kunci di dalam saku celananya, Devano sudah lebih dulu merebut benda kecil itu.
"MAU LO APA SIH?! BUKA PINTUNYA!!" Jerit Krystal histeris. Matanya menatap nyalang pada Devano yang mengobrak-barik lemari kacanya.
Spontan beringsut mundur saat cowok itu melangkah lebar ke arahnya dengan sorot mata yang tak kalah tajam. Lalu melempar sepasang piyama tidur lengan panjang ke atas kasur.
"Ganti!" Titahnya datar, namun sarat akan perintah yang mencekam.
Krystal mengernyit, ia memang hanya mengenakan kaos putih oversize dipadukan dengan hot pants yang memperlihatkan paha mulusnya. Tapi itu masih termasuk sopan kok. Bahkan siswi yang lain saja tadi ada yang hanya mengenakan tank top.
"Gue nggak mau!" Tolak Krystal mentah-mentah.
Semakin melangkah mundur kala Devano melangkah mendekat. Krystal mencengkram ujung kaosnya berusaha mengalihkan rasa takutnya dan tetap menantang mata elang tersebut.
Tangan besar itu menyentuh dagunya dan memaksanya untuk mendongak. Sembari Devano menundukkan wajahnya hingga sejajar dengan wajah Krystal.
"Ganti! Atau hal yang tidak kamu inginkan akan terjadi di sini, Sayang!" Sarat akan penekanan.
"Gue nggak mau! Lo nggak ada hal ngatur-ngatur cara gue berpakaian! Lo..."
BUGH!
"AKU BILANG GANTI!!!" Bentak Devano.
Krystal terperanjat kaget refleks menjauhi Devano. Ia terkejut, terlebih cowok itu melayangkan pukulan ke tembok di belakangnya. Wajah Devano bahkan sangat menyeramkan sekarang.
Krystal memang biasa bertengkar dengan sang Papa. Meski begitu, ia tetap akan berakhir menangis sendirian setelahnya.
Seakan tersadar atas apa yang baru ia lakukan. Devano bermaksud akan meraup Krystal ke dalam pelukannya, namun tubuhnya justru di dorong cukup kuat.
Mengusap wajahnya kasar. Devano melangkah mendekati Krystal yang menjatuhkan dirinya tengkurap di atas ranjang. Isakan lirih yang teredam terdengar olehnya.
"Maaf. Maaf, Sayang." Bisik Devano mengusap kepala Krystal, mengecupnya berulang kali penuh kelembutan.
Inilah Devano, posesif, ia tidak suka miliknya dilihat oleh banyak orang.