NovelToon NovelToon
Pembalasan Istri Lemahku

Pembalasan Istri Lemahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta Paksa / Tukar Pasangan
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Elmu

Laras terbangun di tubuh wanita bernama Bunga. Bunga adalah seorang istri yang kerap disiksa suami dan keluarganya. Karna itu, Laras berniat membalaskan dendam atas penyiksaan yang selama ini dirasakan Bunga. Disisi lain, Laras berharap dia bisa kembali ke tubuhnya lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Elmu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mulai Paham

Ada beberapa hal yang Laras pahami. Pernikahan Bunga dan Aksa adalah permintaan orang tua Aksa. Bunga yatim piatu, sedangkan orang tua Bunga adalah sahabat orang tua Aksa. Karna itu mereka dijodohkan. Sebenarnya mereka tidak mau, tapi tidak bisa menolak. Akhirnya mereka terpaksa mau. Dengan catatan, mereka punya perjanjian yang sama-sama saling mereka sepakati.

Secara usia, Bunga tiga tahun lebih tua darinya. Saat ini usia Laras dua satu. Berarti Bunga berusia dua puluh empat. Sedangkan Aksa, pria itu berumur dua delapan. Empat tahun lebih tua dari Bunga, dan berjarak tujuh tahun darinya. Lumayan jauh juga jaraknya.

Menilik dari foto-foto yang dia temukan di kamar Bunga, sepertinya selera mereka bertolak belakang. Bunga terkesan feminim dan lembut. Sorot matanya di setiap foto terkesan menyimpan sesuatu. Sedangkan dirinya cenderung asal-asalan. Bi Imah saja sempat terkejut saat mendengar teriakan menggelegarnya memaki Aksa. Bi Imah bahkan sampai mematung di tempat. Syok. Dia baru tahu kalau sifat Bunga ternyata lembut. Bi Imah juga yang cerita. Sedangkan Aksa, pria itu sama sekali tidak mengomentari keterbalikan sifatnya dengan Bunga. Mungkin pria itu memahami dirinya yang kehilangan jati diri ini.

.

.

Kepala menyembul dari balik pintu. Melongok mengintip situasi.

"Oke, sip. Gak ada orang."

Didorong rasa penasarannya, Laras nekat ke kamar Aksa. Tentunya setelah memastikan tidak ada pria itu di dalam. Mengendap-endap masuk dengan kaki berjinjit hati-hati. Tujuannya adalah lemari buku besar. Dia bahkan sampai berjinjit meneliti cepat setiap judul. Tapi gak ada yang mencurigakan. Kebanyakan judulnya terlalu sulit untuk lidahnya cerna. Bahasa Inggris masih mending. Lah ini, entah buku dari negara mana. Keren juga bacaan Aksa.

Tidak mendapati apa yang dicarinya, Laras pindah lokasi. Menarik laci di meja kerja Aksa. Tapi sama saja. Dia gak menemukannya.

"Dia simpan dimana sih?" Gerutunya, mulai kesal.

Netranya menelisik sekitar. Kamar Aksa lebih luas dua kali lipat dari kamarnya. Kamar bernuansa hitam tanpa warna mencolok.

"Apa jangan-jangan dia simpan di lemari bajunya?" Laras memekik sendiri, dan gegas mewujudkan dugaannya.

Tangan kecilnya membuka bawah lipatan baju. Juga sela-sela baju yang digantung. Gak bakal ada sih. Tapi biasanya, bawah baju menjadi tempat penyimpanan favorit orang-orang. Laras menutup lemarinya. Pindah di sisi sebelah. Menarik laci panjang. Netranya membelalak melihat isinya.

"Gila," gumamnya, mendecak. Dia sempat hendak menutupnya lagi, tapi tiba-tiba muncul dugaan lagi. Jadi, dengan sedikit berjengit, dia memeriksa sela-sela cd yang tertata rapi itu. Ide gila, memang. Tapi siapa tahu, Aksa menyembunyikannya di antara tumpukan cd warna gelap ini.

"Sedang apa kamu?!"

Laras terhenyak. Menarik reflek tangannya. Berikut sesuatu yang ikut dalam genggamannya. Kembali terkesip mendapat pemandangan didepannya. Aksa dalam balutan handuk sepinggang. Rambut basahnya menunjukkan kalau pria itu baru saja dari kamar mandi. Laras menelan salivanya kasar, netra nakalnya menatap lekat bagian atas yang tidak tertutup handuk. Aksa sekekar itu.

Tidak mendapati jawaban dari gadis itu, Aksa berjalan mendekat. Membuka lemari baju di samping Laras. Gadis itu masih membeku dengan mata melotot tanpa kedip. Berperang dengan pikiran kotornya.

"Kamu mau melihatku berganti pakaian?" Tukas Aksa.

Laras terkesip. Sadar dari lamunannya. Buru-buru membuang pandangan. Padahal dia baru saja kepergok. Harusnya dia pergi saja dari sini, bukan? Ah, otak dan kakinya gak sinkron.

Beberapa saat kemudian, terdengar langkah menjauh. Aroma sabun maskulin memenuhi ruangan. Laras masing berdiri di tempatnya. Tidak berani berbalik.

Aksa berjalan ke ranjang. Duduk di tepian. Dia sudah berpakaian lengkap. Ah, maksudnya pakaian santai, kaos dan celana panjang. Wajahnya lebih fresh. Aura-aura habis mandi. Tapi tidak dengan sorotnya. Tatapan tajamnya mengarah padanya penuh selidik.

"Apa yang kamu lakukan di kamarku?" Interogasinya tanpa basa basi.

Bukannya menjawab, Laras salah tingkah. Menggaruk pelipisnya yang tak gatal.

"A-aku ..." gugupnya. "Eh, enggak." Menggeleng.

"Enggak? Jelas-jelas kamu di kamarku."

Iya juga. Laras kicep.

"Kamu mencari sesuatu?" Aksa menyilangkan lengannya, mata tajamnya menyorot selidik.

Laras menelan salivanya. Meremat sesuatu di tangannya.

"Itu ..." jedanya. "Ah! Gue nyari surat perjanjian nikah. Gue penasaran," akunya. Tapi memang itu tujuannya.

Aksa masih menyorotnya. Seolah tak percaya.

"Gak percaya? Terserah. Orang gue beneran nyari itu. Gue gak nemu di kamarnya Bunga. Gue kan juga perlu tahu, isi perjanjiannya apa aja. Siapa tahu, ternyata ngerugiin gue. Ogah dong gue. Secara kalian yang buat perjanjian, masak gue yang nanggung rugi," cerocosnya, setengah ngegas. Aslinya mah karna menutupi malunya gara-gara ketahuan.

Aksa manggut-manggut. Lantas beranjak dari duduknya. Berjalan ke arah lemari buku. Laras menatapnya tak percaya. Padahal dia tadi juga memeriksa rak. Tapi dia gak nemuin tuh. Padahal gampang banget tuh. Apa karna dia gak fokus, jadi matanya silap.

Aksa menghampirinya. Menyodorkan ke padanya.

"Selain ini, apa kamu berniat mengambil punyaku juga?"

Dahi Laras mengerut. Bingung.

Aksa menunjuk dengan dagunya. Mengikuti arah pandang pria itu, Laras memekik, reflek melempar cd hitam dari tangannya.

"Ah! Ngapain gue ngambil kancut!"

Aksa menghela napas. Berjongkok mengambil cd-nya yang dijatuhkan Laras. Lantas mengacungkan pada Laras. Hitam menyala abangku.

"Bawa saja."

Laras bergidik. Merebut map dari tangan Aksa. Buru-buru lari keluar dari kamar Aksa sampai hampir terjungkal karna tersandung kakinya sendiri. Wajahnya merah padam.

Aksa terkekeh kecil. Lantas menyimpan cd nya ke tempat semula.

.

.

Di kamar Laras memaki-maki dirinya. Dia malu setengah mati. Bisa-bisanya tangannya tanpa sadar megangin benda hitam itu. Hampir aja dia nyolong kancut.

"Aiish! Kayaknya otak lo emang gesrek, Bung. Apa sebelumnya pikiran lo emang sekotor ini kalau lagi sama Aksa? Wah, gila."

Tapi, Aksa emang ganteng sih. Tubuh tingginya sesuai dengan kaki jenjang nan berotot liat. Sangat proporsional. Dibilang big seperti atlit juga gak terlalu. Dan justru tubuh seperti itu yang diidam-idamkannya. Tinggi kekar namun proporsional. Nyaman buat dipeluk. Eh (!)

"Aaahhhaah! Mulai! Mulai!" Menepuk-nepuk pelipisnya. "Fokus! Fokus!"

Gadis itu tengkurap. Mengeluarkan isi map. Di dalamnya ada bundel kertas tidak terlalu tipis, tapi juga gak tebal.

Proposal Agreement - Aksara Bimasena Anggara & Bunga Ferlisya.

"Nikah aja pake perjanjian segala, mereka nih. Ck," cibirnya. Membuka halaman pertama. Menelisik setiap huruf yang tertera. Sesekali dahinya mengerut tipis memahami kalimat demi kalimat.

"Jika pihak A, & atau B memiliki pasangan, tidak boleh mencampuri hubungan. Tidak boleh mengganggu pasangan masing-masing. Dih, berarti meski udah nikah, boleh dong pacaran sama yang lain? Aneh. Se-gak sakral gini ya, pernikahan zaman sekarang," decak Laras. 

"Pihak A & B bebas menjalani kehidupan pribadinya. Tidak ada larangan."

Laras manggut-manggut. Oke lah.

Tidak ada poin yang mengganggu. Sepertinya keduanya sepakat tidak akan merugikan salah satu.

"Tidak ada skinship intens. Jika ada yang memulai lebih dulu tanpa persetujuan, pihak yang dirugikan berhak meminta kompensasi apapun. Wow! Daebak!" Laras spontan bertepuk tangan. "Keren juga mereka. Biasanya orang buat perjanjian itu atas dasar siapa yang paling kuat. Tapi ini enggak. Keren ... keren."

Tapi, tepuk tangannya terhenti. Tiba-tiba dia ingat kejadian di mobil beberapa hari yang lalu. Momen yang membuat jantungnya tidak sehat. Berdetak lebih dari biasanya. Tangannya mengarah ke dada. Degupan itu terasa lagi, padahal dia hanya membayangkan.

"Apa jangan-jangan lo emang suka dia, Bung? Lo suka Aksa, tapi Aksa gak suka sama lo? Lo jatuh cinta sepihak, ya?"

Nyeri. Ulu hatinya terasa nyeri hanya karna dia menawarkan opsi itu. Jadi, apa benar, kalau sebenarnya Bunga terjebak di pernikahan kontrak itu. Kalau iya, berarti isi perjanjian ini tidak lagi adil dong untuk Bunga. Isi perjanjian itu pasti menyakitinya. Apalagi poin terakhir dengan jelas mengungkap, 'tidak ada cinta dalam pernikahan. Dilarang jatuh cinta.'

Laras membuang napas kasar. "Duh,  Bung. Harusnya lo gak usah mendaratkan perasaan sama dia," simpatinya. "Tapi tenang aja, gue bakal bantu buat buang perasaan itu. Tenang aja," janjinya, menepuk keberadaan hatinya dengan senyum lembut.

1
kuncayang9
keren ih, idenya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!