Aaron, seorang duda dengan dua anak, di mintai pertolongan oleh kedua sahabatnya yang ada di depannya. Dan permintaan dua orang di depannya ini, adalah sebuah permintaan yang tidak pernah ia bayangkan seumur hidupnya.
Apakah jawaban yang akan di berikan Aaron?
Seperti apakah kehidupan Aaron setelah memberikan jawaban?
Ayo langsung saja baca ceritanya!
NOTE*
mohon dukungannya dengan menonton iklan,like dan komen sebagai dukungan untuk saya☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erlangz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Penjelasan dari Aaron
"Hmm, ada apa ini Aaron, ada sesuatu yang mau kamu katakan sama ibu?" tanya Rani, lebih ke interogasi.
Menurut Rani, Aaron yang sedang memangku Raya itu sedikit membingungkan. Karena bagaimanapun Raya itu sudah remaja beranjak dewasa, dia takut jika saja Aaron menggoda Raya atau sebaliknya, akan terjadi sesuatu yang di luar batas.
Ia tahu bahwa Raya itu anak dari Keenan dan Dayana, sahabat dari putranya Aaron. ia juga sudah mengganggap kedua orang tua Raya seperti anaknya sendiri, Rani tidak mau kesalahpahaman kecil nantinya menimbulkan masalah besar.
Ibu dan anak itu memilih menjauh beberapa jarak dari anak-anak, tetapi masih dapat melihat Naya dan Rafael melihat Raya dengan tatapan tajam, membuat Raya jadi menunduk takut dan tidak berani mendongakkan kepalanya.
"Mama tahu, Raya itu anaknya polos dan pemalu, jadi nggak mungkin dia godain kamu duluan, sampai mau dipangku sama kamu. Jadi sekarang ngaku, kamu yang godain Raya duluan, kan?!!" ucap Rani penuh dengan tekanan yang membuat Aaron menjadi syok mendengar setiap kata-kata ibunya.
"Mamah tenang dulu, Aaron bisa jelasin kok, mah," Aaron menghela napas panjang, ia akan memberitahu ibunya semuanya dengan terus terang.
Aaron pun menjelaskan apa terjadi, mulai dari permintaan Keenan dan Dayana dari awal sampai akhir, tanpa di kurangi atau ditambahi. Aaron juga memberitahu apa yang dikatakan Keenan dan Dayana padanya. Untung saja Rani tidak punya penyakit jantung, karena jika punya, ia mungkin akan langsung di bawa ke rumah sakit ketika selesai mendengar penjelasan anaknya.
"Aduh mama nggak tau mau gimana, Aaron, harusnya kamu undang mama kalau mau menikah dengan Raya, tapi ya sudahlah semuanya sudah terjadi," Rani mengatur napasnya yang tersengal-sengal.
"Mamah nggak marah kan?" Aaron takut mamahnya akan melakukan tindakan seperti di acara sinetron yang sering mamahnya tonton di TV.
Raya itu bukan tipe menantu idaman mamahnya dan Aaron takut sinetron yang sering di tonton mamahnya itu jadi membuat mamahnya berpikir seperti yang ada di sinetron.
"Kamu pikir mamah ini kayak ibu-ibu yang ada di sinetron lebay di TV?"ucap Rani.
"Ya mungkin aja..." Aaron memelankan suaranya ketika melihat mata mamahnya yang melotot padanya "terus sekarang, Aaron harus apa Mah?"
"Yasudah, semuanya juga sudah terlanjur, kamu turuti saja permintaan Keenan dan Dayana, biar gimanapun juga Raya sudah sah jadi istri kamu kan, mau gimana lagi?" Kata Rani balik bertanya.
"Mama memangnya nggak apa-apa punya mantu kayak Raya?" tanya Aaron lagi.
"Memang Raya kenapa?, Dia juga imut kok, mama suka nggak seperti mantan pacar-pacar kamu yang dulu. Lagian kamu ini juga kelamaan menduda, Naya dan Rafael juga butuh sosok seorang ibu! Kamu sudah sering mamah carikan jodoh tapi nggak pernah mau! eh sekarang tau-tau udah nikah lagi aja!" ucap Rani lagi.
"Itu kan bukan aku yang mau, mah. Mamah yakin Raya bisa jadi sosok ibu buat Naya dan Rafael?" tanya Aaron.
Rani memegang kepalanya, Raya memang bukan sosok ibu, tapi daripada mantan pacar anaknya, "menurut mamah, Raya malah jadi seperti anak ketiga buat kamu."
Rani mendekati Raya, merasa kasihan pada nya. Gadis yang terbiasa dimanja oleh orangtuanya kini dititipkan ke anaknya, menjadi istri pula. Sisa-sisa tangis nya masih terdengar, Rani memeluk Raya dan membuat Raya merasa nyaman karena rasanya sama seperti pelukan ibunya.
"Sudah sayang, jangan sedih lagi ya, ayah sama ibu kamu pasti nanti pulang." ucap Rani dan merasakan anggukan dari Raya.
"Maafin Naya juga ya, udah narik rambut kamu," kata Rani lagi.
"Iya, nek," ucapnya meski terdengar pelan.
Rani dengan lembut mengusap kepala Raya.
Raya merasa bisa bernapas lega sekarang, karena Naya dan Rafael sudah dibawa paman Aaron ke kamar mereka.
"Raya ngantuk, nek," ucap gadis itu pada akhirnya karena memang sudah lelah dan ngantuk, dia terus menahan kantuknya ia malu karena ini bukan rumahnya dan tidak tau mau tidur dimana.
"Raya mau tidur?" tanya Rani dibalas dengan anggukan dari Raya.
Gadis itu pasti kelelahan, wajar saja karena sudah menangis selama berjam-jam lamanya.
"Nenek antar kamu ke kamar kamu, ya?" ucap Rani sambil menuntun Raya di pelukannya. Raya merasa senang sambil berjalan perlahan-lahan meninggalkan ruangan tamu.
"Ke kamarnya Raya, nek?"
"Iya, ke kamar kamu,"
"Berarti Raya bakal pulang, nek?"
"Enggak begitu sayang, kamu bakal tidur disini," ucap Rani sambil membuka pintu putih, Rani menuntun Raya masuk ke kamar itu.
Raya merasa tidak nyaman dengan kamar itu, karena semuanya berwarna hitam dan membuat nya takut.
"Tapi ini bukan kamar Raya," ucap gadis itu.
Rani yang menemaninya memberikan senyuman pengertian."Nanti kamu minta saja sama Mas Aaron untuk ubah ulang desain kamarnya, ya, sekarang yang penting kamu bisa tidur dulu, sayang."
Walaupun tidak mengerti semua yang dikatakan wanita yang dia panggil nenek itu, Raya tetap menganggukkan kepalanya pura-pura paham. Ia dibantu merebahkan tubuh nya oleh Rani, dan menarik selimut sampai ke dada agar Raya lebih nyaman.
"Sekarang, kamu tidur ya, kalau mau sesuatu kamu panggil nenek, ya!"
Raya hanya mengangguk tanpa sadar, karena ketika kepalanya menyentuh bantal ia langsung memejamkan matanya dan tertidur pulas saking kelelahannya.
"Kasihan nya kamu..." ucap Rani sambil membelai kepala Raya.
Rani merasa, ia akan menyukai Raya menjadi menantunya. Raya sangat penurut, tapi ia sedikit kesal juga karena di panggil nenek. Raya mungkin tidak tahu orang yang dipanggil nenek itu adalah mertuanya. Ia berharap Aaron bisa membimbing menantunya yang polos itu.