Dendam Sukma

Tomo dan Zayn memang datang untuk minta tolong, tadi usai menguburkan Melisa dan juga Clara. Tomo mendatangi rumah nya Zayn untuk minta di antarkan kerumah nya Purnama atau Arya, tapi Tomo memang ingin kerumah Arya saja agar lebih enak ngobrol sesama pria saja, kalau dengan Purnama akan agak sungkan.

Sebab siapa yang tidak kenal dengan dua beradik ini, hanya saja Tomo takut mau datang sendiri dan dia juga lebih memilih minta tolong pada Arya saja. sebab dia sudah sempat beberapa kali ngobrol dengan Arya saat di desa Bakti Reso, seolah sudah ada pembicaraan dan tidak ada rasa canggung lagi di antara mereka.

Bila dengan Purnama masih ada rasa canggung dan ada rasa takut juga bila sampai di hantam oleh wanita kejam dan sadis ini, Tomo juga sering mendengar bahwa jangan sampai cari masalah dengan Purnama bila tidak mau celaka. biar pun laki laki maka dia masih saja sanggup membanting, maka nya lebih baik tak usah punya urusan dengan Purnama.

Tapi dengan kedatangan Tomo kesini maka sudah pasti dia akan punya urusan dengan Purnama, sebab walau dia tidak minta tolong sekalipun pada Purnama dan Arya. dua ular ini pasti akan mengusut sampai tuntas soal masalah di desa sebelah, sebab anak mereka juga di rasa ada sangkut paut nya dengan masalah ini sekarang.

Di tambah pula Tomo minta tolong sehingga sudah pasti mereka pun kerja sama untuk membantu, alasan nya juga cukup kuat. baik Arya atau pun Purnama, mereka masih tidak tau harus bertindak bagai mana bila tau yang membuat onar itu adalah anak mereka berdua.

Sebenar nya Purnama juga menunggu akan kedatangan nya arwah Sukma, bahkan member juga mencari arwah Sukma untuk di bawa keagensi ini agar bisa di urus oleh Purnama seperti Andini kemarin. sayang nya malah tidak ketemu, sehingga mereka masih saja terus berusaha sekuat tenaga agar bisa ketemu.

"Pak Tomo mau minta tolong, maka nya ku antar dia kesini." Zayn yang memulai bicara.

"Soal yang kemarin itu loh, Mas! tadi malam anak saya menyusul juga, Melisa meninggal di dalam kamar nya." jelas Tomo.

"Tapi menantu nya yang meninggal dalam kamar, Pak." ralat Arya karena mengira Tomo salah bicara.

"Itu kan Clara, ini Melisa anak saya yang nomor tiga." jawab Tomo lagi.

"Berarti anak mu sudah meninggal tiga dan menantu satu?" Purnama angkat suara.

"Benar, saya kesini karena mau minta tolong agar kalian bisa memberikan sedikit tangkal agar Delisa dan Reno juga tidak jadi korban." ujar Tomo menatap Purnama ragu ragu.

"Aku sudah menyarankan juga agar beliau semakin mendekat kan diri pada Allah, jangan sampai meninggalkan sholat lima waktu." ujar Zayn.

"Adik mu itu yang harus kau tatar dulu, awal mula masalah ini dari dia!" Purnama mendadak saja menggeram marah.

"Anjar? apa dia membuat masalah, Mbak!" kaget Tomo langsung cemas.

Purnama menarik nafas berat karena baru saja Arjuna membisikan kata kata bahwa awal mula masalah ini dari Anjar adik nya Tomo, bila ketemu langsung maka Purnama bisa membaca pikiran nya dan dia akan menghabisi Anjar saja. maka Purnama bergegas bangkit, biar lah masalah Tomo di urus dengan Arya saja.

"Urus dia, aku akan keluar!" Purnama pergi dari kursi nya.

"Kakak mau kemana?" Arya heran juga karena tadi melihat Arjuna berbisik.

"Selesaikan masalah yang ini, tidak mesti kau dan aku harus sama sama!" bentak Purnama membuat Tomo keringat dingin.

"Pur!" Zayn menegur Adik nya yang mulai tak bisa mengontrol emosi.

Purnama segera pergi dari rumah nya Arya, sekarang harus gerak cepat untuk menyelesaikan masalah satu demi satu, walau tidak langsung semua. namun bisa sedikit demi sedikit saja, kalau semua ya pasti tak akan menemukan jalan keluar, mana sekarang otak Purnama juga sibuk bergemuruh karena rasa curiga nya pada dua bocah itu kian besar saja.

"Pur aku pergi dulu!" Maharani berpamitan tergesa gesa.

"Kau mau kemana?" tanya Purnama karena sebenar nya Maharani mau di suruh mengawasi dua bocah.

"Ada wanita yang bernama Anjar sudah mengusik ku, anak buah ku di ambil satu untuk keperluan dia!" Maharani marah sekali.

"Anjar? kau mau kedesa Bakti Reso." kaget Purnama.

"Iya! kata Cakra dia adalah adik nya Tomo si Tuan tanah yang anak nya mati itu." angguk Maharani.

"Ayo pergi bersama ku, aku juga ada keperluan dengan dia!" Purnama segera menggandeng tangan Kakak nya agar di bawa pergi dari sini dan menuju kediaman Anjar di desa sebelah.

Arjuna yang sudah memberikan informasi segera kembali lagi menuju halaman belakang karena dia ingin duduk fokus untuk meramal masa depan, tugas berat nya adalah meramal dua bocah itu sehingga tidak boleh salah. Arjuna bisa sedikit memberi bocoran bagai mana tindakan dari lawan, sebab dia bisa membaca nya bila sedang fokus.

WUUSSSSH.

"Siapa kau?" Arjuna tau ada yang datang.

"Jangan campuri urusan ku bila kau tidak mau celaka!" ancam pemangsa.

"Tampak nya kau berusaha keras untuk menyembunyikan identitas mu, sampai suara pun kau samarkan." ejek Arjuna.

"DIAAAM! berhenti membuat masalah atau kau akan musnah." ancam pemangsa lagi dengan amarah yang begitu besar.

WUSSSSH.

BRASSHHH.

Arjuna cepat menghindar karena tahu serangan yang begitu dahsyat akan menghampiri nya, sekarang dia bisa melihat bahwa ini lah pemangsa itu. namun semua nya di samarkan, mulai dari wajah yang di tutup caping dan kurungan hitam, namun Arjuna menyadari bahwa ini adalah arwah nya Sukma yang sedang di mainkan oleh pemangsa.

"Kau kah yang membuat arwah ini menjadi jahat, Arka?" Arjuna langsung menebak nama.

WUUSSSH.

Cahaya hitam pekat keluar dari telapak tangan arwah Sukma yang berlindung di balik caping hitam, gerakan nya sangat kaku karena sebenar nya Sukma menolak untuk berbuat begini, cuma yang mengendalikan nya jauh lebih sakti.

Kraaaak.

Sriiiinggg.

Sagara datang membantu dan ingin membekukan arwah Sukma, sayang nya gagal karena Sukma sudah kabur duluan dan mata mereka menyaksikan sendiri bagai mana ada yang kekuar dari arwah Sukma dan bayangan itu begitu cepat sekali.

Craaassh.

"Aksara!" Arjuna kaget karena Aksara menebas bayangan hitam itu.

"Dia terluka, pedang ku berdarah." Aksara melihat darah di pedang.

"Nanti bisa katakan pada Purnama, agar mereka melihat kondisi nya Zahra atau Arka." bisik Sagara.

Aksara mengangguk sembari mencium bau darah yang menempel di pedang nya, entah kenapa dia begitu yakin bahwa ini memang ulah Zahra, di tambah Purnama juga curiga pada anak nya sendiri. sehingga sudah pasti rasa curiga Aksara kian besar, walau belum tentu benar juga ada nya.

Like dan comen yang banyak, othor mau beli kaca mata ini🤣🤣🤪