Mitha, Gadis Kaya yang mendadak miskin karena sang ayah direbut Pelakor. Hidupnya berubah 180⁰ sehingga pekerjaan apapun dia geluti demi menafkahi sang mama yang sakit-sakitan. Dia bergabung menjadi Pasukan Orange DKI Jakarta
Selama menjalani profesinya menjadi pasukan orange banyak ujian dan cobaan. Dan Mitha menemukan cinta sejati di lingkungan kerjanya, seorang lelaki yang berkedudukan tinggi tapi sudah beristri.
Apakah dia juga akan menjadi Pelakor seperti perempuan yang merebut ayahnya dari mamanya?? Yuk..di subscribe dan ikuti ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketemu Revaldo lagi
Test wawancara, test berkas dan test tertulis sudah di jalani. Ternyata orang-orang yang sudah lama bekerja sebagai pasukan orange tetap mengikuti aturan perpanjangan kontrak. Jadi Mitha dan PPSU lama juga berada dalam satu ruangan test.
"Lo baru ngelamar yak?" tanya Bu Een, PPSU yang sudah lama kerja di kelurahan selama lima tahun
"Iya Bu, semoga ada rezeki saya di sini" Mitha mengangguk sopan
"Sayang banget muka Lo cakep, body goals kerja di lapangan kayak kita. Emang Lo bisa nyapu jalanan neng?"
"Kerjaan apapun saya jalanin Bu, yang penting halal"
"Eh Lo bukannya yang ngontrak di rumah bude Narto ya!" tanya lelaki setengah baya yang perutnya buncit
"Iya pak"
"Panggil gw bang Mul aja"
"Iya bang Mul"
"Bukannya Lo kerja malem yak, kayak Cafe dugem gitu"
Deg!!
Hati Mitha jadi ga enak, kuatir mereka menganggap dia cewe gampangan
"Demi beli obat mama saya, kerjaan malem juga saya ambil. Tapi sekarang udah keluar bang. Bangkrut!" Mitha berusaha menjelaskan tujuannya kerja hanya untuk biaya hidup
"Bagus dah, kalau buat ngobatin orangtua harus pake duit halal biar orang tua Lo cepet sembuh. Mendingan kerjaan kotor sama sampah daripada numpuk dosa"
Bang Mul ternyata ga seburuk pikiran Mitha di awal. Dia lebih kayak ngemong gitu.
Seminggu hasil semua test keluar. Pengumuman ditempel di kelurahan. Alhamdulillah namaku ada di sana.
"Mitha, nama Lo ada tuh" Bu Een mengedipkan matanya
"eehh iya Bu, Alhamdulillah"
"Yang bener ya neng kerjanya, biar berkah hidup Lo. Ibu Lo cepet sembuh" bang Mul nasehatin
Para pasukan orange lainnya ikutan nimbrung bersama mereka, ternyata banyak diantara mereka juga lulusan sarjana. Mereka banyak support Mitha untuk tidak perlu malu mencari nafkah apapun itu yang penting halal, katanya.
"Nanti kalo Lo butuh shift malem bisa tukeran Ama gue, Mit. Lo kan kalau pagi kudu ngurusin ibu Lo yak" Bang Bejo berusaha membuka pertemanan
"Iya bang terima kasih" Mitha tersenyum
"Ehh katanya dengar-dengar pak lurah mau ganti, Jo" Tanya Bu Een
"Katanya mah begitu, dua bulanan lagi geser dia jadi ke kecamatan. Pengganti barunya lulusan IPDN pindahan dari Kalimantan"
"Wahh biasa nih kalau lulusan IPDN jadi lurah, orangnya royal ye" imbuh Bu Een
"Tau juga dah Mpok"
"Mit, Minggu depan Lo mulai ikut apel pagi, sekalian keluar jadwal shift" kata bang Mul
"Iya bang"
****
Mitha mendorong kursi roda mamanya keluar dari ruang poli internis, sebulan dua kali memang ibunya harus kontrol.
"Ma, Mitha tebus obat dulu ya ma" Ibunya mengangguk
Mitha ke loket apotik menyodorkan kertas resep dari dokter Dila.
"Mau ditebus semua apa setengah mba Mitha" Apoteker langganannya memang tau keuangan Mitha
"Setengah dulu mba, uang jualan lilin belom masuk" Mitha tersenyum
Mitha memang rajin membuat handy crafts berupa lilin aromaterapi, pesanan bouquet dan hantaran. Buat nambah-nambah pemasukan.
Terkadang Lusi apoteker yang bekerja di rumah sakit tempat dia berobat selalu memberikan kasbon
"Mitha, belum pulang?" tanya dokter Dilla yang mendekatinya, dia berjalan berdua dengan seorang pria muda
"Hei, kita ketemu lagi" sapa Revaldo pada Mitha
Mitha yang baru sadar kalau orang di sebelah dokter Dilla adalah Revaldo hanya tersenyum tipis.
"Ini mau pulang dok, lagi nunggu ojek online"
"Aku anterin aja" kata Revaldo
"Terima kasih Rey, ga usah" tolak Mitha
"engga apa-apa" Rey langsung menarik lengan Mitha
"Rey, aku bawa mamaku" Mitha menolak pegangan tangan Rey
"Owh" Rey garuk-garuk kepala
"Permisi dokter Dilla, Rey" Mitha memisahkan diri
Mitha mendorong kursi roda mamanya ke arah lobi, ternyata Rey mengikutinya dari belakang. Saat Mitha sedang memesan taksi online, Rey mengangkat mamanya ke arah parkiran.
"Mitha kamu bawa kursi rodanya" Teriaknya sambil menggendong
"Ehh...Rey!" Mau gak mau Mitha mengikuti Rey ke arah mobil yang terparkir tidak jauh dari lobi, tempat parkir VIP.
Mama Mitha sudah duduk di bangku penumpang bagian belakang. Mitha lalu memasukan kursi rodanya di samping mamanya
"Kenapa jadi aku ngerepotin kamu sih, Rey"
"Aku ga repot, Mit. Kerjaanku lagi santai. Makanya tadi sempetin ke rumah sakit" Rey melajukan mobilnya ke jalan raya
"Kamu sakit?" tanya Mitha
"He-um"
"Sakit apa?" Rey melirik kaca spion di tengah, memastikan mama tidak mendengar bisikannya
"Autophobia" bisiknya. Mitha mengernyit, "Apaan tuh, ga tau" ikut berbisik
"Googling aja deh" Mitha mengangguk.
"Aku turunin kamu dimana nih, karena tempat kamu waktu itu turun ga ada perumahan tuh" Rey melirik sinis ke arah Mitha
"Iya maaf Rey, aku biasa begitu kalau numpang mobil sama orang" Mitha menoleh ke arah mama nya yang sudah tertidur
"Masuk gang itu Rey, terus turunan ke kiri" Rey tersenyum sambil geleng-geleng kepala.
"Ga mungkin kan, gw turun di jalan secara bawa mama. Kasian mama kalau harus kepanasan sepanjang jalan di depan gang" batin Mitha
Rey menggendong Bu Laras sampai ke dalam rumah dari gang tempat mobilnya di parkir. Biasanya aku yang gendong mama, karena gang kontrakannya ga bisa masuk kursi roda saking kecilnya itu gang.
Setelah Rey menidurkan bu Laras di kasur, dia duduk bersila di atas karpet yang biasa dipakai Mitha menonton TV, dengan tangan yang di kibas-kibaskan karena kegerahan.
"Kalo jalan jauh juga ya Mit" Dengan napas terengah-engah kelelahan menggendong dan jalan di gang sempit.
"Iya makanya kalau naik go car, aku yang gendong mama" Mitha menyodorkan minuman di depan Rey. Mata Rey membola, seakan ga percaya.
"Kamu kuat gendong mama kamu dari parkiran tadi?" Tanya Rey
"Kuatlah, waktu aku kecil aja mama ga pernah lelah gendong aku sampe aku TK" Sambil minum Mitha dudukan pantatnya di depan Rey
Revaldo menunduk, hatinya gamang. Andai dia punya seorang ibu, pasti bisa merasakan apa yang Mitha rasakan.
"Oiya kamu udah dapet kerja?" Tanya Rey
"Udah Rey, kerja di kelurahan"
"Owhh calon ASN apa honorer" Tanya Rey
"PJLP Rey, di bagian lapangan" Rey manggut-manggut
"Kapan mulainya?" Tanya Rey mencari kebenaran di mata Mitha
"Tanggal 1 Januari udah mulai , Rey. Semoga betah dan lebih berkah"
"Di kelurahan mana?" Tanya Rey penuh selidik
"..."
Akhirnya Revaldo pamit setelah menunggu mama bangun dari tidur. Sebenarnya Mitha sudah mengusirnya secara halus tapi lelaki itu kekeuh mau nunggu mama bangun.
*****
Hari pertama kerja sebagai pegawai lapangan membuat Mitha sedikit degdegan karena belum pernah kerja di jalan raya. Pembagian tugas zonasi pekerjaan sudah di atur oleh ASN yang bertugas mengatur kinerja. Mitha mendapatkan zona dekat dengan rumahnya. Betapa senangnya dia, jadi bisa sambil nengokin mamanya.
Saat Mitha pamit kerja, sang mama sempet menangis seperti bayik.
"Mikum...mama. Tuh kan Mitha bisa nengokin mama di rumah, jangan nangis ya thayank..utu..uutuu" saat melihat airmata mamanya yang sudah menggenang. Melihat Mitha di depan pintu, sang mama terkekeh.
"Muaacch.." Mitha mencium pipi sang mama yang mempunyai dimple.
'Mama secantik ini aja di selingkuhin sama perempuan ga tau diri, apalagi aku' Pikir Mitha
Semenjak perceraian orangtuanya, Mitha menganggap pernikahan adalah sesuatu yang menakutkan. Apalagi jika takdirnya mendapatkan suami yang sering KDRT atau suka selingkuh seperti papanya. Ga deh!!
Setelah memastikan mamanya minum obat dan beranjak tidur siang, Mitha kembali menyelesaikan pekerjaannya di jalan. Dia menyapu jalan dan membersihkan selokan dari lumpur dan sampah plastik. Dia terlihat tidak jijik sama sekali. Setiap hari pun dia membersihkan kotoran sang mama sehati dua kali, dia menjadi wanita kuat dan sabar karena ditempa keadaan.
"Aku cari kamu di kelurahan ga ada, tau-tau kerjanya di sini" Revaldo berdiri di pinggir selokan dengan tangan disimpan dalam kedua saku celananya, dan setelan jas mahal menghiasi penampilannya.
Mitha melongo, tubuhnya seketika nge-freeze.
Mohon dukungan like, komen dan vote nya ya gaes..🩷