Elina Widiastuti, dengan rambut sehitam malam yang terurai lembut membingkai wajahnya yang cantik jelita, bukanlah putri seorang bangsawan. Ia hidup sederhana di sebuah rumah kecil yang catnya mulai terkelupas, bersama adik perempuannya, Sophia, yang masih belia, dan kedua orang tuanya. Kehidupan mereka, yang tadinya dipenuhi tawa riang, kini diselimuti bayang-bayang ketakutan. Ketakutan yang berasal dari sosok lelaki yang menyebut dirinya ayah, namun perilakunya jauh dari kata seorang ayah.
Elina pun terjebak di pernikahan tanpa dilandasi rasa cinta, ia pun mendapatkan perlakuan kasar dari orang orang terdekatnya.
bagaimana kelanjutannya?
silahkan membaca dan semoga suka dengan ceritanya.
mohon dukung aku dan beri suportnya karena ini novel pertama aku.
jangan lupa like, komen dan favorit yah 😊
kunjungan kalian sangat berarti buat aku. see you
selamat membaca
see you 😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Rmaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
penglihatan Ratih mulai kabur, ia sudah tak mempunyai banyak kekuatan. lukanya terlalu dalam, sehingga begitu banyak darah yang keluar. hampir dua puluh menit lamanya menunggu akhirnya Elina datang namun Ratih sudah tak sadarkan diri.
"mamaaa" teriak Elina. shok dengan apa yang dilihatnya, Ratih terbaring di depan pintu kamar Sophia dengan berlumuran darah dan juga wajah sangat pucat.
"bangun ma, ma, mamaaa" Elina berusaha menyadarkan mamanya tetapi itu hanya sia sia, tak ada pergerakan sedikit pun yang ditunjukkan oleh Ratih.
Elina mendongakkan kepala nya mencari keberadaan Sophia dan papanya, seingatnya sebelum berangkat kerja Sophia dan papanya berada dirumah.
"sophiaaa, papaaa" teriak Elina keras,ia tidak sanggup mengangkat mamanya sendirian. badannya yang mungil itu tak cukup mempunyai kekuatan.
"bagaimana ini" Elina kebingungan.
ia kemudian berlari keluar untuk meminta pertolongan beruntung ada beberapa tetangga yang mendengar suara teriakan Elina mereka pun segera menolong Elina dan menelpon ambulan.
Elina duduk sendirian di ruang tunggu rumah sakit. matanya yang terus tertuju ke pintu ICU yang terus menerus membuka dan menutup. Ia menunggu kabar tentang kondisi mamanya yang kritis.
Elina mengingat senyum mamanya saat mereka bermain bersama, begitupun pelukan hangatnya saat ia sedih.saat ia dan Sophia masih kecil tangan mungil nya memegang genggaman tangan ibunya saat di tempat tidur.
Elina melihat sekeliling ruangan. ada pasien lain yang juga menunggu, ada yang menangis dan juga ada yang berdoa,ia merasa tidak sendirian. Namun kesabaran Elina mulai menipis ia ingin mamanya sembuh dan pulang bersama.
Kegelisahan Elina mulai reda ketika seorang perawat keluar dari ruangan ICU, Elina melihat dengan harapan.
"bagaimana suster" Elina bertanya. perawat itu memegang pundak nya.
"ibu anda sedang berjuang, tetaplah kuat" Elina mengangguk tetapi air matanya terus saja mengalir. ia memejamkan mata, berdoa dengan tulus, ia masih sedikit lega namun kesabarannya masih di uji.
Elina melihat jam dinding sudah tiga jam ia menunggu. Sophia dan papanya belum juga datang, Elina yakin pasti akan ada tetangga yang akan memberitahu tentang kejadian yang menimpa mamanya. Elina merasa sedikit kesepian, dan mulai mengambil benda pipih yang ada di sakunya lalu membuka beberapa pesan dari temannya.
setelah tiga jam kemudian, seorang dokter keluar dari ruangan ICU dengan wajah serius. Dokter itu mendekati Elina. sekejap dada nya berdenyut sangat cepat tangannya begitu dingin dan wajah yang pucat pasi.
"dengan berat hati saya menginformasikan bahwa ibu anda telah meninggal, kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkannya namun beliau kehilangan banyak darah" katanya lembut.
Elina terkejut, matanya terbuka lebar , ia tak percaya dengan apa yang didengarnya.
Elina merasa syok dengan kesedihan yang mendalam, ia menangis keras tidak bisa bicara. dokter itu memeluknya keras berusaha menenangkannya.
"maaf nak, kami sudah berusaha semampu kami. selebihnya itu adalah kuasa sang pencipta" ucap dokter itu lagi.
Elina mengingat kenangan indah bersama mamanya, ia merindukan senyum dan pelukan hangat mamanya. padahal baru kemarin mereka bersama dan tiba tiba saja Tuhan mengambil nya dari dirinya. serasa Elina belum siap kehilangan, kenangan lama kini muncul kembali di ingatannya, dimana ia ditinggal pergi oleh ayahnya.
.
.
.
Dua hari ini Elina hanya berdiam diri dirumah. menunggu kepulangan Sophia yang tak kunjung datang.mata Elina bengkak rambut acak acak kan, wajah yang pucat dan tak terawat. setelah kehilangan ibunya ia tak mau berbicara dengan siapapun, bahkan Elina tak mau mengangkat telepon dari sahabatnya Luna.
mendengar tentang kabar yang dialami Elina, Luna sangat khawatir. ia berniat datang kerumah Elina membawakan bunga dan coklat kesukaan sahabatnya itu, Luna sengaja tidak memberitahu Elina.
"Lin, buka pintunya. ini ini aku Luna" panggil Luna sambil mengetuk pintu. lama menunggu akhirnya Elina membukakan pintu.
"Aku ada disini Lin, aku tidak akan meninggalkanmu" peluk erat Luna. seketika tangis Elina pecah.
"aku sudah tidak punya siapa siapa lagi, Sophia pergi entah kemana. sekarang aku benar benar sendiri" Elina sesenggukan sambil mengusap air matanya yang terus saja mengalir tanpa henti.
Luna mengeratkan pelukan dan mendengarkan ceritanya. Elina terus saja menangis dan menceritakan perasaan nya. Luna memberikan kata kata penyemangat dan dukungan.
"aku bersyukur memiliki kamu Lun" kata Elina. dan Luna pun tersenyum.
"aku juga Lin, kita akan melalui ini bersama sama"kini persahabatan mereka semakin kuat.
.
.
.
Seminggu kemudian Elina kembali bekerja, perasaan nya telah baik baik saja. support dari sahabatnya sangat luar biasa, ia bersyukur memiliki Luna.
beruntung menejer restoran tempat Elina bekerja sangatlah pengertian, ia bisa memaklumi musibah yang menimpa Elina.
kebetulan hari ini akan ada perayaan ulang tahun yang diadakan di restoran, mereka semua sangat sibuk termaksud Elina.
"Lun, aku tidak mengerti mengapa CEO itu begitu sangat kejam?.selalu marah dan tidak sabar" ucap Elina penasaran, selama ini ia belum pernah melihat bagaimana wajah CEO mereka.
"aku juga penasaran Lin. dengar dengar sih dia memiliki masa lalu yang sulit, mungkin itu yang membuatnya jadi begitu" balas Luna lagi.
"masa lalu yang sulit? apa yang terjadi? " Elina begitu penasaran.
"aku tidak tau pasti, yang aku dengar ayahnya meninggal dunia saat dia masih muda.dia harus mengambil alih perusahaan dan mengalami banyak tekanan " jelas Luna lagi, memang ia sedikit lebih tau dari Elina sebab Luna yang lebih lama bekerja di restoran itu.
"wah menyedihkan juga yah. tapi aku penasaran ada apa dibalik kesan dinginnya itu" ucap nya lagi.
Tiba tiba saja Rian datang mengagetkan keduanya. yang sedari tadi sibuk bergosip.
"Elina, Luna bisa dipercepat dikit kerjanya, aku tidak mau ada kesalahan. tau kan bos kita seperti apa? " kata Rian lembut namun ada sedikit penekanan. lalu pergi.
Setelah menunggu, akhirnya CEO datang dengan menggandeng tunangannya. semuanya memberi hormat, termaksud Elina dan Luna. setelah itu mereka kembali ke belakang.
Rian melambaikan tangan ke Elina agar segera mendekat kearahnya.
"iya pak" jawab Elina.
"tolong kamu siapkan hidangan ke meja CEO, saya akan ada sedikit pertemuan dengannya" ucap Rian segera menyusul CEO ke ruangannya.
"baik pak" patuh Elina
Elina kembali ke belakang dan langsung bercerita ke Luna. namun Luna percaya padannya, meski dengan keraguan Elina mencoba menepis rasa gugupnya itu.
saat mengantarkan hidangan, Elina tidak sengaja terjatuh di lantai yang licin. Hidangan utama jatuh dan menumpahkan saus panas ke gaun mahal tunangan sang CEO. Yah dia Emily windsor seorang model terkenal, seluruh dunia pun mengenalnya.
"kau tidak berhati hati? gaun ini mahal!! "teriak Emily.
"aku tidak percaya kau merusak gaun Favoritku! "
Elina meminta maaf dan berusaha membersihkan noda.
"maaf nyonya aku tidak sengaja, aku akan membantu membersihkannya. " ucap Elina. lagi lagi ia meraih gaun Emily dan mengusap nya pelan.
Emily kesal lalu menampar Elina keras, pipinya memerah lalu terjatuh ke lantai. Emily kemudian mengambil salah satu hidangan dan melemparkannya ke wajah Elina.
Mendengar terjadi keributan CEO keluar dan disusul oleh Rian menejer restoran itu.
.
.
.
.
Lanjut yah
See you😍