Grace, kini harus menjadi anak yatim piatu setelah kedua orangtuanya di habisi secara keji oleh Chan Ryder, hanya karena kalah tender. Sejak kecil Grace di urus dan dibesarkan oleh orang yang telah membunuh kedua orang tuanya, bahkan kakaknya pun ikut menjadi korban. Bagaimana jadinya jika Grace tahu jika orang yang sudah merawatnya adalah orang yang sudah tega memisahkan ia dan keluarganya?
Penasaran sama kelanjutan ceritanya? Yuk langsung baca. Jangan lupa like, komen, vote, dan kasih ulasan terbaiknya. oke👌😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RD Junior, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Ayo!" Delard memegangi tangan Grace dan membawanya ke parkiran mobil.
"Jack, kau pulang naik taksi saja. Mobil biar aku yang bawa," titah Adelardo pada pengawalnya.
"Baik, Tuan."
Delard menoleh kearah adiknya yang tampak bersedih. "Masuklah! Kita pulang sekarang."
_
Laura dan Anggun berkunjung ke mansion CR karena mereka tahu jika Grace sedang bersedih gara-gara mommy nya pergi keluar negeri.
"Grace, kak Delard mana?" tanya Laura sembari celingukan mencari keberadaan kakak dari sahabatnya.
"Mungkin di ruang kerjanya," jawab Grace. "Malam ini kalian menginap disini ya?" Pintanya seraya menoleh kearah Anggun dan Laura secara bergantian.
"Duh sorry banget Grace, tapi sepertinya aku tidak bisa," Anggun merasa bersalah, dia pun menoleh kepada Laura. "Laura, apa kau bisa temani Grace malam ini?" tanyanya.
"Ini kesempatan buat aku untuk mendekati kak Delard," batin Laura yang tampak mengulum senyuman.
Grace dan Anggun saling menatap ketika melihat Laura yang tampak Cengar-Cengir.
"Laura?" suara Grace membuyarkan lamunannya.
"Ah, ya! Aku mau temani kak Delard disini," ucapnya secara spontan, sehingga membuat Grace dan Anggun mengernyitkan dahi. "Em maksudku aku, mau menemani Grace malam ini," laratnya dengan wajah merah karena menahan malu.
Waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam sehingga Anggun memutuskan untuk pamit pulang.
Laura tampak cemberut karena selama beberapa jam disana, dia belum juga melihat Delard. Dan ketika Grace mengajaknya ke kamar pun Laura menolaknya.
"Apa kau sedang menunggu kak Delard?" tanya Grace menyelidik.
"Tidak," jawabnya karena gengsi.
"Kalau begitu kita kekamar sekarang, karena aku gerah dan ingin membersihkan tubuhku," ajak Grace, sehingga mau tidak mau terpaksa Laura mengekorinya dari belakang.
Wsshhhh...
Terdengar suara gemuruh air dari dalam kamar mandi. Sementara Laura berdiri dari atas balkon kamar Grace, menikmati udara malam dengan secangkir cappucino yang ada ditangannya sembari menatap kearah langit indah yang dihiasi kelap-kelip bintang.
Delard masuk kedalam kamar Grace. Saat melihat seseorang sedang berada diluar balkon kamar, Delard pun berjalan mendekatinya.
"Kau belum tidur?" tanya Delard, karena yang dia kira jika Laura itu adalah Grace.
Mendengar suara laki-laki dari belakang, lantas Laura pun memutar balik badannya mengarah ke sumber suara.
"Kak Delard!" seru Laura yang tampak bahagia, karena sedari tadi dia ingin sekali bertemu dengannya.
"Kau!" Delard tampak terkejut, "sedang apa kau disini?" tanyanya sinis.
"Grace memintaku untuk menemaninya malam ini. Tidak apa-apa 'kan Kak?" tanya Laura seraya tersenyum.
Saat Grace keluar dari kamar mandi, Delard dan Laura menoleh kearahnya secara bersamaan. Sementara Grace hanya menohok melihat ekspresi antara keduanya.
"Kalian sedang apa?" tanya Grace kemudian.
Delard berjalan mendekati Grace. "Ikut aku, kita perlu bicara!" tegasnya. Dia pun keluar dari kamar Alea.
Grace segera mengenakan pakaiannya.
"Grace, sepertinya kak Delard tidak menyukai keberadaan ku disini," ungkap Laura yang merasa tidak enak.
"Kau tahu betul jika sikap kak Delard memang seperti itu. Sudahlah, tidak usah kau masukkan kedalam hati."
"Iya juga si," jawab Laura.
"Kalau begitu aku temui kakak ku dulu," pamit Grace.
"Hem," gumam Laura.
.
"Kau mau bicara apa?" tanya Grace setelah masuk ke dalam kamar kakaknya.
"Kenapa kau mengijinkan temanmu untuk menginap disini tanpa meminta persetujuan ku terlebih dulu?" tanya Adelardo bernada sengit.
"Aku yang memintanya agar menginap disini, karena aku merasa kesepian semenjak mommy pergi."
"Seharusnya kau meminta ijin kepadaku terlebih dulu, bukannya malah bertindak sesuka hatimu sendiri!" tegur Adelardo dengan nada yang tegas.
"Lalu mau mu apa? Apa kau ingin aku menyuruh Laura untuk pergi?" decaknya mulai emosi, "aku tahu jika aku ini hanyalah anak angkat, hingga kau berpikir aku tidak punya hak disini!" mata Grace mulai berkaca-kaca.
"Grace!" bentaknya, "aku ini kakak mu, jadi tolong hargai aku!" lanjut Delard penuh penekanan.
"Kau ini!" umpat Grace, "ingin di hargai, tapi kau juga tidak bisa menghargai orang lain!" balasnya.
"Semakin hari kau semakin berani saja melawanku," desis Delard, "apa kau mau aku melakukan perbuatan yang semalam?" ancamnya.
Grace langsung menyilangkan kedua tangan di dada. "Tidak," jawabnya pelan.
"Mulai besok jangan ijinkan siapapun untuk menginap disini lagi!" ucap Delard secara tegas. Dia pun memperhatikan lingerie yang di kenakan Grace yang begitu seksi dan terlihat sedikit transparan.
Grace mengangguk pelan, dan saat dia hendak pergi dari kamar kakaknya, tangannya tiba-tiba di tarik.
"Ah!" Grace tampak terkejut ketika Delard menyandarkan tubuhnya di pintu.
Delard meletakkan tangannya disamping kepala Grace, dia pun menengadahkan wajah adiknya dan mengunci pandangannya. Beberapa detik kemudian dia mendekatkan wajahnya kepada Grace lalu menciumnya dengan sangat lembut.
Grace hanya diam saja, namun lambat-laun dia pun memejamkan mata dan tampak sangat menikmati ciuman itu.
Sementara di kamar yang berbeda, Laura tampak sedikit gelisah karena sudah cukup lama Grace tak juga kembali. "Kak Delard mau bicara apa sama Grace? Mengapa lama sekali," gumamnya.
Laura mondar-mandir dikamar itu dengan hati yang gundah gulana, dia takut Delard akan marah besar kepada Grace karena memintanya untuk menginap.
Ceklek.
Tak lama kemudian pintu terbuka, dan tampaklah Grace berjalan masuk mendekati Laura. "Ku pikir kau sudah tidur," ujar Grace kepada sahabatnya.
"Apa kak Delard memarahi mu?" Laura langsung menodongnya dengan pertanyaan tersebut.
Grace tersenyum masam, "tidak."
Namun melihat dari ekspresi wajahnya Laura dapat menebak, jika Grace memang habis di tegur oleh kakaknya.
"Ini sudah malam, sebaiknya kita tidur," ucap Grace kemudian.
Keduanya merebahkan tubuh ramping masing-masing di tempat tidur, kemudian memutar balik badan dan saling membelakangi.
Grace menyentuh bibirnya. "Sial! Kenapa tadi aku tidak menolak ciuman yang di lakukan kak Delard? Apa yang di katakan kak Delard itu benar, jika aku memang menyukai sentuhannya?" batin Grace bertanya-tanya. Dia pun membayangkan paras tampan kakak angkatnya. "Tapi tadi kak Delard bermain dengan begitu sangat lembut," lanjutnya dalam hati.
Pagi harinya.
"Apa kau besok jadi pergi ke gunung G tempat studi tour waktu itu?" tanya Laura di sela-sela makan.
Bukannya menjawab, Grace malah mencubit paha Laura dan memberikan kode agar dia tak membahas itu didepan kakaknya.
"Ke gunung G? Mau apa?" tanya Delard. Dia pun meletakan sendok dan garpu di atas meja.
Grace dan Laura saling bertatapan.
"Em, kita mau piknik!" seru Grace.
"Ya, piknik," ujar Laura juga.
"Piknik?" tanya Adelardo menaruh curiga. "Dengan guru kalian juga?" tanyanya menyelidik.
"Ya/Tidak!" jawab Laura dan Grace secara serentak. Laura mengatakan ya sementara Grace mengatakan tidak.
"Jadi yang mana yang benar?" tanya Delard menatap keduanya secara sinis.
Laura sengaja berbohong agar Delard mengijinkan Grace untuk pergi, tapi Grace yang sudah paham betul akan sikap kakaknya memilih untuk jujur, karena dia tahu jika Delard pasti akan menghubungi pihak sekolah dan menanyakannya secara langsung.
"Grace, Kak," jawab Laura kemudian.
Delard menatap tajam kepada Grace. "Untuk apa kau pergi kesana?"
"Aku suka sekali dengan pemandangan yang ada disana, makanya aku ingin pergi ketempat itu lagi," Grace terpaksa berbohong.
"Baiklah aku mengijinkan mu pergi, tapi tentunya dengan beberapa pengawalan," ijar Delard seraya menghabiskan sisa makanan terakhirnya.
"Aku rasa tidak perlu, karena aku akan berangkat kesana bersama teman-teman ku, iya 'kan Laura?" Grace menoleh kepada sahabatnya.
"Iya." Laura tersenyum kepada Delard.
"Aku hanya mengijinkan mu pergi jika kau berada dalam pengawasan. Ajaklah Jack untuk menemanimu," Ucap Delard. Dia pun berdiri dari duduknya lalu mengambil jas yang di letakkan di atas kursi, lalu pergi.
"Kakak mu itu memang benar-benar mempesona," puji Laura yang tak mau berhenti untuk mengagumi kakak dari sahabatnya.