Kedua orangtuanya Clara meninggal, ayahnya meninggal karna sakit-sakitan. Setelah dua bulan kepergian ayahnya, Ibunya Clara pun meninggal dunia karna sakit kanker. Karna kedua orangtuanya meninggal Clara harus menggantikan kedua orangtuanya bekerja sebagai pembantu, namun saat Clara sedang menunggu bus di halte untuk pergi ke rumah tujuannya, tiba-tiba Clara diculik dan dibawa ke sebuah hotel hingga dirinya diperkosa oleh orang tak di kenal hingga hamil diluar nikah.
Saat tau dirinya hamil, Clara mencari pekerjaan lain dan tidak jadi ke rumah bos orang tuanya. Di sana Clara bertemu dengan seorang pria tampan yang akan menjadi majikannya, namun banyak keanehan dengan sikap tuan majikannya terhadap dirinya, majikannya seperti tengah menyembunyikan sesuatu darinya.
Rahasia apakah yang disembunyikan tuannya Clara?
Akankah Clara bakal bertemu dengan pria yang telah memperk*sanya? Dan apakah setelah bertemu dengan pria itu, Clara akan pergi jauh dari pria itu dengan membawa anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat undangan dari Sesil buat Clara
Devan mengusap wajahnya dengan kasar setelah mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu. Sampai istrinya meninggal pun karena pendarahan ia belum sempat mengatakan jika ia mencintai istrinya itu.
"Kamu sedih karna mengingat mendiang istri kamu ya?" tanya Mira. Ia tahu jika Devan tengah mengingat mendiang istrinya itu karena di tangan Devan terdapat foto Yuli.
"Aku cuman merasa menyesal nggak bisa mengungkapkan kalau aku mencintainya dulu," jawab Devan.
"Dan kamu akan mengulanginya lagi sekarang?" tanya Mira.
"Maksud mamah?"
"Kamu sudah mencintai seseorang Devan. Mamah tau itu, tapi kamu gengsi nggak mau mengakuinya."
"Mamah menunggu kamu mengatakan semuanya sama mamah, jika kamu tidak ingin menyesal kembali untuk kedua kalinya." ucap Mira lalu pergi meninggalkan Devan sendiri.
"Kenapa mamah selalu mengatakan kalimat seperti itu. Apa mamah sudah tau hubungan aku dengan Clara," gumam Devan.
Devan memilih meletakan foto Yuli di atas meja, ia lalu memilih keluar dari kamar yang dulu ia tempati dengan Yuli, tapi sekarang kamar ini sudah tidak di huni lagi.
Devan berjalan turun ke bawah, ia melihat jam tangannya sudah pukul 2 siang tapi Clara belum juga pulang.
Hari ini hari minggu dimana hari ini hari libur untuk bekerja.
"Devan, Clara kok belum pulang, ini udah jam dua siang loh. Kamu cari sana, papah khawatir sama keadaan dia. Papah udah anggap Clara anak sendiri, cepat kamu sekarang cari Clara." perintah Arga kepada putranya itu.
"Papah takut dia kenapa-kenapa di jalan apalagi dia sedang hamil." lanjutnya.
Devan mendesah kasar, jika Bella tidak meminta di temani untuk pergi ke mall, Clara pasti berada di rumah saja saat ini. Jika terjadi apa-apa dengan Clara ia bersumpah akan melarang Clara berteman dengan Bella lagi.
"Iya Devan bakal cari Clara sekarang, kalau dia udah pulang lebih dulu hubungi Devan," ujar Devan lalu pergi keluar dari mansion.
***
"Clara!" panggil Devan dengan sedikit berteriak yang masih berada di dalam mobil.
Clara yang merasa terpanggil lalu memutar tubuhnya menghadap ke arah jalan raya di depannya. Saat ini dirinya berada di pinggir jalan sedang membeli jajanan, yaitu telur gulung. Di tangannya saat ini juga sudah banyak jajanan yang ia beli.
"Tuan Devan tunggu di situ nanti aku kesana!" ucap Clara.
Devan melihat kendaraan yang lewat di jalan, bayangan dulu saat istrinya menyebrang dan akhirnya tertabrak membuat Devan menjadi merasa tidak tenang. Devan memilih memakai kacamata hitamnya lalu keluar dari mobil. Ia kemudian menyebrang menghampiri Clara yang masih mengantri untuk membeli jajanan.
"Kamu sudah beli banyak makanan, kenapa masih beli lagi?" tanya Devan yang sudah berdiri di samping Clara.
"Soalnya aku suka banget sama jajanan dipinggir jalan mas, mas Devan kenapa kesini?" tanya Clara merasa kaget.
"Dimana Bella? bukannya kamu berangkat sama dia?" tanya Devan yang bukannya menjawab pertanyaan Clara, ia malah balik tanya.
"Em Bella lagi ke toilet mas, terus aku nungguin dia sambil beli jajanan," jawab Clara sambil menatap suaminya, ia terpana melihat wajah tampan Devan. suaminya itu tampil begitu tampan menggunakan kacamata hitam yang pastinya sangat mahal meskipun cuman kacamata saja.
"Ini mbak telur gulungnya," ucap penjual itu kepada Clara.
"Eh iya makasih pak."
Clara tersenyum bahagia melihat jajanan yang ia beli hari ini.
"Udah kan, ayo kita pulang." ajak Devan.
"Tapi Bella gimana mas?" tanya Clara.
"Kamu telepon aja dia nanti, kalau kamu udah pulang duluan."
Clara mengangguk. wanita itu lalu melihat tangannya yang digandeng oleh Devan. Clara tersenyum senang melihat itu, mereka lalu mulai menyebrangi jalanan yang cukup ramai.
***
"Pokonya ini terakhir kali kamu makan makanan di pinggir jalan. Makanan di luar itu nggak sehat Clara , banyak debu dan nggak terjamin juga kebersihannya," ucap Devan yang tengah fokus menyetir.
Clara yang sedang memakan telur gulung yang ia beli tadi, hanya menganggukkan kepalanya mendengar perkataan Devan.
"Mas mau?" tanya Clara dengan memiringkan wajahnya menatap suaminya yang sedang fokus menyetir menatap kedepan jalanan.
"Nggak," ucap Devan menatap sekilas kearah Devan lalu fokus kembali kedepan.
"Kamu udah makan siang belum?" tanya Devan
"Udah tadi makan mie ayam," jawab Clara yang sedang fokus makan jajanan yang tadi ia beli.
Devan lalu membelokan mobilnya ke sebuah restoran mewah yang menjadi tempat langganannya dari dulu jika ada pertemuan penting dengan kliennya.
"Kita makan siang bersama, ayo turun."
"Aku kan udah makan mas."
"Kamu belum makan nasi," ucap Devan.
"Ayo cepet turun." titah Devan yang tidak ingin dibantah.
Clara akhirnya pasrah mengikuti Devan masuk ke dalam restoran ini.
***
Pukul 4 sore, Devan dan Clara baru kembali ke mansion setelah tadi makan siang di restoran yang membuat Clara merasa kekenyangan sekarang.
"mamah Mira marah nggak ya mas, aku pulang terlalu sore?" tanya Clara.
Devan menoleh ke arah Clara.
"Memangnya mamah pernah marahin kamu?" tanya Devan tanpa menjawab pertanyaan Clara.
"Nggak pernah."
"Kamu udah tahu kan sifat mamah, dia bukan wanita yang pemarah," ucap Devan.
"Ya udah ayo turun. Setelah ini kamu mandi, terus ganti baju, karena kamu dari luar takutnya banyak debu yang menempel, nanti kamu bisa sakit," ucap Devan perhatian.
Clara tidak percaya, kerasukan setan apa tuannya ini sekaligus suaminya ini kenapa bisa begitu perhatian padanya.
"Iya mas." jawab Clara dengan senyum tipisnya karna merasa senang saat suaminya itu perhatian kepadanya.
Mereka lalu turun dari mobil bersama dan berjalan memasuki mansion.
***
Pukul 8 malam Clara tengah berada di dapur membereskan meja makan yang baru saja di gunakan untuk makan malam.
"Tante Cla ayo ain cama aga," ajak Sagara sambil menarik-narik daster Clara.
Clara tersenyum. "Iya, bentar ya sayang." ucapnya.
Clara mencuci tangannya terlebih dahulu di washtafel dan berjalan mengikuti Sagara yang mengajaknya bermain.
"Mau main apa sayang, hem?" tanya Clara sembari duduk di kasur lantai.
"Main obil, nanti alap ya te," ucap Sagara dengan suara cadelnya.
(Main mobil, nanti balap ya Tante)
"Iya sayang."
Clara mengambil satu mobil milik Sagara lalu merek mulai balap-balapan mobil, mereka saling ketawa bersama karna permainannya.
Ting... Tong...
"Eh ada tamu," ucap Clara.
"Sayang, Tante bukain pintu dulu ya kamu di sini aja, nanti tante ke sini lagi."
Balita itu hanya menganggukkan kepalanya karena masih sibuk sendiri bermain mobil-mobilannya.
Clara bangun dari duduknya dengan berpegangan pada meja kemudian ia berjalan menuju pintu depan. Clara sebenarnya berharap jika itu Devan, karena sekarang Devan sedang berada di kantor, katanya ada sebuah acara di sana tapi entah kenapa Clara sedang rindu pada suaminya itu.
"Mbak Sesil, silakan masuk, mbak," ucap Clara dengan ramah.
"Tidak perlu, aku cuman pengen mengantarkan surat undangan ini untuk kamu," uсар Sesil sambil menyerahkan sebuah surat undangan untuk Clara.
"Untuk aku mbak?"
"Iya, kamu harus datang malam ini jam 9 oke."
"Em baiklah, nanti aku ijin tuan Devan dulu ya mbak?"
"Nggak usah ijin sama Devan, karena Devan sudah ada di sana, kamu datang saja karena Devan yang mengundang kamu."
Clara merasa heran kenapa jika Devan yang mengundangnya, mengapa tidak dia saja yang memberitahunya kenapa harus dengan perantara orang lain.
"Ingat ya kamu harus datang Clara, jika tidak kamu akan menyesal."
"Iya mbak."
Clara lalu menutup pintunya setelah Sesil pergi meninggalkan mansion mewah ini, saat ia kembali ke ruang keluarga ia melihat Mira sudah duduk di sana.
"Siapa tamunya Clara? Kok nggak di suruh masuk."
"Mbak Sesil nyonya, tapi dia nggak mau masuk."
"Terus itu apa yang ada di tangan kamu?" tanya Mira.
"Ini surat undangan nyonya, mbak Sesil yang kasih."
"Coba saya liat."
Clara menyerahkan surat itu kepada Mira. Saat Clara akan duduk di lantai, Mira langsung melarangnya.
"Duduk di sofa Clara, sini samping saya. Saya tau kamu pasti kesusahan saat bangun jika duduk di lantai."
Clara akhirnya duduk di samping Mira.
"Kamu mau datang ke pesta ini?" tanya Mira.
"Iya bu, kata mbak Sesil aku akan menyesal kalau nggak datang."
"Tapi kamu hati-hati ya di sana, jika sudah sampai kamu langsung cari Devan. Perasaan saya nggak enak soalnya."
"Iya nyonya."
"Kenapa perasaan aku gak enak, aku harus beritahu mas Arga kalau Cara dikasih undangan sama Sesil," batin Mira.
jangan nyesel ya nanti ketika Clara udah nyerah dan memilih untuk mundur... Clara berserta anak anak akan pergi meninggalkan kamu ....
gerammmm deh pengen mukul tuh kepala devan... egois banget,,,
buat kaka author semangat....
ditunggu kelanjutan nya...
pasti bapaknya juga udah tau tuh bahwa yang dikandung Clara cucu kandung nya juga