Mendapatkan ancaman tentang aib keluarga yang akan terkuak membuat Leon terpaksa menerima untuk menikah dengan Moira. Gadis bisu yang selama ini selalu disembunyikan oleh keluarga besarnya.
Menurut Leon alasannya menikahi Moira karna sangat mudah untuk ia kendalikan. Tanpa tahu sebenarnya karena sering bersama membuat Leon sedikit tertarik dengan Moira.
Lalu, bagaimana dengan kelanjutan kisah mereka? Apakah Moira yang bisu bisa memenangkan hati Leon?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4
"Kau dari mana saja?" Suara itu mengejutkan Moira yang baru saja masuk kedalam Mansion, tidak perlu melihat siapa yang bicara Moira sudah tahu siapa itu. "Besok pagi adalah hari pernikahan mu, mulailah bersiap-siap jangan sampai Leon tidak mau menyentuhmu nanti." Ucap Mentari dengan sedikit amarah.
Moira tidak berbalik badan malah melanjutkan langkahnya, ia kesal dengan Mentari yang selalu saja sesukanya seperti itu.
"Tunggu, Moira!" Mentari murka, ia berjalan lalu menarik tangan Moira hingga terduduk di sofa.
"Pernikahan yang kau jalani dengan Leon adalah pernikahan rahasia, itu semua permintaan keluarga Dante sendiri. Soal bersembunyi pasti kau sudah mahir itu.." Mentari mengingatkan, padahal Moira sangat ingat hal itu.
Moira berlalu pergi karena kesal di hati, ia merasa jengkel dengan Mentari yang selalu saja mengingatkan masalah hidupnya.
"Mama ingin kau bahagia dengan pernikahan ini, Moira. Itu saja!" Bahkan kata-kata itu tidak membuat langkah Moira terhenti, malah semakin berlari kencang masuk kedalam kamar.
Hanya bantal lah sebagai saksi betapa sedihnya Moira menangisi hidupnya sepanjang hari. Setiap waktu yang ada hanyalah tekanan dan peringatan dari Mamanya, Moira tidak tahu sampai kapan terus diperlakukan seperti ini.
"Aku Capek.." Mungkin itulah kata-kata yang sangat ingin Moira luapkan.
"Ara.." Suara panggilan itu membuat Moira langsung mengubah posisi mengkurap. "Ayah ingin mengatakan sesuatu padamu, tentang mengapa Ayah memilih Leon untuk menjadi suamimu." Ucap Kalvin, langsung tangis Moira terhenti.
"Ayah memilih Leon karna hanya dia yang mampu menghadapi badaimu, hanya dia yang bisa mengerti tentang keluarga kita." Kalvin mengatakan alasan terbesarnya, semakin membuat tangis Moira pecah.
Moira berbalik badan hingga saling tatap dengan Kalvin sekarang, tangannya bergerak berbicara dengan sang Ayah.
"Ayah tahu.. badai yang ada dalam hidupku diciptakan oleh kalian, lalu aku harus menghadapi badai yang tidak aku mengerti ini?"
Kalvin memahami dengan baik apa yang Moira katakan, ia mengangguk mengerti sembari memegang erat lengan putrinya. "Ayah tahu jika Moira tidak suka dengan putusan ini, hanya saja.. sekarang Moira harus menikah dengan Leon, hanya pria itu yang bisa melindungi dirimu dari badai ini."
"Tapi Ayah.."
Malah Kalvin pergi begitu saja meninggalkan Moira yang semakin menangis, tangan Moira terus memukuli dadanya. Rasa kecewa sudah sangat berat di hatinya untuk sang Ayah, siapa yang membela Moira dalam kehidupan kejam ini? Tidak ada!
•
•
"Saya terima nikahnya Moira Yaston dengan mahar tersebut dibayar, Tunai.." Dengan lantang Leon mengucapkan kata sakral itu. Kedua saksi mengangguk barulah kata Sah terucap.
Mata tajam Leon langsung mengarah pada Moira yang duduk di sebelahnya, wanita itu terus merenung tadi ntah memikirkan apa. Tapi sepertinya tidak jauh-jauh dari rasa sedih atas pernikahan palsu yang sedang mereka jalani ini.
"Tenang saja, semua yang terjadi hari ini hanya angan saja. Seperti katamu kemarin, aku benar-benar menunggu kematian Ayahmu agar segera melepaskan beban berat ini." Ucap Leon dengan berbisik pada Moira yang menatapnya bingung.
Memang Moira tidak bisa bicara tapi wajahnya seperti mengatakan sesuatu kepada Leon yang masih menatapnya. Semua harus sesuai dengan aturan, Moira tersenyum manis pada Leon yang juga sama tersenyum. Cincin terpasang dijari manis Moira sebagai lambang jika sudah resmi menjadi istri Leon Dante. Status yang membuat dadanya sesak dan kehidupannya semakin berat, semua ini demi kemauan Ayah.
Pernikahan hanya diadakan secara private, mengundang pihak keluarga saja. Bisa dikatakan jika semua orang tahu kalau Leon sudah menikah tapi tidak ada yang tahu siapa wanita yang telah beruntung menikah dengannya. Setiap berita menampilkan betapa gemparnya kabar pernikahan Leon Dante, semua menanyakan seperti apa wajah Pengantin wanita yang telah membuat mereka mati penasaran.
Moira duduk di pelaminan seorang diri, ia memainkan bunga-bunga yang ada di pelaminan tersebut. Tidak ada yang Moira pikirkan selain harus melakukan apa setelah ini, apakah nanti akan berjalan dengan mudah.
"Tandatangani ini!" Leon melempar dokumen kepada Moira, sampai membuat wanita cantik itu terkejut.
Tidak mau penasaran sendiri dan sudah pasti tidak bisa bicara untuk bertanya maka langsung Moira membuka sendiri apa isi dokumen tersebut. "Sebuah janji pernikahan, yang mana semua dari isi surat itu intinya aku ingin pernikahan berjalan hanya selama ayahmu hidup. Dan soal perceraian tidak akan terjadi jika sampai pernikahan kita terkuak." Jelas Leon secara detail.
Moira bingung, ia menggerakkan tangannya seolah bertanya.. "Mengapa seperti itu? bukankah yang terpenting tetap menjalani saja sampai Ayahku mati?"
Terdengar Leon menghela napas panjang, ia berkacak pinggang untuk mengatakan yang membuat Moira bingung.
"Tidak ada yang tahu nasib kedepannya, jika pernikahan kita sudah diketahui publik maka sudah pasti bercerai malah membuat saham Perusahaan ku hancur nanti." Jelas Leon lagi, tidak detail tapi pastinya Moira mengerti.
"Jadi semua ini tidak jauh jauh dari kepentingan dia sendiri.. dia benar-benar tidak pernah mau rugi!" Moira kesal, ia langsung menandatangani surat tersebut tanpa membaca seluruhnya. Bagaimanapun mereka sudah menikah terasa percuma memberontak, yang tidak bisa bicara akan kembali kalah.
Leon merebut kembali dokumen tersebut, ia berlalu pergi meninggalkan Moira yang menunduk sedih. Disaat mau melanjutkan langkahnya Leon terhenti sebentar, ia berbalik badan hingga saling tatap dengan Moira.
"Segala urusanku tidak boleh kau ganggu, tetaplah hidup sendiri selayaknya orang yang tidak saling mengenal." Leon mengatakan kata-kata itu semua tanpa memikirkan seperti apa perasaan Moira saat ini.
"Urus urusanmu sendiri, mau kau mati juga disampingku.. aku tidak akan peduli tentang itu, melainkan bersyukur setidaknya beban paling berat telah pergi dariku." Ucap Leon lagi, ia pergi begitu saja tanpa menghiraukan Moira yang susah payah menahan air matanya.
Mata Moira yang memerah menahan air mata menatap sedih cincin pernikahan yang ia kenakan. Bukan keindahan yang Moira lihat melainkan hanya sebuah ikatan penyiksaan yang sangat kejam. Setiap kehidupan Moira seakan semakin tertekan karena cincin itu, ia menatap sekelilingnya yang sangat sepi. Tidak ada satupun orang yang ingin tahu apa yang Moira rasakan, tidak ada satupun orang yang memihak pada Moira.