Sekuel(Emily:Ketika cinta harus memilih)
Maxime Alexander Lemos pria berusia 37 yang merupakan orang kepercayaan pimpinan mafia paling kejam di Jerman jatuh cinta pada seorang gadis namun cintanya harus kandas terhalang restu dari orangtua gadis yang ia cintai dan meninggalkan luka yang begitu mendalam hingga cinta itu berubah menjadi dendam. Ia pergi meninggalkan semuanya merelakan orang yang ia cintai menikah dengan pria pilihan orangtua.
Hingga berbulan lamanya dan keduanya kembali dipertemukan dengan keadaan yang berbeda.
Bagaimana kisah mereka, yuk simak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4.Pencarian Maxime
Setelah meeting selesai Maxime kembali ke ruangannya dan berencana menghubungi Revan. Jika ke markas ia yakin tidak akan bisa bertemu dengan pria itu karena kemungkinan Revan pasti ke Berlin bersama yang lainnya untuk berlibur.
Maxime mengaktifkan ponselnya lalu menghubungi Revan. Semoga saja Revan bisa membantunya kali ini. Semoga saja ia bisa menemukan Amelia secepat mungkin.
"Van, kau dimana?," tanya Maxime saat sambungan telepon terhubung.
"Di Markas, kenapa Max?," jawab Revan kembali bertanya.
"Tidak jadi ke Berlin?," tanya Maxime dengan kening berkerut.
"Hanya anak anak yang lain dan aku dengan Amora tidak. Ada tugas dari Kakek yang harus aku selidiki," jawab Revan.
"Oh ya ada apa kau menghubungiku Max?," tanya Revan.
"Aku ingin meminta bantuanmu Revan," jawab Maxime.
Terdengar suara tawa dari seberang."Kau meminta bantuanku Max?, tumben?," kekeh Revan karena selama ini Maxime terkenal arogan dan tidak akan pernah meminta bantuan pada siapapun.
"Hm"
"Apa yang bisa aku bantuan Tuan Muda," ledek Revan. Biasanya Maxime akan langsung meradang jika di panggil Tuan Muda olehnya.
"Van, aku serius," ujar Maxime.
"Ya katakanlah!, apa yang bisa aku bantu?," tanya Revan.
"Aku ingin kau menyelidiki seseorang, tolong lacak keberadaannya sekarang ada dimana!," jawab Maxime.
"Bukankah kau bisa melakukannya Max, kenapa harus meminta bantuanku?," jawab Revan.
"Kau bisa atau tidak membantuku Revan?," tanya Maxime dengan sedikit ketus karena kesal Revan terus saja meledeknya.
"Baiklah. Kau sangat sensitif sekali Max. Kirim datanya padaku!," jawab Revan.
"Aku sudah mengirimkannya ke emailmu, coba kau lihat sekarang!," ujar Maxime menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Semoga saja Revan bisa melacak keberadaan Amelia. Ia sungguh menyesal memblokir nomor ponsel Amelia. Dan semoga saja Amelia masih berada di negara ini karena ini sudah delapan bulan berlalu.
"Van...kau sudah melihatnya?," tanya Maxime.
"Ah-- ya Max. Ada hubungan apa kau dengan gadis ini?," tanya Revan.
"Kau bisa tidak melacaknya Revan?," jawab Maxime berusaha untuk tidak menjawab pertanyaan Revan.
"Katakan dulu Max!, ada hubungan apa kau dengan gadis ini Max?. Kenapa kau memintaku menyelidikinya?," tanya Revan.
"Selidiki dimana keberadaannya sekarang Revan!, kau tidak perlu tahu ada hubungan apa aku dengannya," jawab Maxime.
"Dia sangat mirip dengan Amora, Max. Hanya saja di foto ini wajahnya masih terlihat polos dengan rambut hitam legam. Sedangkan Amora--
"Aku tunggu hasil penyelidikanmu Revan!," ucap Maxime lalu mematikan panggilannya teleponnya secara sepihak.
Maxime memejamkan kedua matanya, memang Amora dan Amelia memiliki kemiripan hampir 99%. Yang membedakan mereka hanyalah warna rambut saja. Bayangan Amelia semakin menghantuinya, ia benar-benar merasa bersalah sekarang.
"Dimana kamu Amel," batin Maxime.
Maxime membuka kedua matanya teringat akan sesuatu. Kenapa ia tidak melacak cctv jalan di sekitar Bandara delapan bulan yang lalu. Semoga saja ia bisa melakukannya karena ini sangat berisiko. Semoga ada titik terang tentang Amelia dan penyelidikan ini akan memakan waktu yang sedikit lama. Ia tidak mungkin mengandalkan Revan saja.
Selama satu jam lebih ia berkutat dengan laptopnya meretas data arsip pemerintahan dan juga bandara untuk membuka rekaman cctv delapan bulan yang lalu. Dan hasilnya ia bisa menemukannya. Ia memulainya dengan membuka rekaman cctv bandara sesuai waktu Amelia mengirimkannya pesan padanya.
Deg
Jantung Maxime berdegup kencang saat melihat Amelia berdiri di pintu kedatangan bandara. Sepertinya sedang menunggu kedatangannya saat itu. Dan setelah cukup lama Amelia terlihat memasuki sebuah taksi.
Maxime terus melacak kemana taksi itu membawa Amelia melalui cctv jalan. Tapi ia kehilangan jejak saat taksi berbelok ke kanan dan kawasan itu tidak memiliki cctv jalan.
"Argh...kemana kamu perginya Amelia," gumam Maxime mengacak rambutnya.
Tring
Revan is calling...
"Ya Van, bagaimana?," tanya Maxime.
"Aku tidak bisa melacaknya Max, tapi data terakhir keberadaannya tidak jauh dari bandara," jawab Revan.
"Bisa kita bertemu sekarang Revan?, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan," tanya Maxime.
"Tentu...," jawab Revan.
"Kita bertemu di restoran xxxxxxxx," ujar Maxime.
"Baiklah," jawab Maxime.
***
"Kak Revan, kamu mau kemana?," tanya Amora saat melihat Revan akan memasuki mobilnya.
"Aku ada urusan penting Amora. Ada apa?," jawab Revan.
Amora terlihat menggeleng pelan."Boleh aku ikut Kak?," tanya Amora dengan tatapan penuh harap. Ia bosan di Markas dan sesekali ingin melihat dunia luar.
"Maaf sekali Amora, aku tidak baja mengajakmu. Aku akan bertemu seseorang," jawab Revan.
"Lain kali aku akan mengajakmu keluar, aku janji. Tapi untuk sekarang aku tidak bisa," sambung Revan.
Amora mengangguk pelan meski ia sedikit merasa kecewa karena Revan tidak mau mengajaknya. Tapi ia tidak ingin egois dengan memaksa untuk ikut karena ia yakin Revan benar benar ada urusan penting.
Amora menatap mobil yang dikendarai Revan keluar dari gerbang Markas. Kakek Armand melarangnya untuk bepergian jika tidak ada yang mendampinginya. Ia juga baru di sini dan ia tidak tahu tempat maupun jalan.
Amora kembali masuk ke dalam markas dengan langkah gontainya. Gadis itu benar benar merasa bosan sekarang.
"Nona...Kakek memintamu untuk menemuinya di kamar!," ujar salah satu anak buah Armand yang menghampiri Amora.
Amora mengangguk pelan."Ya... terimakasih," jawab Amora.
Amora memasuki kamar Armand, gadis itu menghampiri Armand yang sedang berdiri di balkon kamarnya.
"Ada apa Kek?," tanya Amora dengan pelan berdiri di belakang pria tua yang sudah banyak menolongnya selama ini.
Armand membalikkan badannya menatap Amora dengan tatapan teduh."Bagaimana dengan ingatanmu? apakah kau mulai mengingat sesuatu?," tanya Armand.
Amora menggeleng pelan."Belum Kek, sepertinya aku tidak akan pernah lagi mendapatkan ingatanku kembali. Aku takut untuk berusaha mengingatnya Kek, aku takut jatuh tidak sadarkan diri lagi," jawab Amora.
"Kau masih meminum obatmu kan?," tanya Armand dengan tatapan penuh selidik.
Amora menggeleng."Percuma aku terus meminum obatku Kek, aku tetap tidak bisa mengingat apa-apa," jawab Amora.
Armand tersenyum tipis mendengar jawaban Amora."Kau akan tetap menjadi cucu Kakek jika seandainya kau tidak lagi mengingat siapa dirimu. Jadi jangan bersedih lagi," ucap Armand.
"Aku tidak bersedih Kakek. Aku hanya sedang bosan saja," jawab Amora.
"Kenapa kau tidak ikut dengan Kakakmu, Revan. Kakek lihat dia pergi keluar?," tanya Armand.
"Kak Revan katanya ada urusan penting Kek," jawab Amelia.
"Kalau begitu mau kah kau menemani Kakek bermain catur?," tanya Armand.
"Tentu Kek, ayo!," jawab Amora mengangguk pelan.
Sementara di sebuah restoran, Maxime tampak duduk di gadis Revan yang baru saja datang. Pria itu meminta saudara angkatnya itu untuk memesan makanan.
"Ada apa Max?," tanya Revan setelah selesai memesan makanannya.
"Siapa sebenarnya Amora, Van?. Kau pasti tahu sesuatu tentangnya bukan?," jawab Maxime.
"Hehehe... kau bertanya siapa Amora karena kemiripannya dengan gadis itu?," tanya Revan terkekeh pelan. Ia yakin sekarang jika gadis bernama Amelia ini ada memiliki hubungan dengan Maxime.
"Jawab saja Revan!," jawab Maxime.
"Kamu bertanya pada orang yang salah Max, aku tidak tahu siapa Amora. Jika kamu mau, tanyakan pada Kakek karena Kakek pasti tahu siapa Amora," ucap Revan.
"Kau tidak sedang membohongiku kan Revan?," tanya Maxime dengan tatapan lurus pada Revan.
Revan menggeleng pelan." Tidak, sungguh aku tidak tahu siapa Amora. Aku hanya diminta Kakek untuk melatihnya lima bulan yang lalu," jawab Revan.
...****************...
bagaimana busuk nya kake Arman
sll nunggu upnya makin penasaran gimana hubungan amelia & maximie