Ini adalah novel romansa. Yang menceritakan karier dan cinta. Mengisahkan cinta yang bahagia tentang meraka yang jatuh, gagal, bangkit lagi, dan tumbuh bersama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bellaetrix, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wedding Radit
Aku tak sempat berpamitan dengan Askara . Sudah ku titipkan pesan pada Devano. Aku tiba di rumah, ku lihat Eza rupanya juga baru sampai di rumah. Kami berpapasan di depan pintu.
"Habis dari mana teh?"
"Supermarket"
Aku masuk lebih dulu ke dalam rumah. Rupanya ayah dan mamah sudah selesai bersiap siap.
"Kok baru pulang ay, dari mana saja? Masak iya kesasar sih?"
Aku tertawa mendengar penuturan mamah.
"Enggak lah mah , Aya juga masih ingat jalan di sini juga, enggak sampai kesasar"
"Terus kok lama hayo?"
"Tadi ketemu ska di supermarket jadi ngobrol ngobrol sebentar"
"Oh ya sudah, kamu siap siap gih bentar lagi kita berangkat ke rumah bude".
Ku langkahkan kaki ku ke kamar, mandi dan bersiap untuk kerumah bude. Setelah semua sudah siap kami sekeluarga pun berangkat kerumah bude. Di perjalanan ku lihat Eza yang duduk di samping ku sedang asik memainkan game di ponselnya.
"Gimana tadi ujiannya, lancar?"
"Lancar dong".
Kami sesekali berbincang di tengah perjalanan. Tak terasa kami sudah sampai di Desa Dampit sebentar lagi akan sampai di rumah bude. Acara akad sudah di laksanakan di pagi hari sekitar jam 08.00, saat kami tiba rupanya sedang menyiapkan proses upacara pernikahan adat . Kebetulan kami bertemu bude di depan rumahnya.
"Maaf ya ini enggak bisa hadir pagi pagi harus nunggu Eza dulu yang lagi simulasi ujian"
"Gak apa apa mbakyu, ayo ayo Monggo masuk"
Bude Lilik asli dari Solo, makanya logatnya bahasa Jawa. Yang asli saudara dari ayah adalah emang Amar. Jadi bude Lilik tinggal di Bandung mengikuti mang Amar.
"Ini ada beberapa barang sebagai oleh oleh " mamah menyerahkan bingkisan kepada bude.
"Wah padahal gak perlu repot-repot toh, terimakasih mbak, tolong ya di bawa ke dalam ini" bude meminta tolong pada orang yang rewang dirumahnya.
"Ayo ayo masuk dulu, mas amar sedang ada di dalam mbak mas '"
Kami masuk ke rumah bude. Ku lihat emang sedang menyiapkan sesuatu aku tidak tahu apa itu. Mungkin untuk proses acara pernikahannya.
"Mas ini mbak yu dan mas Adi sudah datang"
Emang menghampiri kami.
"Wahh, terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk bisa hadir"
"Ahh kau ini, maaf tadi gak bisa ikut proses akad nikahannya, anakku yang bungsu sedang simulasi ujian" ayah menimpali ucapan emang
"Gak apa apa A' aku sudah bersyukur AA dan mbk bisa hadir kesini".
Emang melihat ke arahku.
"Ini Cahya A'?"
Aku ulurkan tanganku untuk bersalaman.
"Udah besar ya, lama gak ketemu tambah cantik aja Aya, pasti AA repot ngadepin lalaki yang deketin nih"
Ayah hanya tersenyum mendengar ucapan dari emang.
Tak sempat berbasa basi dengan yang lain, ternyata upacara adat pernikahan akan segera di laksanakan. Ayah mamah bergabung dengan para sesepuh di depan. Sedangkan aku, Eza dan yang muda muda di barisan belakang.
Setelah upacara adat selesai, seluruh keluarga berbaur menjadi satu, untuk saling melepas rindu. Sambil menunggu kedua mempelai yang sedang berganti baju untuk acara resepsi. Karena kesempatan untuk bertemu dengan saudara yang jauh hanya saat ada acara acara tertentu saja.
Sepanjang sisa acara ia hanya duduk manis di kursi. Sedangkan Eza sudah bersama dengan sepupu sepupu yang lain. Sampai tibalah saatnya untuk memberi ucapan selamat kepada mempelai pengantin.
"Selamat atas pernikahannya dit, semoga langgeng sakinah mawadah warahmah ya"
"Thanks you ay, ngomong ngomong kenalin ini istriku, sayang ini Aya sepupuku"
"Tiyas mbak"
"Cahya, selamat ya atas pernikahannya"
Tak lupa kami sekeluarga berfoto bersama.
Selesai berfoto tiba tiba Radit.
"Kapan mau nyusul nih ay, ya kan bude pak de?"
Ku tatap wajahnya dengan ekspresi marah dan mengatakan tanpa bersuara
"Awas kau dit"
Dia malah tertawa kesenangan
"Bude sih terserah Aya ya mau kapan"
Aku balas mengejeknya.
Kami turun dari atas pelaminan, hari sudah amat larut. Ponsel ku tiba-tiba berbunyi. Ku raih ponsel ku didalam tas ternyata askara meneleponku sudah lama aku tidak melihat nama ini tertera di handphone ku. Ku langkahkan kakiku agak menjauh dari kerumunan.
"Halo"
"Halo Ra , sorry banget ya, untuk yang tadi"
"Gak apa apa kok, aku ngerti kamu lagi ada kerjaan, aku juga minta maaf tadi gak sempet pamit langsung sama kamu".
"Aku jadi gak enak sama kamu"
"Udah gak apa apa, santai aja, kamu masih di kantor atau udah di rumah?"
"Masih di kantor, ada kerjaan yang belum beres"
"Ya sudah lanjutkan dulu kerjaan kamu, aku juga lagi di acara nikahan sepupu"
"Baik lah, selamat malam Ra"
Ku tutup telpon darinya dan kembali ke dalam.
Askara
Aku lupa bahwa aku membawa cahyaka ke kantor ku, ternyata pertemuan ku dengan pak Baskara lumayan agak lama. Setelah kesepakatan di dapat aku ingat bahwa aku meninggalkan cahyaka di ruang istirahat karyawan. Aku menuju kesana, tapi aku tak melihat keberadaannya. Ku langkahkan kakiku ke ruangan Devano, dia karyawan ku dan orang kepercayaan ku.
"Van, cahyaka ke mana?" Ku buka pintu ruangannya.
" Maaf pak, ibu sudah pulang dari satu jam yang lalu, tadi ibu titip pesan kalau ibu harus pulang karena ada urusan, katanya bapak sudah tau bahwa ibu ada urusan".
"Ya sudah kalau begitu"
"Ya pak"
Ku tutup kembali pintu ruangannya dan kembali ke ruangan ku. Aku merasa bersalah kepada nya. Semoga dia tidak marah pada ku. Kerjaan ku belum selesai, masih banyak berkas yang harus aku kerjakan. Aku akan menelpon nya nanti untuk meminta maaf kepada nya. Rupanya aku harus melembur malam ini. Ku lihat jam tanganku rupanya sudah agak malam. Ku sempatkan untuk menelpon cahyaka. Dering pertama belum ada jawaban sampai dering ke tiga barulah ku dengar suara nya.
"Halo"
ku dengar suara di sebrang sana yang agak ramai.
"Halo Ra , sorry banget ya, untuk yang tadi".
"Gak apa apa kok, aku ngerti kamu lagi ada kerjaan, aku juga minta maaf tadi gak sempet pamit langsung sama kamu".
"Aku jadi gak enak sama kamu"
"Udah gak apa apa, santai aja, kamu masih di kantor atau udah di rumah?"
"Masih di kantor, ada kerjaan yang belum beres"
"Ya sudah lanjutkan dulu kerjaan kamu, aku juga lagi di acara nikahan sepupu"
"Baik lah, selamat malam Ra"
Tidak ada jawaban lagi dari nya ternyata telpon ku sudah di tutup olehnya. Ada seperti yang hilang saat dia menutup telponku, aku berfikir ini hanya perasaan ku saja karena lelah bekerja seharian dan merasa bersalah karena telah meninggalkannya tadi.