Kinara yang baru menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi luar negeri segera pulang ke kampung halamannya untuk segera bertemu dengan kakak kandungnya yang sejak lama tinggal bersama sang nenek.
Namun hal tak terduga terjadi, kakaknya yang ditemukan tak bernyawa di belakang sekolah, menimbulkan berbagai spekulasi.
Mampukah Kinara menyibak rahasia kematian sang kakak ?.
Yuk baca cerita lengkapnya disini, dan jangan lupa like serta dukungannya agar Kinara bisa menyibak rahasia kematian sang kakak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qiana Lail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 4. Gadis Malang
Saat ini Kinara sudah berdiri di depan pintu gerbang SMA Nusa Bangsa. Dengan langkah yang pelan ia berjalan menuju ruang Guru. Namun langkahnya terhenti saat ia melihat seorang gadis yang memakai seragam SMA Nusa Bangsa.
Gadis malang itu tampak ketakutan, bajunya tampak kotor dan basah. Sementara seorang gadis lainnya menarik rambut gadis malang itu hingga wajahnya mendongak ke atas.
Tanpa menunggu lama gadis yang lainnya menyiram sebuah cairan ke wajah gadis malang itu.
"Tidak !." teriak gadis malang itu.
Hahaha Tawa rombongan gadis yang mengerubungi gadis malang itu. Sementara siswa dan siswi lainnya hanya bisa menundukkan kepalanya tanpa melakukan apapun. Bahkan ada yang acuh tak acuh dengan kondisi gadis malang itu.
Bug Bug Bug
Dengan brutal salah satu gadis dengan penampilan yang eksentrik menendang tubuh gadis malang yang sudah tak berdaya itu.
Gadis malang itu hanya bisa menangis sambil meronta-ronta. Ia tidak bisa berbuat apa-apa karena rambut serta tangannya di tarik oleh gadis yang lainnya.
"Apakah seperti ini tingkah pelajar di SMA Nusa Bangsa ini ?." tanya Kinara sambil berjalan melangkah mendekati kerumunan siswa yang berkerumun menyaksikan kejadian itu.
"Apakah kau siswa baru di sini ?."
"Ya kau pasti anak baru, sehingga kau tidak tau siapa geng Queen."
"Asal kau tau bahkan Kinan sang pewaris Keluarga Abimanya saja tidak berkutik dihadapan Queen."
"Lebih baik kau tidak ikut campur jika kau ingin tetap bersekolah di SMA Nusa Bangsa ini."
Ucap para siswa dan siswi yang mendengar ucapan Kinara. Kinara memicingkan matanya ketika mendengar nama sang kakak disebut oleh salah satu siswa.
"Kinan ? Queen ?." gumam Kinara.
"Sebaiknya aku antar kau ke ruang guru."
Ucap seorang pemuda tampan yang langsung menarik tangan Kinara. Ia tidak memperdulikan tatapan siswa dan siswi yang melihat ke arah pemuda tampan itu.
"Nona muda maaf, tapi saya tidak ingin anda terpancing oleh situasi yang terjadi di depan. Ingat tujuan anda datang ke SMA Nusa Bangsa ini."
"Siapa kau ?." tanya Kinara.
"Aku Boy, orang yang menjemput anda di bandara."
"Kau, bukankah kau ?."
Tanpa menunggu Kinara menyelesaikan kalimatnya, Boy langsung menggelengkan kepalanya sambil menutup mulutnya dengan jarinya.
"Mari saya antar ke ruang Kepala Sekolah." ucap Boy dengan sopan.
Kinara mengikuti Boy menuju sebuah ruang Kepala Sekolah. Setelah selesai dengan urusan administrasi dan yang lainnya. Kinara berjalan beriringan bersama Boy menuju salah satu kelas yang dulu merupakan kelas Kinan.
"Kelas 3A, adalah kelas nona Kinan sebelumnya. Dan kita akan menjadi salah satu siswa kelas tersebut."
"Selain itu, Queen dan gengnya termasuk gadis malang itu juga salah satu siswa kelas tersebut. Saya harap anda bisa menempatkan posisi anda dengan baik."
"Terimakasih Boy, aku akan ingat apa tujuanku ke sekolah Nusa Bangsa ini. Semoga kau bisa bekerja sama dengan ku."
Kinara dengan patuh mendengar sekilas tentang kondisi SMA Nusa Bangsa ini. Baik dari karakter siswa dan siswi maupun para dewan guru.
Bahkan Boy juga menceritakan sekilas tentang lokasi Sekolah tersebut. Kinara dengan cepat merekam hal itu dalam ingatannya.
"Hai cupu ! Siapa yang mengijinkan mu berjalan berdampingan dengan pacar Queen kami." ucap seorang siswi sambil mendorong tubuh Kinara.
Kinara yang sedang fokus mendengarkan penjelasan dari Boy, langsung terhuyung kebelakang. Refleks Boy menangkap tubuh Kinara yang hampir jatuh saking kuatnya gadis itu terdorong.
"Jika kau berani mengusik gadis ini, maka kalian akan berurusan dengan ku !."
Setelah Kinara berdiri dengan stabil, Boy menarik Kinara agar segera meninggalkan gadis yang masih shock mendengar ancaman dari Boy.
Selama ini Boy selalu acuh tak acuh terhadap semua siswi yang tergila-gila kepadanya. Ia lebih suka nongkrong bersama teman-temannya dibandingkan meladeni salah satu siswi yang tergila-gila kepadanya.
Namun siapa gadis cupu itu yang bisa mendapatkan perhatian lebih dari seorang Boy ?.
Tak butuh waktu lama, gadis itu langsung mencari Queen dan teman-temannya. Ia harus segera memberitahu Queen tentang kejadian barusan.
Queen harus tau, bahwa si cupu ingin berebut sang pangeran tampan dengan sang suhu, pikir gadis itu.
"Queen ! Queen ! Kamu harus segera ke kelas !." ucap Bela setelah dekat dengan Queen dan gengnya.
Queen menoleh ke arah sumber suara, tanpa mengangkat kakinya di atas kepala sang gadis malang itu.
"Apa yang membuatmu mengganggu kesenangan ku ?." tanya Queen dengan marah.
"Ah Sakit !." rintih gadis malang itu.
"Maaf Queen, bukanya aku ingin menganggu kesenangan mu. Tapi tadi aku melihat Boy bersama murid baru."
Bela menceritakan semua yang terjadi kepada Queen, termasuk ancaman dari Boy. Tak lupa ia menambahkan berbagai macam bumbu agar apa yang ia sampaikan bisa membakar amarah Queen.
Tanpa memperdulikan kondisi gadis malang itu, Queen segera berjalan menuju kelas tempat Boy dan anak baru itu berada.
Bela dan teman-temannya mengikuti dibelakang Queen. Mereka harus menjadi pendukung Queen apapun yang terjadi.
Setelah kepergian Queen dan gengnya, Kinara berjalan mendekati gadis malang yang sudah tak berdaya sama sekali. Hanya air matanya yang menetes di iringi suara rintihan.
"Apakah kau baik-baik saja ?." tanya Kinara sambil membantu gadis malang itu untuk duduk.
"Aku baik-baik saja, lebih baik kau segera pergi dari sini sebelum ada yang melihat mu menolong ku."
"Aku yakin kau anak baru, sehingga kau tidak takut untuk menolong ku. Asal kau tau, lebih baik cari aman dan jangan mencari masalah untuk diri sendiri." ucap gadis itu sambil berusaha untuk bangkit berdiri.
"Tenanglah, kau minumlah obat ini agar bisa mengurangi rasa sakit di tubuhmu. Setelah kau meminumnya aku akan segera pergi dari sini."
Kinara menyodorkan sebutir pil dan juga air mineral. Meskipun ragu, gadis malang itu menerima pemberian dari Kinara.
"Apa ini ?."
"Obat pereda rasa nyeri. Cepatlah minum dan segera masuk ke dalam kelas, bukankah sebentar lagi waktu pelajaran akan segera di mulai ?."
Gadis malang itu langsung menelan pil pemberian Kinara. Sementara Kinara langsung berdiri dan berjalan meninggalkan gadis malang itu.
"Namaku Arin, aku siswa kelas 3 A !." ucap gadis malang itu.
Kinara tersenyum mendengar perkenalan singkat dari gadis malang itu. Ia tau bahwa gadis malang itu adalah sahabat dekat Kinan.
Ia berencana untuk mendekati Arin agar ia tau lebih banyak tentang Kinan, agar ia bisa memulai penyelidikan tentang kematian sang kakak.
"Kakak akan aku pastikan para pembunuh mu membayar sepuluh kali lipat dari apa yang kau alami selama ini."
"Inilah janjiku kepadamu, dan aku tidak akan datang untuk mengunjungi mu sebelum para pembunuh itu menyusul mu."