Seorang kakak yang terpaksa menerima warisan istri dan juga anak yang ada dalam kandungan demi memenuhi permintaan terakhir sang Adik.
Akankah Amar Javin Asadel mampu menjalankan wasiat terakhir sang Adik dengan baik, atau justru Amar akan memperlakukan istri mendiang Adiknya dengan buruk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor Hidayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Sesuai Harapan
Meskipun masih siang hari, Amar yang terus merasa resah, memutuskan untuk pulang. Amar ingin supaya keresahan dihatinya cepat hilang dan kembali melakukan pekerjaannya dengan tenang.
Sesampainya di rumah, Amar merasa lebih ingin melihat Mahira terlebih dahulu daripada baby Emir seperti hari-hari biasanya.
"Bibi... dimana Mahira?" tanya Amar begitu masuk ke rumahnya.
"Nyonya Mahira sedang ke supermarket Tuan, katanya susu formula baby Emir habis."
"Dengan siapa dia pergi, kenapa tidak meminta izin dariku!?" Amar yang merasa kesal mengambil ponsel di sakunya lalu menghubungi nomor Mahira.
Cukup lama Amar menunggu sampai Mahira mengangkat panggilan teleponnya.
"Mahira kenapa pergi sendiri!?"
"Aku tidak sendiri, ada Supir yang mengantarku." saut Mahira dengan santai, sangat berbeda dari Amar yang nada bicaranya terdengar kesal.
"Tetap saja, Supir hanya mengantar mu kan, tidak menemanimu berbelanja?"
"Iya, tapi..."
"Sekarang katakan kamu di supermarket mana, aku akan menyusul mu."
"E-tidak usah, masih banyak yang harus ku cari nanti kamu bosan kelamaan."
"Katakan saja kamu di supermarket mana!" tegas Amar yang langsung menutup panggilan telponnya setelah Mahira memberitahu di supermarket mana Ia berbelanja. Tapi sebelum Amar pergi, Amar menyempatkan untuk melihat baby Emir yang tengah berada di penjagaan baby sitter.
"Ayah jemput Ibu dulu ya sayang." ujar Amar setelah cukup lama bermain dengan baby Emir.
Baby Emir yang sudah begitu lengket dengan Amar, menangis tidak mau di tinggal, tapi Amar tetap pergi dan meminta Mbak Lia untuk menenangkannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kurang dari tiga puluh menit, Amar sampai di supermarket yang Mahira katakan. Amar kembali menghubungi Mahira untuk memberitahu dimana posisinya saat ini. Setelah mendapat jawaban, Amar bergegas masuk menuju lokasi dimana Mahira berada. Namun begitu Amar melihat Mahira, seketika menghentikan langkahnya karena kembali merasakan keresahan di hatinya.
Ragu-ragu Amar memutuskan apakah Ia harus tetap maju menemani Mahira berbelanja atau mundur dan kembali pulang.
Cukup lama Amar memutuskan apa yang harus Ia putuskan sampai akhirnya Amar memilih mundur. Namun baru beberapa langkah, Mahira yang melihat Amar menghentikan langkahnya.
"Kak Amar..."
"E-iya..." Amar yang berpura-pura baru melihat Mahira, berbalik badan dan melihat Mahira yang melangkah kearahnya.
"Stok makanan dan beberapa keperluan rumah pada habis." ujar Mahira yang bersikap biasa saja, sangat berbeda dari hari-hari kemarin.
"E-eum... maaf jika aku tidak meminta izin terlebih dahulu kepada mu, dan maaf juga karena aku mengambil tugas Bibi, aku hanya merasa bosan dirumah jadi aku bilang sama Bibi biar aku saja yang berbelanja."
Amar hanya diam menatap Mahira yang terus berbicara tanpa henti. Entah kenapa kali ini hatinya merasa senang melihat Mahira banyak bicara, Padahal sebelumnya Ia paling tidak suka menghadapi orang banyak bicara.
"Kak Amar... Kak Amar..." Mahira melambaikan tangan di depan wajah Amar yang langsung tersentak mengalihkan pandangannya.
"E-ya." saut Amar singkat.
"Kak Amar kenapa, Apa kak Amar marah padaku?"
"E-tidak. Kamu bebas melakukan apapun, aku hanya merasa khawatir jika kamu pergi sendirian."
"Khawatir?" tanya Mahira memastikan.
"E-iya tentu saja aku merasa khawatir, kamu adalah Ibu Emir, bagaimana dengan Emir jika sesuatu terjadi kepada mu?"
Mendengar jawaban Amar, Mahira yang sebelumnya bersikap biasa saja. Kembali merasakan nyeri dihatinya karena lagi-lagi Amar mengkhawatirkannya karena baby Emir. Bukan dirinya secara pribadi.
"Mungkin aku yang terlalu banyak berharap." batin Mahira yang kemudian melanjutkan pencariannya dalam berbelanja.
Bersambung...